SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 3 DARI 3 ARTIKEL - AKHIR)

Foto Cetya Tathagata Jakarta. 
SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 3 DARI 3 ARTIKEL - AKHIR)
Perjamuan makan bersama pada malam menjelang tahun baru adalah hal utama yang biasa dilakukan, sekaligus untuk bermusyawarah merencanakan pekerjaan yang akan segera dimulai esok hari, menu makanan yang disajikanpun makin beragam dan bermakna sejalan dengan perkembangan zaman dan tingkat kemakmuran, serta mitos-mitos di setiap daerah misalnya:
Ikan ( Yu – yang dengan nada sama berarti ’Berkelebihan’) menjadi menu makanan yang tidak boleh ditinggalkan agar keluarga tersebut mendapat tambahan rejeki yang besar di tahun depan ini.
Kue-kue an juga merupakan hidangan ringan yang harus disediakan untuk menjamu tamu dan kudapan di saat santai, kue-kue ini disediakan dengan rasa yang manis, agar masa depan keluarga dan tamu akan semanis kue-kue ini, begitu pula dengan bentuk yang memiliki makna masing-masing serta beda di setiap daerah, misalnya di:
Tiongkok bagian utara ada Shui Jiao –semacam Pangsit yang berisi berbagai jenis sayuran dan daging yang dimaknakan manusia harus hidup bersatu dan rukun. Tiongkok bagian selatan ada Nian Gao – kue Ranjang (Nian – dengan nada sama berarti ’Tahun’, Gao – dengan nada sama berarti ’Tinggi’) yang dimaknakan semoga hari-hari kedepan tingkat kehidupan jadi semakin tinggi/makmur.

Dalam hal makanan, perayaan Hari Raya Imlek di Indonesia telah membaur dengan unsur budaya lokal. Pada hari ke 15 yang merupakan penutupan rangkaian acara perayaan Hari Raya Imlek, di beberapa tempat dihidangkan makanan yang dikenal dengan nama Lontong Cap Goh Meh. Sedangkan Masyarakat di daratan Tiongkok tidak mengenal lontong karena lontong adalah makanan khas Indonesia. Ini merupakan representasi dari pertautan lintas budaya.

Barongsai dan liang-liang adalah salah satu atraksi kesenian dan kebudayaan tradisional yang selalu ditampilkan pada perayaan-perayaan di masyarakat Tiongkok, maka pada perayaan Hari Raya Imlek inipun menjadi suatu atraksi yang tidak terlewatkan, paduan kesenian dan akrobatik ini disukai karena suara tabuhan tambur yang keras, dapat menarik perhatian masyarakat untuk datang menyaksikan, sedangkan wajah Barongsai dan Liang-liong yang seram dan warna warni tersebut dianggap dapat menakut-nakuti, bahkan mengusir makhluk jahat maupun binatang buas yang akan / dapat mengganggu masyarakat, namun pada tempat/daerah yang berbeda akan terdapat implementasi makna yang sedikit berbeda.
Komunikasi lintas budaya juga muncul dalam tradisi ’barongsai’ yang bisa dimainkan kapan saja dan oleh siapa saja, begitu juga dalam acara gotong toapekong yang hanya dilakukan pada hari ke-15 setelah Imlek, yaitu Cap Go Meh. Di Jakarta, Medan, dan juga kota-kota lain di Indonesia selalu menyertakan kaum penduduk asli sebagai pemain. Sementara itu pertunjukan itu dapat ditonton oleh semua orang, baik oleh etnis Tionghoa maupun etnis lain.

Agama Tao- adalah suatu ajaran tentang keyakinan terhadap yang maha kuasa (ketuhanan) pertama di daratan Tiongkok, yang lahir dari ajaran Laozi (+/- tahun 600 SM), disusul dengan masuknya agama Budha (+/- tahun 500 SM) dari India, serta penghormatan terhadap Filosof tersohor Kong Hu Chu (Kong fuzi – +/- tahun 550 SM) yang akhirnya berkembang menjadi pada tokoh terakhir ini, dalam perjalanan sejarah menjadi keyakinan yang dianut oleh masyarakt ini, walau ada sebaian masyarakat menyembah secara terpisah, namun sebagian besar masyarakat menyembahnya dengan digabung menjadi satu dan disebut San Jiao (Tiga Ajaran – Tri Dharma).

Semenjak itu, pada perayaan Hari Raya Imlek, para umat agama tersebut disamping melakukan kebiasaan (adat dan tradisi) penyembutan Hari Raya Imlek dalam keluarga masing-masing, juga melakukan sembayang (penghormatan dan syukuran) kepada Tian (sebutan terhadap Tuhan) serta siombol-simbol ketuhanan yang diyakini umatnya, di Klenteng (rumah ibadah Tri Dharma atau Tao) dan Vihara (Budha), sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan dan rezeki yang telah diperoleh serta pengharapan untuk sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang pada Sang Pencipta atau Penguasa Alam Semesta ini, namun bagi masyarakat yang kemudian memeluk agama lain (Islam dan kristen yang menyebar ke daratan Tiongkok pada abad V dan VI), bahkan bagi pemaham ajaran Atheis (pada abad XIX), tentu acara-acara ritual itu tidak dilakukan, cukup dengan kebiasaan (adat dan tradisi) dalam keluarga.

Indonesia tergolong tempat kedatangan imigran dari daratan Tiongkok yang terbesar di seluruh dunia, sejak abad VII, para saudagar dari daratan Tiongkok berdatangan ke Nusantara, mereka disamping melakukan perdagangan dengan penduduk setempat, juga melakukan penyebaran agama yang dianutnya, dari agama Hindu, Budha sampai agama Islam, sebagian mereka akhirnya tinggal dan menetap disini (buku Ying-yai Sheng-lan yang mencatat perjalanan Cheng Ho dituliskan dan menetap disini (buku Ying-yai Sheng-lan yang mencatat perjalanan Cheng Ho dituliskan bahwa beliau telah berkunjung/menemui pada beberapa komunitas Tionghoa muslim yang bermukim di Nusantara), setelah Kerajaan Belanda datang dan akhirnya menjajah di Nusantara dengan VOCnya, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan, pertambangan, dan bangunan VOC, mereka mendatangkan orang-orang dari daratan Tiongkok bagian timurlaut yang saat itu terpuruk akibat perang dan bencana alam yang terjadi disana, dan para pendatang ini beragama leluhur (Tao, Tri Dharma atau Budha) dan dimanfaatkan oleh penjajah Belanda sebagai ’kepanjangan tangan’ mereka dalam menjalankan pemerintahan kolonialnya.
Dengan demikian sejak itu terdapat dua macam komunitas Tionghoa yang berbeda agama dan tinggal / menetap di Nusantara, pada akhirnya menjadi generasi sekarang yang sangat berbeda satu dengan yang lain (Heterogen – masing-masing membentuk karakter yang berbeda berdasarkan dari latar belakang generasi, pendidikan, agama dan tempat kelahiran / domisili), sehingga dalam menyikapi Tahun Baru Imlek ini, masing-masing memiliki pandangan yang berbeda.

Orde Baru yang menutup sekolah berbahasa Tionghoa, melarang buku, majalah dan apapun yang beraksara Tionghoa / Mandarin, yang berlangsung selama 30 tahun lebih, telah mengikis habis orang-orang Tionghoa di Indonesia yang benar-benar paham dengan sejarah, budaya, adat istiadat dan tradisi leluhur dari Tiongkok, mereka telah habis karena meninggal dunia atau pikun oleh usia yang uzur, sehingga pemahaman tentang Tahun Baru Imlek ini hanya sebatas apa yang tetap / pernah dilakukan dalam keluarga masing-masing, dan pengalaman peribadi ketika berada di Komunitas Tionghoa yang tinggal di luar negeri / negara tetangga (Singapore, Malaysia, Hongkong dan Taiwan), bahkan yang pernah mendapat pengalaman di Tiongkok, sedangkan sekelumit pemahaman yang diperoleh ini lebih banyak berarah pada segi seremonial atau hanya dari sudut pandang bisnis, bukan dari sudut ilmiah dan kebenaran sejarah.

Era Reformasi yang demokratis dan menjunjung tinggi Hak-Hak Asasi Manusia (HAM), bertekad membangun Wawasan Kebangsaan dengan paham Pularisme, serta usaha pemerintah sekarang dalam menghapuskan perbedaan-perbedaan hukum antar warga negara, seluruh rakyat Indonesia, telah menghidupkan kembali gairah warga Tionghoa utnuk merayakan Hari Raya Imlek yang secara resmi ditetapkan sebagai Hari Raya Nasional.
Namun perlu diingat, bahwa makna dan nilai-nilai budaya, adat serta tradisi leluhur atas Hari Raya Imlek ini harus benar-benar dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutama bagi Warga Tionghoa, jangan sekedar seremonial yang berlebihan dan pesta hura-hura, karena euphoria hanya akan melukai hati orang lain, ketidak pahaman akan membuat orang lain menjadi curiga, hanya keterbukaan dan kebersamaan yang justru akan menambah kemeriahan Perayaan Hari Raya Imlek ini.

Pada saat ini dalam merayakan Hari Raya Imlek, masyarakat Tionghoa seperti yang beragama Khatolik merayakannya di lingkungan gereja. Beberapa gereja Katolik di Jakarta pada setiap Hari Raya Imlek selalu mengadakan Misa Khusus yang dipersembahkan sebagai rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Bagi Orang Islam Tionghoa, begitu pula seperti warga PITI di D. I Yogyakarta sejak beberapa tahun lalu telah mengadakan syukuran antara lain di Masjid Syuhada. Jadi Hari Raya Imlek sesungguhnya dapat dirayakan oleh seluruh warga, karena Perayaan Hari Raya Imlek tidak berkaitan dengan kepercayaan/agama.

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
MAY ALL BEINGS BE HAPPY
SEMOGA SEMUA MAKHLUK BERBAHAGIA
READ MORE - SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 3 DARI 3 ARTIKEL - AKHIR)

SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 2 DARI 3 ARTIKEL)

Foto Cetya Tathagata Jakarta. 
SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 2 DARI 3 ARTIKEL)
Disamping itu Laksaman Cheng Ho (Zheng He) yang berawal dari tahun 1405 sampai 1433, melakukan pelayaran yang sangat spektakuler pada zaman itu, dengan armada yang sangat besar (300 buah Kapal dan 28.000 Awak kapal), telah melakukan 7 (tujuh) kali Muhibah Bahari sampai ke benua Afrika, bahkan dinyatakan telah mendarat di benua Amerika 87 tahun sebelum Columbus (menurut buku ”1421” karangan mantan Kapten AL. Gavin Menzies dari Inggris), juga menggunakan jadwal pelayaran yang berdasarkan pada perubahan iklim dan arah angin dari petunjuk penanggalan Imlek ini, sehingga jadwal setiap kali keberangkatan dan kembali dari muhibah tersebut selalu jatuh pada waktu yang hampir bersamaan.

Im-Lek (dialek Hokkian/Yin Li bahasa Mandarin) masing-masing Im (Yin) – dari Im-Yang (Negatif & positif), suatu paham yang meyakinkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, selalu mengandung dua macam elemen/sifat yang saling berlawanan, namun juga saling menyeimbangi, sama halnya dengan Bumi yang diseimbangi antara Bulan (Malam, Gelap dan Dingin) dan Matahari (Pagi, Terang dan Panas). Lek (li) – berarti penanggalan penunjuk hari, bulan dan tahun.

Dalam proses penetapan kalender yang panjang itu para ahli astronomi Tiongkok kuno pada akhirnya menetapkan 12 tahun Imlek dalam 1 (satu) siklus. Astrologi Tiongkok (salah satunya kita kenal sebagi Shio) jauh lebih rumit dari sistem astrologi Barat, ada 12 binatang yang menjadi simbol astrologi serta 5 macam unsur materi. Jika digabungkan bisa menjadi 60 kombinasi. Kedua belas binatang tersebut adalah Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi, serta kelima unsur materinya adalah Kayu, Api, Tanah, Emas (atau Besi) dan Air.

Mengingat proses penetapan yang sangat panjang itu, maka terjadi banyak versi tentang penghitungan tahun Imlek yang beredar di masyarakat Tiongkok kala itu, setiap dinasti yang berkuasa selalu menetapkan berdirinya dinasti tersebut sebagai tahun baru pertama dan seterusnya. Dengan banyaknya dinasti yang ada dalam sejarah Tiongkok, maka perbedaan penghitungan tahunpun menjadi sangat beragam, hingga pada dinasti Ch’in (tahun 221-207 SM), Raja Ch’in sebagai pendiri dinasti pertama yang dapat menguasai dan mempersatukan sebagian besar daratan Tiongkok (dari bagian tengah sampai timur) memerintahkan untuk menetapkan penghitungan awal tahun Imlek terhitung dari tahun kelahiran Khong Hu Chu (Kongfuzi –seorang filosof tersohor yang karyanya menjadi pedoman/prinsip hidup pemerintah dan masyarakt di Tiongkok), karena sejak itu tidak ada perubahan yang singnifikan atas hitungan tersebut, maka penghitungan itu berlanjut hingga saat ini.
Tahun Baru Imlek sebagai awal tahun yang dimulai dengan berakhirnya musim dingin dan datangnya musim semi di daratan Tiongkok, saat itulah petani mulai melakukan pekerjaan cocok tanam, saat yang sangat dinanti-nantikan untuk memulai pekerjaan yang akan memakmurkan keluarga. Sebagai tanda penyambutan hari itu, masyarakat bersuka ria mengadakan perayaan. Sejarah Tiongkok sangat panjang, daratan yang luas, daerah yang berjauhan serta perbedaan geografis tentu membentuk karakter, budaya dan tradisi yang berbeda di setiap daerah, maka kebiasaan atau cara yang dilakukan untuk merayakan hari itu akan berbeda di setiap daerah.

Apabila kita kembalikan kepada makna Imlek sebagai rasa syukur akan datangnya tahun baru yang juga menandai awal musim semi, maka sistem penanggalan yang diterapkan oleh Dinasti Xia (Abad ke 21—17 SM) lebih cocok dijadikan sebagai patokan awal Tahun Baru Imlek. Bukan sejak tahun pemerintahan Dinasti Ch’in (221-207 SM) yang menetapkan berdasarkan pada tahun kelahiran Khong Hu Chu (tahun 551 SM) seperti yang dipercaya sebagian besar masyarakat Tionghoa.

Adalah suatu kebiasaan umum di dalam masyarakat disana bahwa dalam suasana yang bahagia itu akan melibatkan seluruh keluarga, begitu pula dalam kehidupan sehari-hari yang selalu berada dalam lingkungan yang dekat, maka pada momentum yang bahagia ini, seluruh sanak keluarga akan saling memberi hormat, terutama kepada yang lebih tua, dan sebaliknya kertas merah (lambang kehabagiaan / keberuntungan) yang disebut Angpao (atau Ya sui qian –rejeki agar awet muda/umur panjang), kebiasaan ini lambat laun menjadi adat dan tradisi di Hari Raya Imlek ini.
READ MORE - SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 2 DARI 3 ARTIKEL)

SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 1 DARI 3 ARTIKEL)

 
SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 1 DARI 3 ARTIKEL)

Sejarah Imlek
IMLEK merupakan penanggalan/almanak/kalender bagi suatu bangsa/etnis yang berdomisili di daratan Tiongkok (China) bagian tengah dan timur, terutama adalah suku Han dan beberapa suku lain yang merupakan mayoritas bangsa tersebut.

Sama dengan penanggalan Hijriah bagi bangsa –bangsa Arab yang berada di Timur Tengah, atau penanggalan Masehi bagi bangsa-bangsa Eropa dan lain sebagainya. Penanggalan-penanggalan ini tidak dihasilkan dari suatu eksperimen/penemuan yang didapatkan oleh seorang atau sekelompok ilmuan pada suatu tempat/ruang serta dalam kurun waktu yang tertentu, tetapi adalah hasil dari pengamatan, pencatatan, pembahasan dan perbaikan-perbaikan yang berlangsung didalam masa ke masa selama berabad-abad, bahkan ribuan tahun lamanya oleh suatu bangsa/etnis karena geografis, kebutuhan hidup, perabadan dan kebudayaan dari kelompok tersebut.

Dengan demikian penanggalan apapun yang dipergunakan di muka bumi ini, merupakan pemanfaatan alam semesta ciptaan Tuhan sebagai dasar untuk suatu kepentingan kehidupan manusia, dan tidak berkaitan dengan ritual ketuhanan/religius/agama yang ada dan diyakini manusia sejak sekitar 2000 tahun yang lalu.
Penanggalan / alamanak / kalender Imlek didasarkan atas gabungan perhitungan peredaran Bulan (Kalender lunar) dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari (kelender solar). Kalender ini selain digunakan sebagai penanda harian juga digunakan untuk perayaan tertentu terhadap musim seperti misalnya Perayaan Tahun Baru sebagai awal musim semi. Kalender ini pertama kali dikembangkan satu milenium sebelum masehi.

Legenda menyebutkan pertama kali ditemukan pada kekaisaran Yellow (Huang Di) dan ditambahkan sistem kabisat pada zaman Dinasti Yao.
Karena Tiongkok (China) termasuk wilayah sub-tropis maka penanggalan pun mengacu kepada parameter equinox (posisi Matahari tepat di khatulistiwa) dan solstice (posisi Matahari terjauh di utara/selatan khatulistiwa). Perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh sistem astronomi barat melalui Jesuit dan sistem kalender Gregorian (kalender Masehi yang kita kenal sekarang).

Beberapa aturan perhitungan yang ditetapkan tahun 104 SM masih berlaku hingga sekarang, seperti Bulan adalah ”Bulan lunar”, awal hari dihitung mulai saat tengah malam (pukul 00:00) dan winter solstice selalu pada bulan ke 11 (memasuki zodiak Capricorn) serta beberapa aturan dasar lainnya.
Jadi, meskipun penanggalan bulan berdasarkan peredaran Bulan namun karena parameter equinox dan solstice di atas; Bulan pada kalender China selalu tidak jauh beriringan dengan penanggalan Masehi (berbeda dengan kalender Hijriyah yang hanya mengacu ke peredaran Bulan saja).

Sebagai contoh nyata perayaan Tahun baru Imlek selalu berada di antara akhir bulan Januari hingga minggu ketiga Februari.Masyarakat Tiongkok di daratan pada awalnya adalah masyarakat agraris yang kehidupannya sangat tergantung pada iklim dan kesuburan tanah.
Daratan Tiongkok memiliki 4 macam iklim yang berbeda (musim Semi, Panas, Gugur dan Dingin), maka para petani sangat mengandalkan pengetahuan iklim untuk melakukan rutinitas pertanian, dan para nelayan yang hidup disepanjang pantai serta pelayaran perlu mengetahui keadaan cuaca dengan benar pula, kebutuhan kehidupan inilah yang mendesak manusia untuk memiliki pengetahuan tentang perubahan iklim dan menjadi sangat vital.
Dengan demikian, perayaan Imlek pada awalnya dimaknai sebagai rasa syukur masyarakat agraris Tiongkok karena telah lepas dari musim Dingin dan memasuki musim Semi yang baik untuk pertanian. Akurasi penanggalan ini dapat dilihat antara lain pada saat Bulan Purnama yang selalu tepat jatuh pada tanggal 15.

Sumber: belajarbuddha.blogspot.co.id
READ MORE - SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 1 DARI 3 ARTIKEL)

TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK - Bagian 2 (Akhir)

Foto Cetya Tathagata Jakarta.
TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK - Bagian 2 (Akhir)

Acara pembersihan ini sebelumnya juga didahului dengan ritual sembahyang oleh orang yang akan membersihkan altar atau rupang Buddha, Bodhisattva dan para Dewa ini yaitu :

1. Thiam Hio : Sebelum memulai, terlebih dahulu thiam hio memberitahukan, bahwa pada saat ini kami akan membersihkan altar dan rupang. Altar dan rupang yang dibersihkan ini, bagaikan kami yang senantiasa belajar membersihkan batin kami dari pikiran maupun ucapan yang jelek.

Bila ada kesalahan yang tidak disengaja, mohon diampuni. Semoga semua makhluk bersukacita dan berbahagia. Kemudian hio ditancapkan pada gelas khusus pengganti hiolo.

2. Meja altar : Meja terlebih dahulu dikosongkan, lalu dicuci dan dibersihkan dengan air bunga, kemudian dikeringkan dengan lap khusus atau yang baru untuk membersihkan altar.

3. Rupang : Rupang dibersihkan dengan menggunakan air bersih yang dicampurkan 7 rupa bunga dan arak putih, lalu dilap pakai kain merah. Baskom yang dipergunakan harus yang bersih sebagai tempat air yang di gunakan untuk membersihkan rupang.
Dalam tradisi bersih-bersih ini air dicampur arak putih dengan 7 rupa bunga, agar mengeluarkan aroma harum. Sedangkan tujuan pembersihan rupang yang dicampur arak putih adalah untuk menjaga supaya agar rupang tersebut tidak cepat rusak serta tetap awet seperti semula.
Bila ada kotoran yang sulit dibersihkan, bisa menggunakan pasta gigi yang baru dan spesial untuk membersihkannya, kemudian dikeringkan dengan lap khusus untuk membersihkan rupang. Setelah bersih, bila ingin dapat diolesi minyak wangi khusus yang beraroma cendana / melati / kayu garu, kemudian rupang diletakkan kembali di meja altar.

4. Hiolo : Sebelum membersihkan hiolo, abunya dipindahkan ke gelas khusus, karena abu yang ditempatkan di hiolo akan disaring. Maka siapkan 2 gelas khusus, yang satu diisi beras, digunakan untuk tempat menancapkan hio. Setelah selesai membersihkan altar, beras ini dapat digunakan untuk memasak. Sedangkan, gelas yang satu lagi digunakan untuk tempat memindahkan abu hiolo (abu tempat hio) yang akan disaring. Setelah bersih dan dikeringkan dengan lap khusus, maka abu dipindahkan kembali ke tempat hiolo.

5. Persembahan : Setelah selesai dibersihkan, dilanjutkan dengan memberikan persembahan, misalnya, buah, bunga, dan lain-lain.

6. Kim Hua : Setelah dibersihkan, altar dirapihkan dan bila perlu dapat ditambahkan atribut-atribut keagamaan (atribut lama / Kim Hua yang lama dibakar dan diganti yang baru).
Setelah semua selesai dibersihkan baru rupang Buddha, Bodhisattva dan para Dewa dikembalikan ketempat semula, serta kembali melakukan sembahyang menyampaikan kepada Buddha, Bodhisattva dan para Dewa bahwa pembersihkan telah selesai dilaksanakan.
Makna membersihkan altar tidak hanya dipandang dari segi kebersihan dan keindahan saja, melainkan dari hakekat altar tersebut, yaitu agung dan mulia. Untuk itu, hakekat membersihkan altar adalah agar orang senantiasa belajar menjadi orang yang mulia dan agung.
Karenanya, belajarlah untuk senantiasa mengingat hal-hal yang baik, maka jiwa akan menjadi baik dan kekotoran batin akan berkurang. Perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari harus berpedoman dan belajar untuk senantiasa menjadi orang yang bajik yaitu dimana pun berada, harus menjadi manusia berguna dan senantiasa memberi serta membawa keberuntungan kepada semua makhluk.
Oleh karena itu, makna membersihkan altar berarti pula senantiasa mengintrospeksi, membersihkan batin agar selalu mengingat yang baik, merenung dan memperhatikan yang baik.

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
MAY ALL BEINGS BE HAPPY
SEMOGA SEMUA MAKHLUK BERBAHAGIA
READ MORE - TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK - Bagian 2 (Akhir)

TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK (Bagian 1)

Foto Cetya Tathagata Jakarta.
TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK (Bagian 1)

Tidak terasa jika Tahun Baru Imlek / Chinese New Year 2568 ini akan jatuh pada tanggal 28 January 2017. Penanggalan Imlek merupakan sistem kalender Lunisolar yaitu gabungan dari sistem kalender bulan dan kalender matahari. Tahun Baru Imlek dikenal juga sebagai Tahun Baru China dan Festival Musim Semi (Chun Jie). Perayaan tahun baru ini tentunya tidak bisa lepas dari segala mitos dan perayaan yang melekat kuat di dalamnya.
Segala rangkaian prosesi perayaan Tahun Baru Imlek ini dimulai dengan suatu ritual yang dinamakan Cap Ji Gwee Ji Shi (tanggal 24 bulan ke-12 Imlek). Ditandai dengan membersihkan rupang dan altar, dimulainya mendekor altar, menyalakan lilin, pelita minyak dan puluhan hio (dupa bergagang) di vihara, kuil maupun di kelenteng.
Ritual ini juga sering disebut dengan Shang Sheng (saat para dewa berpulang ke surga untuk melaporkan perbuatan manusia di bumi). Shang Sheng merupakan salah satu dari rangkaian ritual keagamaan pemeluk agama Khong Hu Cu, meski kemeriahannya tak semencolok pada Malam Tahun Baru Imlek, dan Cap Go Mee atau hari ke-15 Tahun Baru Imlek
Pembersihan rupang dan altar merupakan simbol tanda bakti dan hormat kepada para Buddha, Bodhisattva dan Dewa Dewi, yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para Buddha, Bodhisattva dan Dewa Dewi, ketika mereka kembali turun pada hari keempat Imlek dan untuk membersihkan diri supaya bila Imlek tiba semuanya dalam keadaan bersih, hingga menciptakan suasana yang nyaman dalam beribadah.
Dalam melakukan tradisi ini, tidak hanya membersihkan altar dan memandikan rupang saja, namun hampir semua sarana peribadatan haruslah dibersihkan. Mulai dari hiolo atau tempat abu sampai piring dan gelas tak boleh ketinggalan juga ikut dibersihkan.
*Bersambung ke Bagian 2 - Tata Cara Membersihkan Altar dan Rupang
READ MORE - TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK (Bagian 1)

TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI (Bagian 2)

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR bagian 2
Berdasarkan tradisi adat rakyat China yang masih berlangsung sampai saat ini, setiap keluarga pada bulan 12 atau Cap Ji Gwee (bahasa Hokkian) / bulan La (bahasa Mandarin) tanggal 23 atau 24, yang tahun ini jatuh pada tanggal 20 dan 21 Jan 2017 akan mengadakan upacara untuk mengantar Zao Shen atau dewa dapur dan juga dari hari inilah sebagai tanda bermulanya sambutan perayaan Tahun Baru China. Perayaan hari ini disebut Xiao Nian atau Tahun Baru Kecil.

Siapa sebetulnya Dewa Dapur ini, mengapa ia begitu dihormati sehingga diadakan upacara khusus, misi apa yang dijalankan?

Ada yang mengatakan bahwa Dewa Dapur adalah Kaisar Shen Nong yang mengajari manusia bercocok tanam. Ia pula yang menciptakan api. Dikarenakan jasanya yang besar, setelah wafat ia menjadi dewa yang bernama Zao Shen / Chao kun kong. Diantara dewa-dewi dalam riwayat rakyat China, dewa dapur ialah dewa yang paling bersejarah.
Sejak lebih 2000 tahun yang lalu, penduduk China telah mempunyai tradisi untuk memuja dewa dapur. Khabarnya, dewa dapur ialah dewa yang menjaga dapur dan juga mengawasi tingkah laku semua ahli keluarga. Dewa dapur juga dipuja sebagai dewa penjaga sesebuah keluarga.
Di situlah seorang ibu mengomel, ngerumpi bersama ibu-ibu lain, tertawa dan bercanda bersama anggota keluarga lain sambil mengerjakan urusan rumah tangga. Dewa Dapur yang ada di sana pasti mendengar semua perkataan dan mencatatnya. Tanggal 23 dan 24 Cap Ji Gwee atau bulan 12 adalah saatnya Dewa Dapur naik ke langit, melaporkan seluruh kejadian selama satu tahun kepada keluarga itu.
Pada masa lampau, semua keluarga akan menempatkan papan pemujaan dewa dapur di dapur untuk disembah, manakala gambar dewa dapur juga akan digantung pada dinding dapur. Pada gambar dewa itu terdapat tulisan yang berbunyi "Dewa Pengawas Dunia" ataupun "Ketua Keluarga".
Menurut riwayat rakyat China, semasa penghujung sesuatu tahun, dewa dapur akan naik ke surga untuk melaporkan kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan oleh keluarga yang diawasinya dalam sepanjang tahun itu kepada dewa tertinggi di surga. Maka, dewa tertinggi akan memutuskan nasib keluarga itu pada tahun yang akan datang berdasarkan laporan dewa dapur itu. Oleh sebab dewa dapur naik ke surga pada setiap hari yang ke-23 bagi bulan 12 mengikut kalendar China, jadi upacara pemujaan dewa dapur juga diadakan pada hari itu. 

Agar Dewa Dapur hanya melaporkan hal yang baik, manusia mencari akal untuk menyenangkan hatinya. Bahkan, manusia sampai memikirkan agar dalam perjalanan menuju langit, kuda tunggangan sang dewa tidak kelaparan dan hewan peliharaannya di dunia tidak mati kelaparan. Pada tanggal 23 dan 24 itu, rumah Dewa Dapur dibersihkan lalu diberi sesajen. Sesajen ini ada yang wajib dan ada yang tidak wajib.
Pada hari upacara pemujaan dewa dapur itu diadakan, semua ahli keluarga akan berkumpul di dapur pada waktu senja. Mereka akan menghidangkan makanan di depan gambar dewa dapur dan membakar colok untuk memberi penghormatan kepada dewa dapur. Antara makanan yang mesti dihidangkan kepada dewa dapur ialah "tang gua", sejenis gula-gula yang sangat melekit.
Kononnya, dewa dapur sangat suka makan gula-gula itu, setelah dewa dapur memakan gula-gula itu, mulutnya akan melekat. Jadi, apabila dewa itu naik ke surga, dewa itu tidak dapat memperkatakan keburukan keluarga itu. Selepas upacara pemujaan yang ringkas, gambar dewa dapur akan dibakar supaya dewa dapur dapat naik ke surga bersama-sama asap melalui cerobong dapur.
Dengan demikian, lengkaplah perhatian manusia dalam menghantar dewanya naik ke langit dengan menyimpan maksud tertentu di balik semua itu. Selain itu, pada rumah dewa dipasang bait berpasangan, kuplet atau duilian berbunyi naik ke langit mengatakan hal yang baik, pulang ke rumah membawa keberuntungan, atau naik ke langit mengatakan hal yang baik, turun ke dunia menjaga perdamaian.
Kemudian, pada malam sebelum Tahun Baru China iaitu hari terakhir bagi sesuatu tahun, semua ahli keluarga akan mengadakan upacara menyambut kembalinya dewa dapur dan menggantungkan gambar dewa dapur yang baru pada dinding dapur. Dengan demikian, dewa dapur yang baru dapat kembali ke dunia manusia untuk meneruskan tugasnya menjaga keluarga itu. 

Di desa Tai Xing, Provinsi Jiangsu, Tiongkok, penduduk desa percaya sebelum berangkat naik ke langit, Dewa Dapur menghitung jumlah sumpit di rumah tempat tinggalnya. Ketika turun ke bumi, rezeki yang dibawanya sesuai jumlah sumpit yang ada. Sebelum upacara sembahyang, kepala keluarga menambah jumlah sumpit dengan harapan pada saat turun ke bumi nanti, Dewa Dapur akan menambah rezeki mereka.
Dari cerita diatas, bisa kita ambil hikmahnya bahwa upacara pengantaran Zao Shen pada tgl 23-24 itu adalah upacara intropeksi diri kita dan pada tgl.30 upacara penyambutan Zao Shen adalah upacara intropeksi bagi diri kita agar bisa berbuat baik lebih banyak lagi. Persembahan sederhana tapi tulus lebih berharga daripada persembahan mewah.
Di sini, saya akan perkenalkan satu pepatah adat yang membayangkan cara penduduk China menyambut Tahun Baru China. Pepatah itu mengenai tata cara persiapan untuk menyambut ketibaan Tahun Baru China. 

Pepatah itu berbunyi: " Tujuh hari sebelum Tahun Baru China menyediakan "tang gua" untuk dewa dapur, enam hari sebelumnya membersihkan rumah, lima hari sebelumnya membuat tauhu, empat hari sebelumnya membeli daging, tiga hari sebelumnya menyembelih ayam, dua hari sebelumnya menguli tepung, sehari sebelumnya membeli minuman keras dan pada malam menjelang ketibaan Tahun Baru China, semua ahli keluarga akan membuat "Jiaozi" iaitu "Chinese dumpling" untuk dijadikan hidangan dan dimakan bersama-sama." ( Yenni Huang )
READ MORE - TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI (Bagian 2)

TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI (Bagian 1)

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI ( Bagian 1) 
oleh : Ardian Zhang 

Setiap budaya dan kepercayaan mengenal suatu sistem “penyesalan dan merevisi diri”. Tujuannya agar membangun masyarakat yang tertib dan damai. Mengarahkan manusia agar mengingat kelakuannya dan merevisi diri. Tanpa adanya revisi dan penyesalan, manusia sulit untuk bergerak maju ke depan menuju lebih baik lagi dalam kehidupan dan kualitas hidup duniawinya. Sedangkan dari sudut spiritualitas dan religiusitas, laku “penyesalan dan revisi diri” meningkatkan spiritualitasnya.
Buddhisme Mahayana Tiongkok dan Taoisme mengenal “doa penyesalan” 懺悔文. Penyesalan menjadi amat penting dalam ritual maupun praktek kehidupan sehari-hari bagi manusia. Praktek ini diperlukan karena manusia memiliki nafsu-nafsu indriawi yang perlu dikontrol, selain itu manusia memiliki dasar-dasar kebaikan yang perlu dipupuk serta dipelihara. Jika perbuatan-perbuatan jahat yang merugikan orang lain itu tidak disadari dan disesali, maka hati manusia yang baik itu menjadi meredup dan lenyap. Nafsu-nafsu indirawi semakin menguat dan memperbudak diri manusia.

Penyesalan dan pertobatan juga berkaitan dengan “renyi” 仁義 yang bermakna keadilan dan kemanusiaan. Banyak manusia yang ditindas dan dianiaya tanpa mendapatkan keadilan dari para pelaku. Betapa banyak amarah yang terpendam karena tidak adanya keadilan dan kemanusiaan ini dan kemudian menimbulkan bencana. Penyesalan dan pertobatan para pelaku yang melakukan ketidak adilan dan perbuaatan tidak manusiawi ini bisa membantu meredam bencana ini. Dan dengan penyesalan maka bisa menjadikan diri menyadari apa yang diperbuat itu merugikan orang lain. Dengan demikian bisa mengarahkan manusia agar berproses untuk semakin mendekati, syukur jika bisa melaksanakan kemanusiaan secara utuh dan memahami apa yang dimaksud “adil”.
Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu kebutuhan yang terpokok manusia. Dengan penyesalan dan pertobatan juga bisa meningkatkan hubungan antar pribadi yang mendalam. Dan hubungan itu memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber kesejahteraan mental manusia. Juga perlu diingat bahwa manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasi atau menempatkan diri sesuai dengan kemampuannya. Tapi bukan berarti tidak ada perkembangan karena kecenderungan manusia adalah bergerak ke arah pertumbuhan, kesehatan, penyesuaian, sosialisasi, realisasi diri, kebebasan dan otonomi. Kebebasan dan otonomi ini bukan berarti bertindak seenaknya, karena kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari bayang-bayang ketakukan akan perbuatan buruknya. Jika seseorang tidak merasa menyesal atas semua perbuatan buruknya maka manusia itu sudah tidak bisa otonomi lagi karena diperbudak oleh nafsu-nafsu indriawi.
Banyak orang yang beranggapan bahwa budaya Tionghoa tidak mengenal pertobatan dan penyesalan. Sebenarnya semua itu ada dalam budaya masyarakat Tionghoa. Tapi yang sering tampak itu adalah habitus ( kebiasaan, cara berpikir , pola perilaku ) yang bukan esensi dan makna yang menjadi isi dalam budaya itu. Salah satunya adalah habitus dalam mengantar dewa dapur 灶君. Dan menurut penulis, habitus itu sudah menyimpang jauh dari makna sesungguhnya dalam upacara mengantar dewa dapur. Ironisnya habitus itu diperkuat lagi dengan pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh sebagian pelakunya. Hal ini harap dimaklumi karena kurangnya penggalian kitab-kitab suci maupun filsafat yang ada di sekeliling mereka. Pada umumnya lebih bersifat pragmatis dan pengetahuan yang dimiliki sebatas apa yang mereka dengar.
Tulisan ini dibuat agar para pembaca bisa menyadari bahwa upacara mengantar dewa dapur itu tidak ada kaitannya dengan sogok menyogok. Malah lebih pada upaya manusia agar bisa memajukan dirinya. Semoga dengan tulisan ini, semua habitus yang tidak sesuai lagi dengan esensi dan maknanya itu bisa disadari dan mengubah paradigma para pembaca. Dan memicu para pembaca agar bisa berproses menjadi lebih baik lagi dalam hidupnya.



Sekilas tentang dewa dapur.
Dasar kepercayaan orang Tionghoa adalah : “ Semua yang ada di alam ini memiliki kesadaran ( roh )’”. Dan sistem kepercayaannya itu adalah menghormati semua benda yang dianggap memiliki daya guna atau kontribusi positif dalam kehidupan mereka. Termasuk juga tungku, cubluk ( WC ). Selain itu juga, sistem kepercayaan Tionghoa menaruh hormat pada para penemu atau innovator. Para penemu itu juga sering diangkat menjadi dewa. Contohnya adalah Du Kang 杜康 yang dianggap sebagai penemu cara pembuatan arak, Leizu 嫘祖adalah tokoh perempuan yang menemukan cara pembuatan sutra dan lain-lainn. Sistem kepercayaan ini bisa membuat manusia lebih menghargai alam, merawat alam, menghargai para penemu.
Peradaban manusia purba menuju langkah yang lebih maju dengan penemuan cara membuat api. Mitologi Tiongkok mengenal tokoh mitos purba bernama Suiren 遂人 sebagai penemu apa. Lie Zi menuliskan bahwa Suiren membuat api dengan menggosokkan dua batang kayu. Mitos ini menunjukkan kemampuan orang purba Tiongkok jaman dahulu menarasikan perkembangan peradaban sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Dengan penemuan cara pembuatan api, maka manusia purba bisa memanfaatkan api sebagai penerangan, pengusir binatang buas di malam hari dan juga memasak.
Setelah bisa memasak maka diperlukan alat memasak. Maka perlu diketahui bahwa sebenarnya pengertian kata zao 灶 atau竈artinya adalah tungku dan dapur adalah chufang 廚房. Tapi masyarakat kemudian menyamakan arti tungku dengan dapur adalah sama. Tungku merupakan komponen penting untuk memasak dan pada jaman dahulu tungku juga berfungsi sebagai “bibit api” ( 火種 atau bara ). Dan setiap menjelang tahun baru Imlek itu tungku dibersihkan. Pada jaman dahulu,selain dewa tungku juga ada dewi bernama Xian Chui 先炊. Xian Chui adalah tokoh yang menemukan metode memasak di dapur.
Secara umum ada dua jenis tungku. Pertama bersifat portable, bisa dipindah-pindah dan yang kedua adalah bersifat statis. Dahulu rumah-rumah di Tiongkok memiliki tungku statis yang menggunakan kayu bakar dan arang sebagai kompor untuk memasak. Pada umumnya menurut tradisi, putra sulung yang menjadi pewaris tungku. Saat putra lainnya menikah, barang-barang dibagi kemudian arang yang ada dalam tungku itu dibawa ke rumah baru dan membangun tungku baru. Tradisi ini disebut fenzao分灶 ( membagi tungku ). Tradisi ini sudah berjalan lama sekali, diperkirakan dinasti Shang sudah ada. Tradisi ini makin meluas saat Shangyang ( 309-338 BCE ) melakukan reformasi administrasi kependudukan menambah jumlah kepala keluarga. Cara yang dilakukan Shangyang adalah mewajibkan anak-anak yang sudah berkeluarga untuk keluar dari rumah dan membentuk keluarga baru.


Figure 1 Tungku


Dewa dapur merupakan dewa utama dari 5 dewa rumah , dewa rumah itu adalah sbb: dewa sumur , dewa tiongcit , dewa pintu dan dewa kamar mandi ( cubluk/ WC ). Dinasti Qing mengenal istilah 3 Zun 三尊dan 6 shen 六神dimana 3 zun itu adalah Guan Yin/ Kwan Im dan 2 pengiringNya (Jin Tong Yu Nu) serta 5 dewa rumah , dimana dewa pintu itu pada umumnya ada 2(sepasang).

Dewa dapur itu adalah dewa kuno bahkan sejak dinasti Xia 夏 ( 2070-1600 BCE ) sudah ada penyembahan terhadapNya. Kitab klasik Li Ji 礼记mencatat bahwa dewa dapur atau Zhao Jun 灶君 itu adalah Zu Rong 祝融 ( dewa api ) (礼记礼器: 颛顼氏有子曰黎,为祝融,祀以为灶神 Zhuanxu memiliki anak, Li Zhurong, disembah sebagai dewa dapur ). Selain itu dalam kitab catatan Musim Semi dan Gugur karya Lv ( 呂氏春秋 ) juga mencatat bahwa Zhu Rong adalah keturunan Huangdi 黃帝dan anak Zhuanxu. Selain itu Zhuangzi 庄子 juga mengupas tentang dewa dapur, dikatakan bahwa dewa dapur itu adalah arwah yang rambutnya disanggul. Selain itu ada kepercayaan bahwa Zao Jun adalah bunda dari gunung Kunlun ( 昆侖老母 ). Dapat dikatakan bahwa asal mulanya dewa dapur itu berjenis kelamin perempuan.
Kemudian pada jaman Han, Huainan zi 淮南子menulis bahwa Zaojun itu adalah Kaisar Yan 炎帝( Shennong 神農 )dan sejak itu perlahan-lahan Zao Jun digambarkan sebagai seorang pria. Yang perlu dicermati adalah : kaisar Yan dianggap sebagai dewa api dan Zhu Rong adalah pejabat pengurus api. Jadi keduanya memiliki keterkaitan dengan api.Berdasarkan tulisan dalam Taiping Yulan 太平禦覽, dikatakan bahwa Huangdi 黃帝 ( kaisar kuning ) adalah penemu tungku, sehingga disebut sebagai Zaoshen 灶神. Dengan kata lain, dengan adanya api maka baru bisa memasak dan untuk memasak diperlukan tungku.
Di atas sudah ditulis beberapa tokoh seperti Huangdi, Yandi, Kunlun Laomu, Zhurong yang dianggap sebagai penemu tungku. Berdasarkan legenda yang kemudian berkembang, ada beberapa tokoh atau kisah yang dikaitkan dengan Zaojun. Legenda-legenda berikutnya lebih terkait dengan ajaran moralitas dan bukan sebagai penemu cara membuat api atau juga penemu tungku. Kisah-kisah itu antara lain :
- Zhang Dan 張單. Zhang Dan adalah seorang hartawan yang terpikat pada perempuan lain dan menceraikan istrinya. Siapa sangka ternyata istri barunya itu meninggalkan Zhang Dan saat ia bangkrut. Zhang Dan kemudian terlunta-lunta dan menjadi pengemis. Saat ia mengemis, ia mengemis sampai rumah mantan istrinya yang menikah dengan orang lain. Ia merasa malu dan menyesal kemudian bunuh diri dengan masuk dalam tungku.
- Pada jaman dahulu, ada seorang pejabat korup yang amat suka makanan enak. Tindakannya juga semena-mena sehingga rakyat menjadi benci padanya. Kemudian ada satu dewi yang menjelma menjadi perempuan. Saat pejabat korup itu sedang melihat masakan enak yang sedang di masak, dewi itu menendang pejabat korup tersebut masuk ke dalam tungku. Kemudian pejabat korup itu menjadi dewa tungku dan selalu melihat orang-orang memasak makanan enak tapi ia tidak bisa mencicipinya. Setelah bertahun-tahun dihukum menjadi setan yang bersemayam dalam tungku akhirnya ia sadar bahwa semua tindakannya saat masih hidup adalah tidak baik. Kemudian ia bersumpah akan mencatat semua perbuatan buruk manusia. Karena tekadnya membuat Yudi y玉帝 ( raja dewata ) terharu dan mengangkatnya sebagai dewa tungku yang bertugas mencatat semua kesalahan dan kebajikan yang dilakukan oleh keluarga.
- Zhang Yu 張宇 adalah seorang suami yang suka judi, mabuk-mabukan dan melacur hingga hartaya ludas. Ia kemudian menjual istrinya untuk mendapatkan uang agar bisa melanjutkan hobbynya. Ia kemudian menjadi pengemis dan hingga mengemis pada rumah seorang kaya, ternyata istrinya bekerja menjadi budak. Istrinya kasihan dengan kondisi Zhang Yu kemudian mengundangnya masuk untuk makan. Tak nyana, majikannya pulang dan berjalan ke dapur meminta istrinya untuk masak air. Untuk melindungi nama baik istrinya, ia kemudian lompat ke dalam tungku. Istri Zhang kemudian mensembahyangi tungku untuk mengenang suaminya. Majikannya bertanya kenapa ia sembahyang pada tungku. Ia menjawab bahwa manusia bisa memasak dan makan karena tungku, karena itu wajar menghormati tungku.
- Anak ke tiga Yuhuang Shangdi amat genit, sering menggoda para bidadari. Sehingga Yudi marah dan menghukumnya menjadi dewa tungku. Agar tidak bisa diintip oleh dewa dapur maka para perempuan yang sedang memasak wajib memakai celemek. Versi lainnya adalah dewa pengurus dapur di kerajaan langit yang sering menggoda para dewi yang dibawah pimpinnan Xi Wangmu.
Selain kisah di atas, ada kisah rasi bintang Huode 火德星君 melanggar hukum surgawi sehingga diperintahkan turun ke bumi dan mencatat semua kebaikan dan keburukan keluarga yang ada di bumi. Bintang Huode hanya diperbolehkan naik ke langit pada tanggal 24 bulan 12 saja untuk melapor pada Yudi 玉帝. Tiga kisah itulah yang kemudian beredar luas di masyarakat jelata sebagai kisah yang mengandung ajaran moral. Sayangnya nilai ajaran moral agar menghargai istri; tidak korupsi; tidak foya-foya itu tidak berkembang di masyarakat luas. Seharusnya nilai moral itu yang harus dikumandangkan oleh para penganut kepercayaan Tionghoa.
Bersambung....
READ MORE - TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI (Bagian 1)

Sekilas Mengenai Ramalan 12 Shio di Tahun Ayam Api 2017 (2568 Imlek)

Sekilas Mengenai Ramalan 12 Shio di Tahun Ayam Api 2017 (2568 Imlek)
A. Unsur dan Sifat Tahun serta Warna Keberuntungan
Tahun ini merupakan tahun Ayam yang berunsur ‘Api’ dan bersifat ‘Yin’ (bukan ‘Yang’).
Setiap tahun umumnya memiliki warna keberuntungan tersendiri. Jika Anda menggunakan warna keberuntungan dalam keseharian, maka segala sesuatu hal yang menarik Anda pada akhirnya akan berubah menjadi keinginan. Dengan kata lain, itu seperti memberikan pesona keberuntungan dan memberkati Anda dengan kelimpahan dan kemakmuran.
Karena unsur elemen utama tahun 2017 adalah Merah (api = merah), disarankan untuk tidak menggunakan warna merah di pakaian atau aksesoris. Batu perhiasan yang berwarna merah, seperti ruby, garnet atau topaz lebih baik dihindari.
Sebaliknya, gunakan warna-warna yang bersifat melengkapi unsur merah. Warna tanah seperti coklat atau kuning paling cocok untuk semua shio pada tahun 2017.

B. Sekilas Mengenai Ramalan 12 Shio di Tahun Ayam Api 2017 (2568 Imlek)
Sekilas menurut ramalan peruntungan, pemilik shio Ayam di tahun 2017 nanti akan diisi dengan integritas dan efisiensi. Kerja keras adalah kunci untuk mencapai keberhasilan. Ramalan shio 2017 juga memprediksi bahwa keaadan di sepanjang tahun ini akan bermanfaat dalam peningkatan karir, bisnis dan investasi keuangan Anda.
Cobalah terapi penyembuhan alternatif untuk menjaga tingkat stres sehingga Anda dapat menggunakan pikiran Anda secara maksimal.
Selain itu horoskop shio 2017 juga memprediksi bahwa bagi pemilik shio Ayam, ini merupakan tahun yang baik bagi para lajang untuk menikah, atau setidaknya melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius. Jangan mempersulit situasi dengan berpikir dan menganalisis yang terlalu banyak. Hati-hati terlena dengan urusan yang berisiko, karena mereka mungkin tampak menggoda dan menguntungkan.

C. Pertanyaan berikutnya yang ada di benak setiap orang adalah : Apakah di tahun Ayam 2017 akan menjadi tahun keberuntungan bagi saya atau tidak?
Ramalan shio 2017 memprediksi bahwa tahun 2017 nanti akan berubah menjadi tahun yang sangat baik untuk pemilik Shio Naga. Sementara Shio Ular dan Shio Kerbau akan mendapatkan hal yang besar di tahun ini.
Bagi pemilik Shio Anjing dan Shio Macan juga akan memiliki tahun yang baik. Sedangkan Shio Kambing, Shio Babi dan Shio Monyet akan memiliki campuran keadaan kejadian baik dan buruk (netral). Terakhir, Shio Kelinci, Shio Kuda dan Shio Tikus mungkin akan menghadapi beberapa masalah di sepanjang tahun (ciong).
Tapi selama Anda memiliki kemauan dan fokus untuk mengatasi semua tantangan, tidak ada hal yang dapat menghentikan Anda dalam mencapai target!

D. Ramalan Fengshui Tahun 2017
Sekarang mari kita lihat pada ramalan Fengshui 2017 . Berikut adalah beberapa tips Fengshui untuk membuat tahun Anda berjalan dengan lancar. Ungu dan lavender akan menjadi warna pembawa keberuntungan. Tetap berpikir positif. Meditasi akan membantu Anda pikiran menjadi tenang dan tentram. Sementara batu ametis (batu kecubung) dan topaz akan membuat keberuntungan dan kesuksesan mendekat pada Anda.
Bacalah panduan ramalan peruntungan shio di tahun 2017 dibawah ini. Setiap shio berisi peruntungan horoskop Tiongkok kuno untuk Asmara, Karir, Keuangan, Kesehatan, Wisata dan Keluarga. Juga mendapatkan prediksi Fengshui 2017 untuk 12 shio.
READ MORE - Sekilas Mengenai Ramalan 12 Shio di Tahun Ayam Api 2017 (2568 Imlek)

Tata Cara Dan Makna Jumlah Batang Hio Sembahyang




Tata Cara Dan Makna Jumlah Batang Hio Sembahyang

Tata cara sembayang rakyat jelata alias minjian xinyang, secara umum sih sembayang dibagi 3 tata cara, yaitu cara Buddha Mahayana, Kong Hu Cu sama Tao. Semuanya menggunakan satu atau tiga batang hio.

Susunan meja sembayang secara umum :
Teh, air putih , arak ( ciri Tao , Kong Hu Cu ), lambang Taiji Yinyang, air putih lambang taichi, teh lambang Yin, arak lambang Yang.
Lima macam buah atau lima warna , lambang lima unsur. Kalau agama Buddha , ada yang kaitkan sama 5 Dhyani Buddha.
Tiga batang hio lambang San Cai / Sanguan / Taiji Liangyi, Triratna, Sanqing.
Satu batang hio lambang Taiyi, Dao Cara penghormatan :
Kepalan yang membentuk Delapan kebajikan dan orang tua /cara Kong Hu Cu.
Kepalan yang membentuk Bola Taiji / menggenggam Taiji / cara Tao.
Anjali atau merangkapkan Kedua telapak tangan / cara Buddha.
Tiga Arti Pai / Sembahyang.
Pai pertama membalas jasa Langit dan Bumi / Yi bai baoda tiandi en
Pai kedua membalas jasa Orang tua / Er / Zhai bai baodao fumu en
Pai ketiga membalas jasa Para guru / San bai baodao enshi en

Tambahan menurut Xuan Tong :
Secara umum, jumlah hio ganjil adalah untuk Dewa, Tuhan, tokoh yang berjasa untuk masyarakat luas dan mahluk suci lainnya. Ganjil dalam metaphysic Tiongkok adalah lambang dari unsur Yang atau positif. Yang berjumlah genap adalah untuk leluhur, arwah yang meninggal, setan gentayangan.
Ketika melangkah masuk ruang sembahyang juga harus kaki kiri dahulu yang maknanya adalah kita harus mengutamakan sifat-sifat kebajikan kita. Menancapkan hio dengan tangan kiri juga artinya kita akan selalu menancapkan kebajikan di alam langit dan alam bumi.
Tapi dalam masyrakat awam timbul keyakinan bahwa melangkah dengan kaki kiri akan membuat rejeki melimpah dan jika dimulai dengan langkah kaki kanan adalah mengacaukan tatanan alam semesta dan mengundang bencana.Tentunya hal ini adalah salah kaprah kecuali 1 hal yaitu melangkah dengan kaki kanan, yang mana adalah mengutamakan keburukan tentunya mengubah atau mengacaukan tatanan alam semesta.
Pada umumnya kita sembahyang mengunakan 1 atau 3 batang hio ..Tapi sebenarnya ada makna khusus untuk berapa batang hio kita pakai dari untuk yang seharian sampai yang digunakan pada keadaan terdesak / khusus, seperti yang berikut ini :

1 Batang Hio biasanya Kauw Siu Thao, Para Dewa-Dewi di rumah untuk hari biasa kecuali Ce It dan Cap Go setiap bulannya.
3 Batang Hio umum buat Pai Thien ( Ti kong ), Para Dewa-Dewi dll.
5 Batang Hio biasanya untuk usaha /dagang ( khusus untuk Dewa Hok Tek Ceng Sin dan Dewa Cai Sen lainnya )
6 Batang Hio biasanya untuk keperluan orang lain
7 Batang Hio biasanya untuk mohon khusus dan juga untuk sesuatu hal membalikan kepada orang lain.
8 Batang Hio biasanya dalam hal ini bila kesusahan / kesialan yang terus menerus menimpa.
9 Batang Hio pujian-pujian untuk semua makhluk-makhluk dan Dewa-Dewi ( Paling bagus kalau sembhyang jam 9 malam di rumah ).
12 Batang Hio agar semua makluk dapat kebahagiaan
36 Batang Hio kesuksesan dan keharmonisan
108 Batang Hio bila terdesak oleh keadaan atau ada permintaan khusus sekali.
Mohon sedikit perhatian :
- Usahakan saat menancapkan hio diusahakan berjejer seperti kipas.
Tancaplah hio dengan hormat, jangan sembarangan.
- Khusus untuk 7 batang hio hanya digunakan bila terpaksa saja ( keadaan terdesak )
- Khusus menggunakan 108 batang hio merah untuk sembahyang kepada THIEN ( Tuhan ) tepat jam 12 malam...
Lalu sampaikan permintaan / permohonan anda. Minta ? Berdoa harus dengan hati yang tulus pada Thien ( Tuhan ) Setiap habis sembahyang, bakar Toa Kim 1 kunci, tulis nama, umur, shio dan alamat permohonan lalu dibakar di tempat yang bersih. Lakukanlah 3 malam berturut-turut.
- Hio warna merah khusus mohon sesuatu
- Hio warna kuning untuk sembayang biasa.
- Hio warna hijau biasanya untuk orang meninggal

Umumnya dalam Tao, Lima batang hio melambangkan lima arah. Tujuh batang melambangkan tujuh bintang utara. Dan duabelas batang melambangkan duabelas satuan waktu bumi. Ini semua berkaitan dengan ritual mereka yang ditujukan untuk kasus-kasus spesifik. Tapi dimasyarakat beredar pandangan bahwa duabelas batang hio untuk permintaan kepada Tian dan harus dilakukan jam 12 malam karena saat itu suasana hening dan sebagainya. Jam 12 malam dilakukan sembahyang atau meditasi ini berkaitan dengan pergantian qi alam semesta, dimana saat itulah unsur Yang menguat dan unsur Yin melemah dan dalam satuan pengertian zi di 12 cabang bumi adalah mulainya sesuatu yang baru. Artinya adalah berkaitan dengan perubahan waktu.
Ritual orang Tionghoa memiliki banyak nilai filsafatnya dan arti tersembunyi, seperti mengapa harus menaruh hio diantara ke dua alis, kenapa harus ditaruh di tengah dada dan sebagainya. Arti menaruh hio ditengah dada adalah menyalakan hio hati dan api hio hati itu harus selalu dijaga, artinya adalah kita harus melakukan kebajikan dan biarlah kebajikan kita itu bagaikan asap hio yang harum dan memberikan kebahagian kepada sekitar kita.
Untuk posisi diantara dua alis, ini berkaitan dengan titik jalan darah. Tapi bisa juga diartikan penghubung antara langit bumi dan manusia.
Hio warna hijau setahu saya digunakan untuk mereka yang meninggal ketika berusia dibawah 60 tahun dan masih dalam masa berkabung 1 tahun atau xiao xiang. Orang Tionghoa senang menggunakan simbol untuk menyatakan sesuatu, misalnya kain hitam yang dipasang di tangan ketika keluarga ada yang meninggal, posisi kain hitam di kiri artinya yang meninggal adalah ayah.
Guratan cat atau kertas putih di kaca rumah yang meninggal juga mengandung arti, jika guratan itu adalah X artinya kedua orangtuanya sudah tidak ada, jika guratannya dari kanan kekiri artinya pria atau orang tua laki-laki yang meninggal. Dengan melihat simbol itu, kita langsung tahu siapa yang meninggal dan ketika kita masuk ke dalam ruangan, kita bisa tahu yang mana mantu, cucu dalam, cucu luar dan sebagainya.
Sayangnya simbol-simbol ini sekarang dianggap suatu bentuk kemunduran, hal yang memalukan, kuno, ketinggalan jaman atau juga lambang iblis. Sungguh ironis dan yang lebih menggelikan adalah orang Tionghoa sendiri yang memandang rendah tanpa tahu nilai atau artinya.
Mudah mudahan ini berguna dan bermanfaat buat kita semuanya, semoga semua selalu sehat, selamat, sejahtera dan bahagia bersama keluarga.

Gan En
READ MORE - Tata Cara Dan Makna Jumlah Batang Hio Sembahyang

Duan Wu, Festival Dumpling (Kue Cina) dari Beras dan Perlombaan Kapal Naga

Hari kelima pada bulan kelima lunar menandai festival Duan Wu, dikenal juga dengan Festial Kapal Naga (Dragon Boat Festival) atau Festival Dumpling (kue Cina). Ini bermakna hari kesehatan karena adat tradisional menghindari penyakit dan menghilangkan toksin telah dipertahankan dan di praktikan selama ini. Pada hari ini setiap rumah membuat dumpling (kue Cina) dari beras. Hari ini konon ketima meru[akan Qu Yuan melompat ke Mulio River dan bunuh diri. Bangsa Cina melemparkan dumpling (Kue Cina) ke sungai untuk mengenang pujangga besar ini yang menyerahkan jiwanya untuk negaranya Chu. 

READ MORE - Duan Wu, Festival Dumpling (Kue Cina) dari Beras dan Perlombaan Kapal Naga

Apa Yang Membedakan Klenteng dan Vihara



Bicara Klenteng dan Vihara tentu sudah tidak asing untuk kita semua. Namun sayangnya banyak orang salah kaprah yang menganggap Klenteng dan Vihara itu sama. Yah mungkin karena biasanya Klenteng dan Vihara ada dalam satu lingkup sehingga banyak orang berpendapat Klenteng dan Vihara itu sama saja.

Biar tidak salah dan untuk sekedar menambah wawasan kamu kali ini Buddha.id akan ulas perbedaan antara Klenteng dan Vihara dibawah ini :


Klenteng

Merupakan rumah ibadah umat Konghucu/Tao, namun terkandang Theravada juga suka bersembayang di Klenteng tersebut ( tergantung orangnya )
Biasanya bangunan berarsitektur ala Tiomgkok
Di dalam Klenteng terdapat rupang para dewa/dewa yang dipuja umat
Terdapat tempat tunggku untuk membakar kertas sembahyang
Biasanya juga sekaligus merupakan tempat perkumpulan/yayasan sosial, seperti Kelompok Pemain Barongsai, dll.
Klenteng biasanya diberi nama dari bahasa mandarin atau bahasa indonesia misalkan Klenteng Tjo Soe Kong.

Vihara
Adalah rumah ibadah umat Buddha
Biasanya berarsitektur India/Thailand, ada pula yang berarsitektur Tiongkok
Tidak ada tempat untuk membakar kertas sembahyang
Sebuah tempat bisa dikatakan Vihara apabila: memiliki minimal 1 ruang dhammasala(ruang kebaktian), memiliki kuti (tempat tinggal bikkhu), perpustakaan, bahkan ruang khusus untuk khotbah. Vihara yang lebih kecil disebut Cetya yang hanya memiliki 1 ruang dhammasala (ruang kebaktian) tanpa memiliki dhammasala dan perpustakaan. Vihara yang lebih besar dan memiliki taman disebut Arama. Vihara bisa disebut Arama apabila: memilkiki minimal 1 ruang dhammasala, kuti, perpustakaan, ruang khotbah, dan yang paling penting taman.
Vihara biasanya diberi nama dari bahasa pali atau Sanskerta misalkan Vihara Dharma Ramsi

Demikianlah uraian singakat tentang Perbedaan Klenteng dan Vihara, kurang lebihnya anda bisa tambahkan dengan meninggalkan komentar dibawah ini.

Semoga artikel bermanfaat untuk kita semua Salam Metta.

READ MORE - Apa Yang Membedakan Klenteng dan Vihara

"TUHAN TAK AKAN MEMBERIKAN BERKAH KPD UMAT YG TDK DPT MENGHARGAI BUDI / JASA ORANG LAIN



Pada zaman dahulu, di negara Tiongkok propinsi Hang Zhou terdpt sebuah desa yg memiliki tanah yg subur. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di desa itu adalah bertani,sehingga mereka pun hidup makmur.

Di desa itu terdpt seorg saudagar kaya yg bernama Han Sen , memiliki puluhan hektar tanah persawahan. Krn keuletan dan kebaikannya, ia dikarunia hasil sawah yg berlimpah ruah. Walau kaya, Han Sen tdk pernah lupa daratan. Ia tetap hidup bersahaja dan sgt mematuhi semua nasehat yg diberikan ayah dan ibunya.

Tetapi amat disayangkan, Han sen memiliki seorg istri yg boros (Mei Su) .Mungkin telah menjadi kepribadian keluarga istrinya, setiap makan nasi pasti tdk habis dan sisa nasi di piring dibuang begitu saja. Nasehat Han Sen selama 2 thn tdk dihiraukan istrinya dgn alasan di gudang beras mereka masih banyak cadangan beras. Lagipula,nasi yg dibuangnya cuma sedikit saja.

Para leluhur mengatakan " TUHAN TAK AKAN MEMBERIKAN BERKAH KPD UMAT YG TDK DPT MENGHARGAI "

Tdk slamanya langit itu cerah. Pada suatu ketika sawah Han Sen diserang hama wereng yg meng akibatkan tanaman padinya rusak semua. Empat kali penanaman dilakukan dan semuanya gagal panen akibat hama wereng yg mengganas.

Persediaan beras di gudang pun mulai habis. Han Sen sekeluarga mulai menghemat dgn memakan bubur . Setiap hari, kecuali Mei su yg tdk tahan makan bubur selama 2 minggu. Melihat suaminya yg telah bangkrut , ia pun memiliki rencana utk meninggalkan suaminya. Segala alasan mulai dijadikan sbg bahan utk bertengkar agar berpisah. Bahkan terakhir Mei su mulai mencari masalah dgn kedua orang tua Han sen .

Pada suatu pagi, ketika Mei Su telah siap-siap utk meninggalkan rumah, Han Sen mengajaknya utk mengunjungi tanah persawahan mereka sejenak. Kareba ada sesuatu yg akan diperlihatkan Han Sen kpd istrinya, sblm mereka berpisah. Ditengah-tengah area persawahan milik Han Sen terdpt sebuah peternakan ayam yg luas sekali. Ribuan ekor ayam di ternak disana utk diambil daging dan sebagian diambil telurnya.

Mei Su : " peternakan siapakah ini?"

Han Sen : " Peternakan ini berasal dr nasi yg kamu buang selama 2 thn , istriku."

Mei Su : " Bagaimana mungkin?? Nasi yg kubuang sedikit saja setiap hari. Bagaimana bisa menjadi peternakan ayam seluas ini??"

Han Sen : " Pada mulanya saya membeli 4 ekor ayam betina dan 1 ekor ayam jantan . Ke-5 ekor ayam itu saya perihara di belakang rumah kita dgn diberi sisa nasi yg kamu buang tiap hari. Kemudian ayam itu bertelur dan menetaskan anak ayam, sehingga ayam kita bertambah terus. Sebagian ayam kujual utk membeli makanan mereka dan sebagian nasi yg kamu buang secara rutin kuberikan pd ayam kita. Demikianlah usaha peternakan ini saya kelola dan berkembang terus sampai hari ini.'

Melihat suaminya ternyata tdk bangkrut, Mei su ingin kembali kpd suaminya lg. Han sen bersedia menerima istrinya kembali dgn satu syarat, yaitu "BILA SEEMBER AIR SETELAH DI SIRAM KELUAR DR RUMAH DPT DIKUMPULKAN KEMBALI", barulah Han sen dpt menerima istrinya kembali. Mungkinkah ?? Bersalahkah Han sen yg tdk bersedia menerima istrinya kembali?

Suami istri yg baik adalah ia selalu bersama kita baik didlm kesusahan maupun ketika senang. Siapapun yg tetap setia bersama kita walaupun ketika susah, HARGAILAH dan hormatilah dia sepanjang masa. Bagaimana ia yg hanya bersedia bersama kita di saat senang saja?

Pantaskah ia dihargai dan dihormati? Kita jugalah yg lebih mengetahuinya.

" LEBIH BAIK MENELAN BOLA BESI PANAS SPT BARA API DRPD SELALU MENERIMA MAKANAN DR ORG LAIN DAN TETAP BERKELAKUAN BURUK SERTA TDK TERKENDALI "
READ MORE - "TUHAN TAK AKAN MEMBERIKAN BERKAH KPD UMAT YG TDK DPT MENGHARGAI BUDI / JASA ORANG LAIN

PUJA BAKTI LIAM KENG) / NIEN CING PAGI & MALAM MALAM PENGANUT TAO (MORNING & EVENING CHANT)



Pembacaan Mantra Utama di altar utama, cocok diputar pagi & sore dialtar tempat sembahyang, kelenteng, dan tempat ibadah tridharma utk membersihkan altar, membersihkan langit dan bumi, 4 penjuru, mengundang dewa bumi, memperkuat kekuatan penekun tao (mantra sinar emas) dan terakhir memperkuat hawa murni tempat sembahyang.

Catatan tidak boleh dibacakan diatas jam 10 malam, saat hujan lebat / angin ribut, suasana langit gelap atau saat energi "yin" terlalu besar.

Cocok diputar Tiap Hari Pagi / Sore dikelenteng-kelenteng, rumah ibadah, TITD, bio-bio, agar semua dewa-dewa bisa hadir, energi langit bumi dimurnikan, hawa kelenteng tambah kuat, menekan gangguan mara / hawa negatif di kelenteng / bio2 / titd.

Video cuplikan puja bakti pagi di Kelenteng Taoisme di Long Hu Shan (salah satu empat gunung suci Taosime)


8 Mantra Utama Taoisme (八大神咒 - Ba Da Shen Zhou)

Biasanya 8 mantra ini dibaca sebelum diadakan pembacaan Kitab Tao, atau sebelum melakukan ritual ritual khusus. jika ada yang salah mohon dikoreksi.

八大神咒. 8 Mantra Utama Dao

1. 净心神咒 , jing xin shen zhou / mantra pembersih hati :

太上台星(tài shàng tái xīng),应变无停(yìng biàn wú tíng)。
驱邪缚魅(qū xié fù mèi),保命护身(bǎo mìng hù shēn)。
智慧明净(zhì huì míng jìng),心神安宁(xīn shén ān níng)。
三魂永久(sān hún yǒng jiǔ),魄无丧倾(pò wú sàng qīng)。
急急如律令(jí jí rú lǜ lìng)。

2. 净口神咒 , jing kou shen zhou/ mantra pembersih mulut dan ucapan :

丹朱口神(dān zhū kǒu shén),吐秽除氛(tǔ huì chú fēn)。
舌神正伦(shé shén zhèng lún),通命养神(tōng mìng yǎng shén)。
罗千齿神(luó qiān chǐ shén),却邪卫真(què xié wèi zhēn)。
喉神虎贲(hóu shén hǔ bēn),炁神引津(qì shén yǐn jīn)。
心神丹元(xīn shén dān yuán),令我通真(lìng wǒ tōng zhēn)。
思神炼液(sī shén liàn yè),道炁常存(dào qì cháng cún)。
急急如律令(jí jí rú lǜ lìng)。

3. 净身神咒 , jing shen shen zhou / mantra pembersih raga :

灵宝天尊(líng bǎo tiān zūn),安慰身形(ān wèi shēn xíng)。
弟子魂魄(dì zǐ hún pò),五脏玄冥(wǔ zàng xuán míng)。
青龙白虎(qīng lóng bái hǔ),队仗纷纭(duì zhàng fēn yún);
朱雀玄武(zhū què xuán wǔ),侍卫我真(shì wèi wǒ zhēn)。
急急如律令(jí jí rú lǜ lìng)。

4. 安土地神咒 , an tu di shen zhou/ mantra pengaman bumi :

元始安镇(yuán shǐ ān zhēn),普告万灵(pǔ gào wàn líng)。
岳渎真官(yuè dú zhēn guān),土地祗灵(tǔ dì zhī líng)。
左社右稷(zuǒ shè yòu jì),不得妄惊(bù dé wàng jīng)。
回向正道(huí xiàng zhèng dào),内外澄清(nèi wài chéng qīng)。
各安方位(gè ān fāng wèi),备守坛(bèi shǒu tán)(家(jiā))庭(tíng)。
太上有命(tài shàng yǒu mìng),搜捕邪精(sōu bǔ xié jīng)。
护法神王(hù fǎ shén wáng),保(bǎo)卫(wèi)诵(sòng)经(jīng)。
皈(guī)依(yī)大(dà)道 (dào),元(yuán)亨(hēng)利(lì)贞(zhēn)。

5. 净天地神咒 , jing tian di shen zhou/ mantra pembersih langit dan bumi :

天地自然(tiān dì zì rán),秽炁分散(huì qì fēn sàn)。
洞中玄虚(dòng zhōng xuán xū),晃朗太元(huǎng lǎng tài yuán)。
八方威神(bā fāng wēi shén),使我自然(shǐ wǒ zì rán)。
灵宝符命(líng bǎo fú mìng),普告九天(pǔ gào jiǔ tiān);
乾罗答那(qián luó dá nà),洞罡太玄(dòng gāng tài xuán);
斩妖缚邪(zhǎn yāo fù xié),度人(dù rén)(杀鬼(shā guǐ))万千(wàn qiān)。
中山神咒(zhōng shān shén zhòu),元始玉文(yuán shǐ yù wén),
持诵一遍(chí sòng yī biàn),却病延年(què bìng yán nián);
按行五岳(àn háng wǔ yuè),八海知闻(bā hǎi zhī wén);
魔王束首(mó wáng shù shǒu),侍卫我轩(shì wèi wǒ xuān);
凶秽消散(xiōng huì xiāo sàn),道炁常存(dào qì cháng cún)。
急急如律令(jí jí rú lǜ lìng)。

6. 金光神咒 , jin guang shen zhou / mantra sinar emas :

天地玄宗(tiāndìxuánzōng),万炁本根(wànqìběngēn)。
广修亿劫(guǎngx iūyìjié),证吾神通(zhèngwúshéntōng)。
三界内外(sānjiènèiwài), 惟道独尊(wéidàodúzūn)。
体有金光(tǐyǒujīnguāng),覆映吾身(fùyìngw úshēn)。
视之不见(shìzhībújiàn),听之不闻(tīngzhībúwén)。
包罗天地( bāoluótiāndì),养育群生(yǎngyùqúnshēng)。
受持万遍(shòuchíwàn biàn),身有光明(shēnyǒuguāngmíng)。
三(sān) 界侍卫(jièshìwèi),五帝司迎(wǔdìsīyíng)。
万神朝礼(wànshéncháolǐ ),役使雷霆(yìshǐléitíng).
鬼妖丧胆(guǐyāosàngdǎn), 精怪忘形(jīngguà iwàngxíng)。
内有霹雳(nèiyǒupīlì),雷神隐名(léishényǐnmíng)。
洞 慧交彻(dònghuìjiāochè),五炁腾腾(wǔqìténgténg)。
金光速现(jīnguā ngsùxiàn),覆护真人(fùhùzhēnrén)。
急急如律令(jíjírúlǜlìng)。

7. 祝香神咒 , zhu xiang shen zhou/mantra mempersembahkan hio :

道由心学(dào yóu xīn xué),心假香传(xīn jiǎ xiāng zhuàn)。
香燕玉炉(xiāng yàn yù lú),心存帝前(xīn cún dì qián)。
真灵下盼(zhēn líng xià pàn),仙旆临轩(xiān pèi lín xuān)。
令臣关告(lìng chén guān gào),迳达九天(jìng dá jiǔ tiān)。

8. 玄蕴咒(xuányùnzhòu) / Mantra Awan Keagungan (kegaiban / kesucian) mengandung misteri :

云篆太虚(yún zhuàn tài xū),浩劫之初(hào jié zhī chū)。
乍遐乍迩(zhà xiá zhà ěr),或沉或浮(huò chén huò fú)。
五方徘徊(wǔ fāng pái huái),一丈之余(yī zhàng zhī yú)。
天真皇人(tiān zhēn huáng rén),按笔乃书(àn bǐ nǎi shū)。
以演洞章(yǐ yǎn dòng zhāng),次书灵符(cì shū líng fú)。
元始下降(yuán shǐ xià jiàng),真文诞敷(zhēn wén dàn fū)。
昭昭其有(zhāo zhāo qí yǒu),冥冥其无(míng míng qí wú)。
READ MORE - PUJA BAKTI LIAM KENG) / NIEN CING PAGI & MALAM MALAM PENGANUT TAO (MORNING & EVENING CHANT)

GUNUNG SUCi TAOISME ke-4 QING CHENG

Gunung Qing Cheng adalah salah satu situs yang sangat penting di Tiongkok dan memainkan peranan sentral dalam perkembangan Taoise di Dunia dan di Indonesia. Banyak aliran Tao di Indonesia berasal dari aliran Qingcheng, salah satu ciri mereka adalah memakai baju putih putih dan memakai kancing 1 dan 2.

Istilah Tjeng It atau pemimpin upacara juga berasal dari daerah sini. Konon kelenteng-kelenteng Tridharma di Indonesia berasal dari kelenteng2 di Putien, Fujian, Tiongkok, dan guru2 mereka berasal dari aliran Qingcheng.


Gunung Qingcheng dan waduk Dujiiangyan adalah salah satu situs yang termasuk dalam daftar situs yang dilindungi badan PBB Unesco. Terletak di Provinsi Sichuan, Tiongkok Barat, dan didataran tinggi diatas 1260 mtr dr permukaan laut. Pegunungan ini memiliki 36 Puncak dan membelah ditengahnya sungai dan air terjun yang indah. Sama seperti Chu Yun Shan tampak dari atas seperti lambang yin yang.

Dalam mitologi Taoisme, disitulah Kaisar Kuning mendapat ilmu tao dari Dewa Ning Fengzhi sehingga menjadi kaisar titisan langit yang menguasai ilmu taoisme dan juga seorang raja yang sangat bijaksana dan mengajarkan bercocok tanam / dan ilmu pertanian.

Tak pelak lagi karena fengshui yang sangat bagus maka konon ditempat ini, banyak pertapa taoisme yang mencapai kedewaan. Ditempat pula terdapat hewan Panda yang dikonservasi / dilindungi di taman margasatwa Dujiangyan.

In English.....

Mount Qingcheng
UNESCO World Heritage Site
Mount Qingcheng and the Dujiangyan Irrigation System
Name as inscribed on the World Heritage List
A Taoist temple at Mount Qingcheng

Inscription history
Inscription 2000 (24th Session)
Mount Qingcheng (Chinese: 青城山; pinyin: Qīngchéng Shān) is a mountain in Dujiangyan, Sichuan, China. It is amongst the most important centres of Taoism (Daoism) in China. In Taoist mythology, it was the site of the Yellow Emperor's studies with Ning Fengzhi. As a centre of the Daoist religion it became host to many temples. The mountain has 36 peaks. It is home to Dujiangyan Giant Panda Center.




            

READ MORE - GUNUNG SUCi TAOISME ke-4 QING CHENG
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.