ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 2 - AKHIR)

 
ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 2 - AKHIR)

Cerita tentang Penyalaan Lampu
Pada Zaman dulu, banyak terdapat Raksasa dan Binatang buas yang sering menganggu umat Manusia. Oleh Karena itu, masyarakat saat itu membentuk pasukan untuk mengusir raksasa dan binatang buas tersebut. Suatu hari, seekor burung dewa tersesat dan jatuh ke bumi sehingga tidak sengaja dibunuh oleh para pemburu binatang buas tersebut. Kaisar Langit mengetahuinya dan sangat marah sekali yang kemudian memerintahkan para tentara langit untuk menghukum umat manusia dengan cara membakar bumi pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek.

Seorang Putri dari Kaisar Langit yang sangat berbaik hati sangat sedih dan tidak tega untuk melihat umat manusia yang tidak bersalah mengalami penderitaan tersebut. Putri tersebut secara diam-diam turun ke bumi untuk memberitahukan perintah kaisar langit tersebut kepada umat manusia. Orang-orang yang mendengarkannya sangat panik dan takut sekali, beberapa saat kemudian seorang Lansia (lanjut usia) mengeluarkan suatu ide agar setiap rumah menyalakan lampu, petasan dan kembang api pada hari ke 14, 15 dan 16 bulan pertama penanggalan Imlek untuk mengelabui Kaisar langit. Dengan demikian, Kaisar Langit akan mengira bahwa bumi lagi mengalami kebakaran dan ledakan.

Semua orang menyetujui ide tersebut dan lakukan persiapan masing-masing. Pada malam ke 15 bulan pertama saat Kaisar langit melihat ke bumi, Kaisar Langit melihat bumi terang benderang seperti benar-benar terjadi kebakaran dan juga terdengar suara ledakan selama 3 hari berturut-turut. Dengan demikian, masyarakat saat itu dapat selamat dari musibah kebakaran tersebut dan dapat melindungi harta benda mereka dari bencana. Untuk memperingati keberhasilan tersebut, pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, setiap keluarga menyalakan lampu dan memasang lentera dirumahnya serta membunyikan petasan dan kembang api.

Keberhasilan pemberantasan pemberontakan Keluarga Lv [吕] oleh Han Hui Di
Pada Dinasti Han, setelah wafatnya Kaisar Han Gao Zu [汉高祖] (kaisar pertama Dinasti Han, Liu Bang). Putra dari Permaisuri Lv [吕后] yang bernama Liu Ying [刘盈] naik tahta menjadi kaisar dengan gelar Kaisar Han Hui Di [汉惠帝]. Tetapi Kaisar Han Hui Di sangat lemah dan sifatnya yang pengecut dan ragu-ragu menyebabkan kekuasaannya jatuh ke tangan Permaisuri Lv [吕后]. Setelah Kaisar Han Hui Di wafat, Kekuasaan sepenuhnya diambil alih oleh Permaisuri Lv, banyak jabatan tinggi diduduki oleh keluarga Lv. Para menteri dan pejabat tinggi Dinasti Han sangat marah, sedih dan kuatir akan Dinasti Han yang semestinya adalah milik keluarga Liu, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Permaisuri Lv. Setelah wafatnya Permaisuri Lv, Pejabat-pejabat keluarga Lv yang dulunya mendapat dukungan penuh dari Permaisuri Lv merasa kuatir dan terancam. Mereka yang dipimpin oleh Jenderal Lv Lu [吕禄] merencanakan untuk merebut kekuasaan kerajaan Dinasti Han.

Perencanaan Rahasia tersebut akhirnya terdengar oleh Liu Nang yang saat itu menjabat sebagai Raja Qi. Untuk melindungi Dinasti Han dari pemberontakan tersebut, Liu Nang memutuskan untuk melakukan penyerangan terhadap keluarga Lv dan kelompoknya.
Setelah berhasil memberantas pemberontakan ini, anak kedua dari Kaisar Han Gao Zu yang bernama Liú héng [刘恒] naik tahta menjadi Kaisar Dinasti Han dengan gelar Han Wen Di [汉文帝]. Untuk memperingati keberhasilan ini, Kaisar Han Wen Di memerintahkan untuk melakukan perayaan pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, Setiap keluarga di Ibukota diharuskan untuk menggantungkan Lentera, menyalakan lampu dan melakukan Pesta yang meriah di seluruh sudut Ibukota.
READ MORE - ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 2 - AKHIR)

PERAYAAN CAP GO MEH (元宵节 / YUAN XIAO JIE), POJOK TRADISI Artikel 12 dari 12 Artikel

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
PERAYAAN CAP GO MEH (元宵节 / YUAN XIAO JIE), POJOK TRADISI Artikel 12 dari 12 Artikel
Cap Go Meh melambangkan hari kelima belas (hanzi : 十五暝; pinyin : Shíwǔ míng) bulan pertama Imlek dan merupakan hari terakhir dari rangkaian masa perayaan Imlek bagi komunitas migran Tionghoa yang tinggal di luar China. Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkian yang bila diartikan secara harafiah bermakna “15 hari atau malam setelah Imlek”. Bila dipenggal per kata, ‘Cap’ mempunyai arti sepuluh, ‘Go’ adalah lima, dan ‘Meh’ berarti malam.
Perayaan Cap Go Meh atau Perayaan Lampion ini tidak hanya dirayakan di Indonesia saja. Beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga ikut merayakan hari raya ini. Di negara Tiongkok, festival Cap Go Meh dikenal dengan nama Festival Yuanxiao (元宵节; Yuánxiāo jié) atau Festival Shangyuan. Perayaan ini awalnya dirayakan sebagai hari penghormatan kepada Dewa Thai Yi. Dewa Thai Yi sendiri dianggap sebagai Dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M).
Perayaan Cap Go Meh di tanah air kerap dilaksanakan di jalan raya dengan melakukan kirab
Upacara ini dirayakan secara rutin setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan pertama menurut sistem penanggalan kalender Imlek. Upacara ini dahulu dilakukan tertutup hanya untuk kalangan istana dan belum dikenal secara umum oleh masyarakat Tiongkok. Upacara ini dilakukan pada malam hari; untuk itu perlu disiapkan penerangan dengan lampu-lampu lampion yang dipasang sejak senja hari hingga keesokan harinya. Inilah yang kemudian menjadi lampion-lampion dan aneka lampu berwarna-warni yang menjadi pelengkap utama dalam perayaan Cap Go Meh.

Ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir perayaan ini menjadi lebih terbuka untuk umum. Saat Tiongkok dalam masa pemerintahan Dinasti Tang, perayaan ini juga dirayakan oleh masyarakat umum secara luas. Festival ini adalah sebuah festival dimana masyarakat diperbolehkan untuk bersenang-senang. Saat malam tiba, masyarakat akan turun ke jalan untuk menikmati pemandangan lampion berbagai bentuk yang telah diberi berbagai hiasan.
Atraksi barongsai yang selalu ada pada saat perayaan Cap Go Meh
Di malam yang disinari bulan purnama sempurna, masyarakat akan menyaksikan tarian naga (masyarakat Indonesia mengenalnya dengan sebutan ‘Liong’) dan tarian Barongsai (Lion Dance). Mereka juga akan berkumpul untuk memainkan sebuah permainan teka-teki dan berbagai macam permainan lainnya, sambil menyantap sebuah makanan khas bernama Yuan Xiao atau Wedang Ronde. Tentu saja, malam tidak akan menjadi meriah tanpa kehadiran kembang api dan petasan.

Yuan Xiao sendiri adalah sebuah makanan yang menjadi bagian penting dalam festival tersebut. Yuan Xiao atau juga biasa disebut Tang Yuan adalah sebuah makanan berbentuk bola-bola yang terbuat dari tepung beras. Bila ditilik dari namanya, Yuan Xiao mempunyai arti ‘malam di hari pertama’. Makanan ini melambangkan bersatunya sebuah keluarga besar yang memang menjadi tema utama dari perayaan Hari Imlek.
Nampak salah satu ritual Thang Sin atau sebutan lokalnya “ence pia” di daerah Manado. Perayaan Festival Cap Go Meh di Indonesia sendiri sangat bervariasi. Perayaan biasanya dilakukan oleh umat kelenteng-kelenteng atau Wihara dengan melakukan kirab atau turun ke jalan raya sambil menggotong ramai-ramai Kio/Usungan yang didalamnya diletakkan arca para Dewa. Bahkan di beberapa kota di tanah air seperti di daerah Jakarta dan di Manado, terdapat atraksi ‘lokthung‘ atau ‘thangsin‘ dimana ada seseorang yang menjadi medium perantara yang konon setelah dibacakan mantra tertentu dipercaya telah dirasuki oleh roh Dewa (Utusan Malaikat) untuk memberikan berkat bagi umat Nya. Mereka biasanya akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah, memotong lengan atau menusuk bagian badannya dengan sabetan pedang, golok, dan lain sebagainya. Sementara di Kalimantan, tepatnya di kota Pontianak dan Singkawang, atraksi ini disebut ‘Tatung‘.
READ MORE - PERAYAAN CAP GO MEH (元宵节 / YUAN XIAO JIE), POJOK TRADISI Artikel 12 dari 12 Artikel

ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 1)

Foto Cetya Tathagata Jakarta. 
ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 1)

Cap Go Meh (Hokkien: 十五暝) atau Hari Raya Yuan Xiao (元宵) melambangkan hari -15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari. Hari Raya Yuan Xiao sendiri memiliki arti Bulan Pertama (Zhen Yue [正月]) dalam penanggalan Imlek disebut juga dengan istilah “Yuan Yue [元月]”. Dalam bahasa Mandarin, Malam disebut juga dengan istilah “Xiao [宵]”. Jadi Yuan Xiao artinya adalah Malam dengan Bulan Purnama pertama dalam Tahun yang baru. Festival “Yuan Xiao” disebut juga dengan Festival “Shang Yuan [上元节]”.

Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

Perayaan Festival Yuan Xiao atau perayaan Cap Go Meh sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu saat Dinasti Han. Pada saat itu, Sebagaian besar Rakyat dan Bangsawan serta Kaisar adalah beragama Buddha yang kemudian mengetahui bahwa setiap Bulan Pertama Tanggal 15 Imlek para Bhikkhu akan melakukan penyalaan pelita untuk menghormati Buddha, maka Kaisar “Han Ming Di [汉明帝]” yang berkuasa saat itu memerintahkan untuk menyalakan Pelita di Istana dan juga semua Vihara untuk menghormati Buddha. Kaisar kemudian juga memerintahkan Rakyatnya untuk menggantungkan Lentera atau menyalakan Pelita di rumah masing-masing untuk menghormati Buddha.

Dalam Agama Buddha, Bulan Pertama tanggal 15 Imlek juga diperingati sebagai hari suci “Magha Puja” yaitu hari berkumpulnya 1250 arahat pada waktu yang bersamaan tanpa adanya kesepakatan terlebih dahulu untuk mendengarkan pembabaran Dhama dari Sang Buddha Sakyamuni, semua Arahat adalah Ehi Bhikku yang artinya adalah ditabhiskan oleh Buddha Sakyamuni sendiri.

Dalam Agama Tao [道教], terdapat istilah San Yuan Shuo [三元说] yang terdiri dari Festival “Shang Yuan Jie [上元节]” yakni jatuh pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, Festival “Zhong Yuan Jie [中元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 7 Imlek dan “Xia Yuan Jie [下元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 10 Imlek. Mereka masing-masing bertanggung jawab atas Langit, Bumi dan Manusia. Tanggal 15 bulan Pertama adalah Shang Yuan Jie yang juga bertanggung jawab atas Langit, memiliki makna sukacita. Pada Hari tersebut juga harus menyalakan Lampu Pelita.

Dalam Perkembangannya, penyalaan lampu pelita di Dinasti Han hanya satu hari, sampai pada Dinasti Tang menjadi 3 hari, Dinasti Song menjadi 5 hari, Bahkan saat Dinasti Ming, perayaan penyalaan Lampu Pelita ini dimulai pada hari ke-8 sampai hari ke-17 bulan pertama Imlek (tepat 10 hari). Pada Dinasti Qing, Perayaan Festival Yuan Xiao dipersingkat menjadi 4~5 hari, tetapi bentuk perayaan diperbanyak seperti adanya kegiatan barongsai dan tarian Naga.

Terdapat beberapa cerita dan dongeng mengenai asal usulnya Festival Yuan Xiao (Cap Go Meh), diantaranya adalah Cerita tentang penyalaan Lampu dan Pemberantasan pemberontrakan keluarga Lv di Dinasti Han.
READ MORE - ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 1)

Cara Prosedur Menjalankan Tradisi Sembahyang King Thi Kong (敬天公)

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Cara Prosedur Menjalankan Tradisi Sembahyang King Thi Kong (敬天公)
Kebajikan ( De 德 ) - Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, atau disebut juga Huang Tian Shang Di (皇天上帝).
Sebenarnya Tuhan itu sendiri tak dapat dijangkau oleh daya pikir / nalar umat manusia yang terbatas, juga tidak dapat dijelaskan melalui ucapan dan tulisan yang amat sangat terbatas, namun melalui penciptaan-Nya kita mempercayai adanya SATU TUHAN, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Percaya dan hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa telah ada sejak 5.000-an tahun yang lalu pada zaman 五帝 Wu Di (Ngo Tee = 5 Kaisar Kuno, tahun 2952 – 2205 SM).
Tradisi Sembahyang King Thi Kong (敬天公) ini turun temurun hingga sekarang, itulah sebabnya setiap tahunnya pada tanggal 9 bulan 1 Imlek, yang tahun ini jatuh pada tanggal 5 Februari 2017 orang Tionghoa terutama orang Hok Kian, melakukan upacara sembahyang King Thi Kong (敬天公) yang dalam Bahasa Mandarin dilafalkan Jìng Tiān Gōng berarti sembahyang kepada Tuhan yang disebut juga perayaan Tahun Baru orang Hokkian.
Upacara sembahyang King Thi Kong ini telah meluas dan bisa dilakukan mulai dari kalangan atas sampai ke golongan masyarakat yang paling bawah atau orang-orang miskin sekalipun, seperti petani, pedagang dan lain-lain. Wilayah Cina yang menyelenggarakan upacara ini adalah propinsi Fujian dan Taiwan. Upacara ini juga diadakan di tempat-tempat lain yang didiami oleh komunitas yang leluhurnya berasal dari kedua propinsi tersebut.
Di Propinsi 福建 Fu Jian (Hok Kian) dan 臺灣 Taiwan muncul istilah yang sangat populer, yaitu 初九天公聖 Chu Jiu Tian Gong Sheng, yang berarti bahwa pada Cia Gwe Cwe Kao (Tanggal 9 bulan pertama Imlek) adalah Hari Ulang Tahun Thi Kong. Upacara King Ti Kong ini disebut juga dengan istilah Sembahyang Tebu.
Sehingga masyarakat di propinsi Hok Kian dan Taiwan mengadakan sembahyang khusus untuk menghormati Thi Kong (Tuhan). Upacara King Thi Kong ini juga telah menyebar di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Saat ini yang sembahyang King Thi Kong, bukan hanya orang Hok Kian saja, tapi sudah menyebar dengan suku Tionghoa lainnya seperti Tio Ciu, Kong Hu, Hakka dll.

Persiapan Upacara King Thi Kong
Upacara King Thi Kong dapat diselenggarakan secara sederhana atau lengkap, yang terpenting adalah ketulusan dan kesuciannya, bukan kemewahannya. Sembahyang King Thi Kong ini biasanya dilakukan pada Cia Gwe Ce Pek (Tanggal 8 bulan 1 imlek) tengah malam pukul 12 yang berarti sudah masuk Cia Gwee Ce Kaw (Tanggal 9 bulan 1 imlek).
Yang melaksanakan ritual King Thi Kong adalah orang yang sudah berpantang makanan berjiwa atau vegetarian sejak hari ke 4 bulan 1 sampai dengan hari ke 9 bulan 1. Pantang makan daging merupakan syarat, karena dahulu para warga yang bersembunyi ke kebun tebu itu sama sekali tidak mengonsumsi daging.
Dalam ritual ini, segala perlengkapan harus khusus atau tidak pernah dipergunakan untuk keperluan lainnya, bersih lahir dan batin. Pagi hari di hari ke 9, upacara dimulai oleh anggota keluarga tertua (kakek) atau kepala keluarga (suami, ayah).
Upacara King Ti Kong dipandang terpenting dalam rangkaian upacara Sincia karena merupakan kunci dan penentu semua langkah kehidupan bagi seluruh anggota keluarga di tahun yang akan dijalani.
Penduduk yang miskin cukup menempatkan sebuah Hiolo (tempat menancapkan dupa) kecil yang digantungkan di depan pintu rumahnya dan menyalakan hio (dupa) dari pagi sampai tengah malam secara terus menerus. Bagi orang berada, acara sembahyang ini merupakan hal yang paling megah dan khidmat.

Hal-hal yang dapat mengingatkan orang Tionghoa kepada pengalaman leluhurnya waktu itu, biasanya diikut sertakan dalam tata-cara sembahyang King Thi Kong, misalnya :
- Sebuah Meja sembahyang King Thi Kong dengan taplak meja warna merah. Meja altar biasanya diletakkan di atas dua atau empat bangku kecil.
Hal ini disebabkan sewaktu pertama kali mengadakan sembahyang King Thi Kong sebagai rasa syukur, leluhur mereka tidak memiliki meja khusus dan leluhur juga mempercayai bahwa pemujaan kepada Thi Kong (Tuhan) harus di atas pemujaan biasa (melakukan penghormatan di atas kepala). Itulah sebabnya maka meja yang biasa (pendek) diberi ganjal bangku supaya menjadi lebih tinggi.
- Sepasang tebu yang diikatkan di sebelah kanan dan kiri sisi meja, biasanya diikatkan sebatang tebu yang masih utuh (ada akar sampai ujung daunnya). Ada juga sebagian yang memotong tebu menjadi 9 bagian untuk disajikan dalam sembahyang syukur ini.
Hal ini untuk mengingatkan saat leluhur dikejar-kejar pasukan Manchuria dan bersembunyi di kebun tebu. Selain itu, tebu yang masih utuh juga melambangkan hidup manusia, bahwa kesuksesan seseorang harus dibangun dengan akar yang kuat (akar tebu), melalui berbagai rintangan dan pengalaman hidup (ruas tebu) sampai tercapainya kesuksesan (daun tebu yang menjulang tinggi).
- Lilin merah besar sepasang (2 batang) dipasang di depan altar meja sebelah kiri dan kanan.
- Tiga buah Shen Wei (神位 ) atau Tempat Dewa yang terbuat dari kertas warna-warni yang saling dilekatkan.
- Tiga buah cawan kecil yang berisi teh di depan Shen Wei dijajarkan.
- Tiga buah mangkuk yang berisi misoa yang diikat dengan kertas merah.
- Wajik biasanya disajikan dalam bentuk gunungan seperti tumpeng, yang bermakna agar keberuntungannya menggunung, dan melambangkan hok lok siu (fu lu shou).
- Kue mangkok (Huat kueh) yang bentuknya selalu merekah pada bagian atasnya, bermakna agar hidupnya berkembang dan melambangkan kemakmuran atau hok lok siu (fu lu shou).
- Kue keranjang (Nian Gao / 年糕), yang bermakna agar kehidupan selalu manis dan
melambangkan kesejahteraan dan keberuntungan untuk tahun-tahun berikutnya.

- Kue Khu, yang cetakannya berbentuk kura-kura, yang bermakna agar hidupnya panjang usia seperti kura-kura dan melambangkan hok lok siu (fu lu shou).
- Lima jenis Buah-buahan dan enam macam masakan vegetarian yang disebut Wu Guo Liu Cai (五果六菜) atau Go Ko Lak Chai dalam bahasa Hok Kian, diatur di bagian depan altar meja. Ini menjadi dasar utama dalam penataan barang sajian upacara sembahyang orang Tionghoa.
- Masakan dari tiga macam hewan (Sam Sing / San Xing) atau lima macam hewan (Ngo Sing / Wu Xing), dimana sajian Sam Sing atau Ngo Sing itu sebenarnya ditujukan untuk para malaikat pengawal Thian Kong / Tuhan.
- Kim cua dan Ti Kong Kim (kertas sembahyang) biasanya dilipat dan ditumpuk secara bertingkat keatas.
Cara Sembahyang King Thi Kong
- Sebelum dimulai upacara sembahyang (Cia Gwe Cwe Pe = Tanggal 8 bulan 1 Imlek), seluruh penghuni rumah melakukan mandi keramas dan ganti baju.
- Sembahyang dilakukan tepat pukul 12 tengah malam ( Cia Gwe Ce Kaw), dimulai dengan anggota keluarga yang paling tua dalam urutan generasinya.
- Semua orang melakukan San Gui Jiu Kou (三跪九叩) atau Sam Kwi Kiu Kho dalam bahasa Hok Kian yaitu 3 kali berlutut dan 9 kali menyentuhkan kepala ke tanah.
- Setelah selesai baru kemudian kertas emas (kertas sembahyang ) yang dibuat khusus itu lalu dibakar bersama dengan Shen Wei yang terbuat dari kertas warna-warni.
- Setelah kertas sembahyang ini dibakar, maka anggota keluarga kemudian mengambil sepasang batang tebu dari altar (Umumnya cuma dipotong bagian atas pucuk tebu saja) dan melemparkannya ke dalam api.
- Petasan dinyalakan untuk mengantar kepergian para malaikat pengiring, yang melambangkan atau menandai awal dari hari kesembilan serta kelangsungan hidup orang-orang Hokkian.

Disini jelaslah bahwa orang Tionghoa mempercayai adanya Tuhan sebagai penguasa tertinggi di jagat raya ini. Hanya saja konsepsi ke-Tuhanan ini berbeda dengan agama-agama lain, sebab bagi orang Tionghoa, Tuhan atau Thian Kong adalah Pencipta yang Esa. Salam kebajikan
READ MORE - Cara Prosedur Menjalankan Tradisi Sembahyang King Thi Kong (敬天公)

POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 12 dari 12 Artikel

 
POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 11 dari 12 Artikel

Tradisi Pai Ti Kong Suku Hokkien ( Hari ke-9 Imlek )
Pai Ti Kong Apa itu Pai Ti Kong ? Tradisi sembahyang kepada Ti Kong di hari ke 9 Imlek ini hanya dilakukan oleh suku Hokkien dan tidak dikenal disuku Hakka ,Tio Ciu atau suku lainnya.Bangsa Tiong Hoa selalu menyebut Thian atau Tuhan sebagai A Kong ( kakek ). Suku Hokkien melakukan sembahyang ( Pai ) ke Ti Kong ( Dewa /Thian ) pada hari ke 9 Imlek karena suatu legenda.
Ada tiga versi mengenai legenda tsb. ( Foto diatas,Kelenteng di Penang dicopas dari internet .)
Versi pertama terjadi pada zaman Dinasti Song, ketika bangsa Mongol menyerang Tiongkok Selatan.Hokkien atau provinsi Fujian merupakan target pasukan Mongol yang merencanakan membunuh semua penghuni daerah tsb. Penyerangan dilakukan tepat pada hari pertama Imlek sehingga suku Hokkien tidak bisa merayakan tahun baru. Mereka sangat ketakutan dan yang bisa dilakukan hanya menyembunyikan diri di perkebunan tebu supaya terhindar dari pasukan Mongol.
Tepat pada hari ke 9 Imlek mereka bersembunyi , pasukan Mongol mungkin juga mulai capek dan berhenti melakukan pencarian dan pergi meninggalkan daerah tsb. Penduduk percaya bahwa berkat perlindungan dari para Dewa, mereka terhindar dari pembunuhan.Dan sejak saat itulah setiap tahun timbul tradisi sembahyang atau Pai Ti Kong pada hari ke 9 Imlek untuk mengucapkan syukur dan terima kasih atas perlindungan –Nya..
Versi lainnya terjadi di abad ke 16 dimana ada sekelompok bajak laut menyerang pantai timur provinsi Hokkien tepat pada hari pertama Imlek. Para bajak laut melakukan penyerangan dari semua jurusan ke daerah Fujian dan membunuh siapa saja yang ditemuinya. Ketika penduduk sangat ketakutan ,putus asa dan sudah mulai mau menyerah, tiba-tiba muncullah perkebunan tebu dihadapan mereka.
Mereka yang sempat sembunyi di kebun tebu selamat dari pembunuhan dan hari itu tepat hari ke 9 Imlek. Orang-orang yang selamat dari pembunuhan itu percaya bahwa mereka telah mendapat pertolongan Ti Kong. Untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Ti Kong, maka sejak itu suku Hokkien melakukan tradisi sembahyang pada hari ke 9 Imlek dengan batang tebu.
Versi terakhir legenda ini melibatkan Jendral Ming yang terkenal karena memiliki kemampuan berbicara dan mengerti dialek lokal hanya dengan meminum air dari provinsi tsb.Pada zaman itu dia ditugaskan menghabiskan setiap orang asing yang bukan penduduk di setiap provinsi. Dia dengan kemampuan khususnya sanggup membedakan mana penduduk asli dan mana yang asing. Ketika mengunjungi provinsi Hokkian tepat pada hari pertama Imlek, pembantunya salah memberikannya air dari provinsi lain sehingga dia tidak mengerti bahasa yang diucapkan oleh penduduk Hokkian. Hal tsb. membuatnya yakin bahwa orang-orang tsb. bukan orang Hokkian. Keluarlah perintah untuk membunuh semua penduduk disana. Pembunuhan ini berlangsung sampai hari ke 9 Imlek , ketika dia meminum air sumur disana dan mendadak bisa bicara dan mengerti bahasa Hokkian. Jenderal Ming langsung sadar bahwa pasukannya telah salah membunuh dan segera memberikan perintah menghentikan pembantaian tsb. Mulai dari itu penduduk Hokkien percaya bahwa mereka telah dilindungi oleh Ti kong sehingga terjadi mukzijat tsb .Dan oleh karena itu sampai sekarang orang Hokkien selalu melakukan tradisi Pai Ti Kong pada hari ke 9 Imlek untuk mengucap syukur dan terima kasih kepada Ti Kong.
READ MORE - POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 12 dari 12 Artikel

POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 11 dari 12 Artikel


POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 10 dari 12 Artikel
Besok Hari ke-8, bln 1 Imlek, tradisi orang Hakka (Khek) dan Hokkian biasa keliling 8 Vihara / Kelenteng Bio.
Makna terkandung didalamnya adalah setelah merayakan RenRi dan Makan 7 Sayur artinya mengucapkan syukur dan berkah "Hie Fuk" / Ciu Fuk kepada Thian YME / Thi Kong dan para dewa-dewi. Karena masyarakat Tionghoa dulu adalah petani. Biasa mereka meminta panen berlimpah, subur dan keselamatan.
Mengapa 8 Vihara / Kelenteng?
Bagi orang Tiionghoa 8 adalah angka keberuntungan. 8 (Ba) dalam bahasa Mandarin mirip dengan Fa artikan Berkembang / Sukses atau Fat (Cantonese), Huat (Hokkien) yang artinya maju sukses. Sehingga berarti juga kesempurnaan seperti dalam Ba Gua (Delapan Trigram) atau 8 Penjuru Mata Angin, 8 Penjuru Dewa Rejeki.

Jadi keliling 8 Vihara / Kelenteng memiliki makna agar yang melakukan permohonan mendapatkan rejeki, kesuksesan dan keselamatan. Tentu saja permohonan ini harus diikuti dengan kerja keras, keuletan, rajin, hemat dan pandai melihat peluang.
Semoga tradisi ini bermanfaat utk dishare ke teman2 Anda. GONG XI FA CHAI
READ MORE - POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 11 dari 12 Artikel

Inilah Ucapan Salam Tahun Baru Imlek, Ungkapan Keberuntungan Dan Maknanya

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
Inilah Ucapan Salam Tahun Baru Imlek, Ungkapan Keberuntungan Dan Maknanya

Selama periode Tahun Baru (sincia) tersebut, banyak masyarakat Tionghoa yang saling menyapa saat bertemu serta memberi salam dengan ungkapan yang unik.
Berikut adalah beberapa ungkapan yang sering dipakai sebagai ucapan salam dalam Tahun Baru Imlek dalam karakter Mandarin, lengkap dengan romanisasi pinyin dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.

Salam Pembuka dan Ucapan
Menyapa orang yang lebih tua (atau yang dihormati) akan sedikit berbeda dalam Bahasa Mandarin; yakni kata 您 (nín) untuk ‘Anda’, sebagai pengganti 你 (nǐ) yang biasa digunakan. Sebagai contoh :
• 祝您 … (Zhu nín) : Semoga Anda (lebih tua / yang dihormati) …
• 祝你 … (Zhu nǐ) : Semoga Anda (lebih muda / informal) …


Salam Terpopuler di Tahun Baru Sincia
• 鸡年吉祥 (Jínián jíxiáng) : beruntung di Tahun Ayam ini.
• 鸡年大吉 (Jī nián dàjí) : mendapat banyak keberuntungan besar di Tahun Ayam ini.


Salam dan Ucapan yang Umum di Tahun Baru Imlek
• 新年好 (Xīnnián hǎo) : mendapatkan tahun baru yang baik.
• 过年好 (Guònián hǎo) : melalui tahun yang baik.
• 新年快乐 (Xīnnián kuàilè) : berbahagia di tahun yang baru.
• 新春快乐 (Xīnchūn kuàilè) : berbahagia di musim semi yang baru.
• 春节快乐 (Chūnjié kuàilè) : berbahagia di Festival Musim Semi ini.
• 吉祥如意 (Jíxiáng rúyì) : bernasib baik sesuai harapan.
• 年年有余 (Niánnián yǒuyú) : selalu berkelimpahan tahun demi tahun.
• 吉星高照 Jíxīng gāozhào) : selalu diterangi bintang keberuntungan.
• 心想事成 (Xīnxiǎng shì chéng) : selalu terkabul impiannya.
• 大吉大利 (Dàjí dàlì) : mendapat banyak keberuntungan dan laba.


Salam dan Ucapan agar Sehat
• 龙马精神 (Lóng mǎ jīngshén) : memiliki semangat seperti naga dan kuda.
• 身体健康 (Shēntǐ jiànkāng) : berbadan sehat selalu.
• 精灵活泼 (Jīnglíng huópō) : selalu lincah dan ceria (diucapkan terutama kepada anak- anak di bawah usia 10 tahun, dengan harapan mereka tumbuh menjadi anak yang selalu aktif dan cerdas).


Salam dan Ucapan dalam Pekerjaan dan untuk Pelaku Usaha / Bisnis
• 恭喜发财 (Gōngxǐ fācái) : berbahagia dan mendapatkan rezeki yang banyak (gunakan ungkapan ini pada saat menerima hadiah atau angpau).
• 财源广进 (Cáiyuán guǎngjìn) : dengan leluasa masuk kepada sumber kekayaan.
• 工作顺利 (Gōngzuò shùnlì) : dilancarkan dalam segala pekerjaan.
• 事业有成 (Shìyè yǒuchéng) : sukses dalam karir.
• 平步青云 (Píngbù qīngyún) : melesat hingga ke awan (harapan agar dipromosi atasan).
• 马到成功 (Mǎ dào chénggōng) : berpacu sampai berhasil / sukses.
• 步步高升 (Bùbù gāoshēng) : mendapatkan promosi tahap demi tahap.
• 一帆风顺 (Yīfān fēngshùn) : dilancarkan dalam hidup ini.
• 升官发财 (Shēngguān fācái) : mendapatkan promosi dan menjadi kaya.
• 生意兴隆 (Shēngyì xīnglóng) : semakin maju dalam usaha.

Salam dan Ucapan kepada Pelajar
• 学业有成 (Xuéyè yǒuchéng) : berhasil secara akademis.
• 学习进步 (Xuéxí jìnbù) : semakin maju dalam studi.
• 金榜题名 (Jīnbǎng tímíng) : berhasil dalam ujian (diperuntukkan bagi yang sedang menempuh ujian penting).


Salam dan Ucapan kepada Keluarga
• 阖家欢乐 (Héjiā huānlè) : berbahagia sekeluarga.
• 阖家幸福 (Héjiā xìngfú) : berbahagia sekeluarga.


Salam yang Unik
• 恭喜发财, 红包拿来 (Gōngxǐ fācái, hóngbāo ná lái) : Semoga Anda berbahagia dan berharta banyak, berikan angpau pada saya 🙂
Gunakan ungkapan ini untuk memberi salam kepada orang yang Anda harapkan akan memberikan angpau. Ucapan ini diungkapkan hanya kepada teman dekat atau kerabat dekat saja. Jangan diucapkan kepada orang asing atau dalam situasi formal, agar jangan sampai Anda terlihat bertingkah konyol.
Catatan : Beberapa terjemahan memerlukan diksi yang lebih baik. Saran dari pembaca diperlukan lewat komentar dibawah
READ MORE - Inilah Ucapan Salam Tahun Baru Imlek, Ungkapan Keberuntungan Dan Maknanya

Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao
Saat ini, pemberian Amplop Merah alias Angpao (Hanzi: 紅包, pinyin: hóngbāo) tidak lagi hanya sekedar diberikan pada saat acara Imlek atau pada saat momen pesta pernikahan, perayaan ulang tahun, atau acara syukuran perusahaan. Penggunaan angpao sudah berkembang luas di masyarakat, termasuk sebentar lagi adalah moment perayaan tahun baru. Angpao tidak lagi sekedar dibungkus dengan warna dasar merah, namun saat ini sudah berwarna warni tergantung moment nya. Sebagus-bagusnya bungkusan atau kemasan amplop, toh yang terpenting adalah nilainya maknanya hehehe.
Soal angpao ini, ternyata masih banyak yang bingung, berapa seharusnya nilai nominal yang akan diberikan kepada orang. Tapi, panduan utamanya adalah tentu pembaca harus membedakan (1) kepada siapa dan (2) tujuan dalam memberi angpao ini. Pada kasus momen tahun baru Imlek, Angpao itu biasanya diberikan oleh orang yang sudah berkeluarga kepada mereka yang belum berkeluarga. Namun sebenarnya tidak menutup kemungkinan juga jika seseorang telah mapan, sementara banyak saudaranya yang masih belum mapan. Sah-sah saja jika mereka ingin tetap memberikan, juga bisa dianggap sebagai amalan.
Jadi, berapa yang seharusnya kamu harus isi dalam angpao ?

Berikut pembagian kelompok umurnya :
Umur Bayi dan Balita (Umur 0-3 Tahun)
Yang ini termasuk kelompok yang belum tahu apa-apa soal duit. Mereka lebih mementingkan tampilan kertas pembungkus angpao nya yang berwarna warni atau bercorak bagus wkwk. Isinya cukup dikasih seceng atau goceng aja hehe. Masih mahalan harga pembungkus angpaonya mungkin. Memberi angpao ke bayi atau balita umumnya hanya sebagai formalitas saja biar dianggap/dilihat oleh keluarga lain. Toh isinya nanti diambil sama ibu bapaknya hehe.
Jadi harus ngasih berapa duit nih? Rp. 1.000,- sampai Rp. 5.000,-

Umur Anak Kecil (Umur 4 – 11 Tahun)
Umumnya sudah agak mengerti kegunaan duit, yakni bisa membeli barang. Namun rata-rata mereka paling hanya pakai buat jajan permen atau buat koleksi gambar Yosan wkwk. Sayang kalau kita ngasihnya kebanyakan, soalnya anak-anak umur dibawah 10 tahun itu rata-rata belum bisa memanfaatkan uang dengan baik. Jadi sebenarnya ngasih angpao ke anak-anak dibawah umur 10 tahun itu juga masih termasuk sebagai formalitas saja sama anggota keluarga besar yang lain, biar menyenangkan hati mereka.
Jadi harus ngasih berapa duit nih? Rp. 10.000,- sampai Rp. 50.000,-

Umur Remaja alias ABG (Umur 12-17 Tahun)
Kelompok umur ini harus mulai hati-hati ngasihnya karena mereka sudah mengerti nilai nominal uang. Masa remaja atau ABG ini adalah masa dimana mereka mulai suka pergi jalan bareng sama teman-temannya ke mall atau ke tempat-tempat “pembuangan uang” lainnya. Jadi mereka mulai butuh duit buat berfoya-foya. Jika dikasih terlalu kecil, mereka tak sungkan buat minta nambah sambil ngomel didepan orang banyak wkwk. Belum lagi jika kamu dikatain pelit, waduh mau ditaruh mana mukanya, om tante. Padahal sih aslinya memang kere. Tapi kan eggak enak apabila sampai dikatain pelit. Ingat, anak seusia mereka emosinya belum bisa dikontrol laiknya orang dewasa lho. Sifat kepolosan semasa anak-anak kadang masih terbawa.
Jadi harus ngasih berapa nih? Antara 50 ribu sampai 100 ribu

Umur Anak Kuliahan (Umur 18-22 Tahun)
Usia anak kuliahan sebenarnya sudah bisa dikategorikan sebagai orang dewasa. Seusia mereka sudah bisa mendapatkan KTP, mendapatkan SIM, membuat Kartu Kredit sendiri, dan pastinya juga udah mengerti nilai dan fungsi uang. Kelompok usia ini biasanya termasuk dalam kelompok melek teknologi, yang memerlukan banyak gadget, seperti smartphone atau produk kecantikan (bagi yang cewek). Selain itu, kelompok usia ini umumnya memiliki banyak teman kuliah yang butuh banyak “biaya sosialisasi” buat ngumpul bareng. Engga enak kan pas akan nonton bioskop lalu engga punya duit? hehe. Tapi anak kuliahan juga sudah bisa memikirkan masa depan. Uang dari angpao sebagian mereka tabung buat keperluan biaya kuliah atau sebagai modal usaha kecil-kecilan kelak.
Jadi harus ngasih berapa nih? Antara 100 ribu -sampai 200 ribu

Umur Dewasa, alias Yang Sudah Kerja (Umur 23-29 Tahun)
Usia dewasa seharusnya sudah tidak lagi mendapat subsidi biaya hidup dari orang tua (bagi yang sudah tidak tinggal serumah). Sebagian besar diantara mereka sudah berkeluarga atau setidaknya sudah memiliki pasangan dan akan segera menikah. Namun kenyataannya kelompok usia ini belum mapan (karena baru mulai bekerja tidak mungkin sudah langsung dapat jabatan tinggi), kecuali mendapat warisan orang tua, atau terlahir di keluarga mapan yang punya usaha sendiri, sehingga punya banyak mobil mewah dan rumah / apartemen.
Kebutuhannya pun tidak akan jauh dari kebutuhan pokok rumah tangga dan alat yang menunjang pekerjaan mereka, seperti TV elektronik, komputer, laptop, motor, mobil, rumah (atau sewa apartment) dsb. Kebutuhan makin banyak namun tak sesuai dengan pendapatan. Istilahnya “besar pasak dari pada tiang”. Tapi tak mengapa, inilah salah satu moment yang akan tak terlupakan dari rangkaian perjalanan kehidupan seseorang; yang akan kalian kenang dihari tua; dimana berdua bersama menanggung penderitaan hidup dari nol 🙂
Jadi harus ngasih berapa nih? Jika sudah berkeluarga, Setidaknya 500 ribu sampai 1 juta lah. Lumayan buat DP motor 🙂
Yang Belum Nikah alias Engga Laku (Tapi Lebih Tajir Dari Kamu; Usia 30 Tahun Keatas)
Biasanya kalau sudah kepala 3 itu, kehidupan pribadi sudah agak makmur. Jika bekerja di perusahaan, pasti minimal sudah menjabat kasie atau kabag. Jika pun masih pangkat kopral bawahan, setidaknya sudah senior banget; dan itu pasti bisa punya posisi tawar gaji lebih di perusahaan, karena riwayat pengalaman yang mendukung.
Jadi harus ngasih berapa nih? Yang ini sih tergantung isi dompet aja. Yang mereka butuhkan adalah makna dibalik pemberian angpao, salah satunya adalah doa biar enteng jodoh.
Meski begitu, nominal diatas bukanlah sebuah patokan wajib. Sesuaikanlah dengan isi brankas dompet pembaca; atau dengan melihat tagihan rekening koran anda. Ingat, stigma di masyarakat yang mengatakan orang etnis Tionghoa itu kaya raya adalah TIDAK BENAR. Masih banyak saudara kita yang faktanya hidup dibawah rata-rata, yang berjuang hidup untuk makan hidup sehari-hari.
Sesunguhnya rezeki itu datangnya dari Tuhan, dari warisan orang tua, dan dari usaha diri sendiri. Selamat merayakan momen pemberian angpao anda, pembaca
READ MORE - Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao

Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur

 
POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 9 dari 12 Artikel

Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur
Menurut adat Hakka (Khek) Besok (Jumat, 3 Februari 2017) hari ke-7 Imlek hari makan sayur 7 rupa. Hari Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur adalah hari ketujuh setelah merayakan Chinese New Year. Didalam keluarga kami masih memegang tradisi makan sayur tujuh macam.
Dulu almarhum mama saya selalu memasak tujuh macam sayur. Sayurnya bisa apa saja. Yang terpenting masih berwarna hijau, dipotong kecil-kecil dan kemudian ditumis menjadi satu. Rasanya enak.
Setiap tanggal 7 setelah Sincia dan tahun ini tradisi ini tetap saya lestarikan. Mama saya sering bercerita bahwa ini adalah tradisi di keluarga Hakka. Saya kurang tahu apa tradisi ini juga berlaku di suku Tionghoa lainnya. Tradisi ini melambangkan hari dimana akan diturunkannya keberuntungan kepada umat manusia di bumi (Festival Ren Ri).
Waktu saya masih kanak-kanak, saya sering diajak mama untuk belanja di pasar. Biasanya pedagang sayur sudah menyiapkan ikatan sayur tujuh macam ini. Tetapi saat ini sudah jarang ditemukan fenomena seperti itu.
Oleh karenanya sekarang saya harus membeli beberapa macam sayur tersendiri dan
memasaknya jadi satu . Jadi semakin rindu dengan masakan mama tercinta.
Kue keranjang waktu sembahyang Imlek kemarin juga masih ada di kulkas, dulu mama biasa menggorengnya dengan lapisan telur. Mengingat saat ini saya masih belajar menjadi vegan, kue keranjangnya akan saya coba olah menjadi isian kue onde-onde yang dilapisi wijen.
Festival Ren Ri
Tradisi makan sayur tujuh macam ini merupakan tradisi lama yang yang berakar dari masa dinasti Han, terutama periode akhir yaitu jaman Sanguo dilanjut dinasti Jin. Namanya festival Renri atau festival hari manusia.
Tradisi ini dirayakan oleh semua orang Tionghua dan daerah-daerah yang terpengaruh budaya tionghua seperti di Korea, Jepang, Vietnam.
Menurut buku yang di tulis oleh seorang bermarga Dong dari masa dinasti Jin, dituliskan bahwa urutan penciptaan dalam mitologi penciptaan NvWa:
- hari pertama: ayam
- hari kedua: anjing
- hari ketiga: babi
- hari keempat: kambing
- hari kelima: sapi
- hari keenam: kuda
- hari ketujuh: manusia
- hari kedelapan: padi-padian (Gu)
Hari ketujuh itu kemudian diperingati sebagai hari manusia. Semua manusia berulangtahun di hari itu. Terlepas dari tanggal lahir, terutama mereka-mereka yang oleh suatu sebab tidak mengetahui secara pasti tanggal kelahirannya.
Berhubung ke mitologi penciptaan itu, di hari-hari masing binatang, ada tradisi untuk tidak menyembelih binatang yang bersangkutan. Di hari manusia biasanya diperingati dengan makanan 7 macam, bisa itu 7 macam sayur atau 7 macam ikan atau bercampur.
Berikut macamnya sayur 7 rupa berikut maknanya :
1. Daun bawang bakung (Suan Cai 蒜菜) (green garlic) --> perhitungan yang cermat dalam rencana.
2. Daun Bawang (Cong Cai 蔥菜) (green onion) --> kepandaian dan kemampuan.
3. Seledri (Qin Cai 芹菜) (celery) --> rajin, tekun, ulet, giat dan hemat.
4. Kucai (Jiu Cai 韭菜) (chinses leek) --> kelanggengan dan keabadian.
5. Sawi tanah (Ji Cai) (green mustard) --> strategis, penuh siasat dan pandangan jauh.
6. Selada (Seng Mai Cai 生菜) (lectture) --> sehat dinamis penuh semangat.
7. Kailan 芥蘭 (Ji Lan Cai) (chinese kale) --> kesinambungan dan kesatuan.
Selamat makan Sayur 7 Rupa ( 七样菜 )
READ MORE - Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur

Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek
Perayaan Tahun Baru Imlek bukan hanya dirayakan sehari saja, namun sejatinya dirayakan selama 16 hari (dimulai dari Malam Tahun Baru sampai dengan Festival Lampion). Persiapannya bahkan dimulai sejak 7 hari sebelum Malam Tahun Baru. Ada banyak kegiatan tradisi selama periode ini, tetapi ada juga yang merupakan hal-hal baru. Inilah panduan hari dalam menyongsong perayaan Tahun Baru Imlek.

1. Persiapan sebelum Tahun Baru Imlek (H-7)
  • Membersihkan Rumah, Mulai dari hari ke-23 bulan ke-12 kalender lunar, masyarakat Tionghoa melakukan bersih-bersih seluruh isi rumah. Kegiatan bersih-bersih ini disebut sebagai “menyapu bersih semua debu” dan melambangkan keinginan untuk menyingkirkan hal-hal lama, perpisahan dengan tahun yang lama dan penyambutan akan tahun yang baru. 
  • Belanja Kebutuhan Tahun Baru, Masyarakat mulai berbelanja kebutuhan makanan, camilan, dekorasi Imlek dan pakaian sebelum Malam Tahun Baru. Tahun Baru Imlek (sama seperti festival Natal) merupakan puncak waktunya orang berbelanja. Masyarakat Tionghoa biasanya terkenal sangat berhemat. Akan tetapi mereka tidak segan dalam melakukan pengeluaran jika hal itu berhubungan dengan perayaan tradisi. Contohnya mereka akan membelikan baju yang baru, tanpa memikirkan apakah orang tersebut membutuhkannya atau tidak. Biasanya banyak bazar/pasar dadakan yang menjual semua kebutuhan Imlek di kawasan pecinan menjelang Tahun Baru.
2. Kegiatan di Malam Tahun Baru (H-1)
  • Memasang Dekorasi Tahun Baru, Walaupun sebagian besar masyarakat Tionghoa menghias rumah mereka beberapa hari sebelum sincia tiba, banyak juga yang justru memilih melakukannya pada malam tahun baru. Dekorasi yang digunakan berupa lampion merah, untaian bait sajak dan lukisan yang berhubungan dengan tahun yang baru. Tahun 2017 adalah tahun ayam, sehingga gambar ayam akan banyak ditampilkan sebagai dekorasi. Masyarakat biasanya menggunakan hal-hal berikut sebagai dekorasi. 
  • Menempelkan Gambar Dewa Penjaga Pintu, Menempelkan gambar Dewa Penjaga Pintu (門神; Men Shen) merupakan tradisi penting di kalangan masyarakat Tiongkok selama Festival Musim Semi. Awalnya Dewa Penjaga Pintu ini dibuat dari kayu persik yang dipahat sebagai sosok laki-laki dan digantung pada pintu. Kini orang cukup menggunakan gambar hasil cetak yang ditempelkan pada pintu. Masyarakat Tiongkok menempelkan Dewa Penjaga di pintu sebagai doa pengharapan akan berkah, umur panjang, kesehatan dan kedamaian. Dua Dewa Penjaga di kedua bilah pintu dimaksudkan untuk mencegah masuknya roh jahat. Dewa Penjaga Pintu melambangkan kebenaran dan kekuatan. Oleh sebab itu Dewa Penjaga Pintu selalu digambarkan dengan wajah yang sangar, sambil memegang berbagai senjata dan siap melawan roh jahat. 
  • Memasang Untaian Bait Sajak Musim Semi, Untaian bait sajak musim semi atau tahun baru (春聯: Chūnlián) adalah untaian frasa berpasangan, umumnya masing-masing terdiri dari 7 karakter mandarin, ditulis pada sehelai kertas merah dengan tinta hitam dan ditempelkan pada masing-masing bingkai pintu. Kadang digunakan sebuah frasa yang terdiri dari 4 atau 5 karakter ditempelkan di bagian atas bingkai pintu. Bait sajak ini berisi harapan-harapan di tahun yang baru. Sebagian menulis sendiri bait frasa tersebut, tetapi kebanyakan masyarakat membeli hasil cetak yang sudah jadi. Menempelkan untaian bait sajak dimaksudkan agar roh jahat pergi menjauh. 
  • Memasang Lukisan Tahun Baru, Lukisan yang menggambarkan harapan baik, dipasang sebagai dekorasi rumah, agar tercipta suasana pesta musim semi yang bahagia dan sejahtera. Subjek dari lukisan tahun baru yang sering digunakan adalah lukisan bunga dan burung, bocah laki-laki yang gemuk, ayam yang berwarna kuning keemasan, lembu jantan, buah-buahan yang masak, harta kekayaan, atau legenda dan cerita bersejarah yang menggambarkan harapan akan panen yang berlimpah dan hidup yang bahagia. 
  • Memasang Karya Seni Ukir Kertas (cutteristic), Di masa lampau karya seni hasil kerajinan tangan berupa potongan kertas yang diukir, direkatkan pada jendela menghadap ke selatan dan utara sebelum Festival Musim Semi. Karya seni ukir kertas ini masih populer bagi masyarakat yang mendiami bagian utara, tetapi di bagian selatan masyarakat hanya menempelkan karya seni ukir kertas ini di hari pernikahan saja. Subjek dan tema dari karya seni ukir kertas ini adalah kekayaan. Berhubung mayoritas masyarakat adalah petani, maka kebanyakan tema yang diambil adalah seputar kehidupan di pedesaan : bertani, menenun, menangkap ikan, menggembalakan domba, memberi makan pada ternak babi, memelihara ayam, dll. Kadang ukiran di kertas ini menggambarkan pula mitos, legenda dan senin pertunjukkan opera Tiongkok. Selain itu, bunga, burung dan binatang lambang shio juga populer digunakan sebagai desain dalam karya seni ukir kertas ini. Karya seni ukir kertas ini umumnya berbentuk wajik dalam warna keberuntungan yaitu merah, diikuti dengan pola yang indah. Karya seni ukir kertas mengungkapkan harapan akan hidup yang penuh sukacita dan sejahtera, sejalan dengan tema Festival Musim Semi. 
  • Berkumpul Menikmati Makan Malam Bersama, Makan besar di Malam Tahun Baru merupakan makan malam “wajib” yang harus dilakukan bersamaan dengan berkumpulnya kembali seluruh anggota keluarga. Masyarakat Tionghoa akan berusaha keras mewujudkan agar acara keluarga ini dapat terlaksana, walaupun harus menempuh jarak yang sangat jauh. Alasan utama inilah yang mendorong terjadinya arus mudik yang sangat padat di seluruh penjuru Tiongkok menjelang tahun baru. Masyarakat dari Tiongkok Utara menyantap hidangan yang berbeda dengan masyarakat di Tiongkok Selatan pada kesempatan yang istimewa ini, dan banyak hidangan tersebut mengandung makna simbolis. Di Tiongkok Utara hidangan tradisional untuk perayaan ini adalah jiaozi (pangsit). Pangsit dibentuk seperti perahu agar mirip dengan logam perak Cina kuno, yang melambangkan kekayaan. Sementara di Tiongkok Selatan hidangan tradisional untuk perayaan ini adalah nian gao (kue beras ketan), karena nian gao dilafalkan mirip dengan “lebih tinggi lagi dalam setahun”, yang melambangkan adanya peningkatan. 
  • Menonton Acara Perayaan Tahun Baru di Jaringan Televisi Kabel CCTV, Sudah menjadi kebiasaan bagi banyak keluarga di Tiongkok berkumpul menghabiskan makan malam bersama sambil menonton acara perayaan tahun baru di jaringan televisi kabel CCTV. Acara dimulai pada pukul 8 malam dan berakhir pada tengah malam bersamaan dengan datangnya tahun baru. Acara yang ditampilkan berupa pertunjukan rakyat tradisional dan pop dari berbagai penyanyi, penari dan akrobatik terbaik di Tiongkok. 
  • Membagikan Amplop Merah (Uang Keberuntungan) kepada Anak-Anak, Biasanya orangtua membagikan kepada anak-anak amplop merah (angpau) setelah makan malam bersama keluarga, dengan harapan agar di tahun mendatang anak-anak selalu sehat, cepat besar dan berhasil dalam studinya. Amplop2 merah ini berisikan uang di dalamnya. Uang di dalam amplop merah dipercaya akan mendatangkan peruntungan yang baik, karena merah merupakan warna keberuntungan, sehingga uang di dalam amplop merah disebut sebagai uang keberuntungan. 
  • Bergadang hingga Larut Malam, Tradisi ini disebut shousui (守歲). Dahulu masyarakat Tiongkok bergadang sepanjang malam, tetapi sekarang kebanyakan hanya terjaga hingga berakhirnya pesta kembang api dan petasan selepas tengah malam saja. 
  • Mendengarkan Lonceng Tahun baru, Lonceng merupakan simbol dari tradisi Tahun Baru Imlek, dan masyarakat Tionghoa percaya bahwa dengan membunyikan lonceng yang besar akan mengusir pergi semua kemalangan dan mendatangkan nasib baik. Masyarakat Tiongkok senang mendatangi alun-alun atau kuil dimana biasanya terdapat lonceng besar yang akan dibunyikan pada tengah malam menjelang tahun baru.
3. Hari Tahun Baru Imlek (Hari H), 
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa apa yang mereka lakukan pada hari pertama di tahun yang baru akan mempengaruhi peruntungan mereka di sepanjang tahun tersebut. 
Membunyikan Petasan dan Kembang Api, Momen datangnya tahun baru ditandai dengan hiruk pikuk bunyi petasan dan kembang api di mana-mana, bahkan hingga ke pelosok. Sumbat telinga boleh jadi pertimbangan – karena kita akan seperti berada di tengah-tengah pecahnya Perang Dunia ke-3!. Bunyi kembang api akan seperti pelontar roket yang diluncurkan dan rentetan petasan akan seperti suara senapan mesin. Seluruh keluarga bergadang menikmati momen yang menggembirakan ini. Di kota-kota besar : menyalakan petasan adalah kebiasaan paling penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Tetapi karena membahayakan lingkungan dan kebisingan yang ditimbulkannya cukup mengganggu, pemerintah telah melarang kegiatan ini di banyak kota besar, seperti Beijing, Guangzhou, dan Shanghai. Kembang api yang meledak di udara masih diperbolehkan di banyak negara. Sementara masyarakat di kota-kota kecil dan area pedesaan masih mempraktekkan tradisi menyalakan petasan dan secara umum dianggap tidak membahayakan. Tepat saat jam berdentang 12 kali, seisi kota akan diterangi oleh cahaya letusan dan kilau percikan kembang api yang memecah di langit. Suara dentumannya yang mencengangkan terdengar keras di banyak tempat. Anak-anak dengan petasan (yang lebih kecil) di salah satu tangan dan korek api di tangan lainnya, dengan riang gembira merayakannya dengan menyulut satu per satu petasan di jalan sambil menutup telinga. Pelontar roket kecil juga populer di kalangan anak-anak, bisa melontarkan 10 atau 20 kembang api kecil dalam interval setiap 5 detik secara berulang di sepanjang jalan. Banyak orang menghadiri atau menyaksikan pertunjukan kembang api ini sekitar 40 menit dari jendela rumah mereka. 
  • Penyembahan kepada Leluhur, Di mana : Adat ini sudah dikenal sejak jaman kuno, pemujaan terhadap leluhur dilakukan secara luas di seluruh Tiongkok daratan; dimulai dengan menyapu makam untuk menyembah leluhur di pemakaman leluhur atau di kuil. Masyarakat melakukan penyembahan kepada leluhur di ruang utama rumah mereka, dimana terdapat altar leluhur. Kemudian seluruh anggota keluarga berlutut dan membungkuk di depan altar, dari yang tertua sampai yang termuda. Kapan : Tradisi ini dilakukan selama beberapa hari pada Festival Musim Semi, tetapi yang terutama dilakukan pada Hari Tahun Baru. Di Tiongkok, penyembahan terhadap leluhur dilakukan setiap tahun sejak ribuan tahun yang lalu. Mengapa : Penyembahan kepada leluhur menunjukkan penghormatan, ketakwaan, dan rasa kehilangan atas kepergian keluarga pada perayaan ini. Selain itu diyakini pula bahwa arwah leluhur akan melindungi keturunannya dan menjadikan mereka lebih sejahtera. 
  • Mengenakan Pakaian Baru dan Mengucapkan Salam Tahun Baru, Di hari pertama tahun baru, masyarakat Tionghoa mengenakan pakaian baru dan mengucapkan “gongxi” (恭喜) yang secara harafiah bermakna ‘salam’ atau ‘harapan baik’; saling mendoakan, semoga beruntung dan semoga berbahagia di tahun yang baru. Sesuai tradisi, generasi yang lebih muda mengunjungi yang lebih tua dan mendoakan kesehatan mereka serta diberi umur panjang. Di tahun-tahun terakhir ini, muncul cara baru dalam memberi ucapan salam Tahun Baru, terutama di kalangan generasi muda. Kesibukan membuat orang tidak lagi memiliki waktu untuk berkunjung ke teman atau keluarga. Sebagai gantinya, cukup kirimkan kartu ucapan Tahun Baru, menggunakan aplikasi mobile Wechat atau berkirim pesan singkat/sms. 
4. Menyaksikan Atraksi Tari Barong Singa dan Barong Naga
Tari Barongsai dan Naga bisa disaksikan pada hari-hari sebelum dan setelah Tahun Baru. Atraksi ini juga dapat ditemui di banyak tempat, seperti di pusat-pusat perbelanjaan dan di halaman kelenteng.Tahun Baru Hari ke-2 (H+2), Menurut tradisi, anak perempuan yang sudah menikah (keluar) WAJIB berkunjung ke rumah orang tua kandungnya di hari ke-2 Tahun Baru Imlek. 
 
5. Tahun Baru Hari ke-3 hingga ke-7 (H+3 s/d H+7), Di hari ke-3 hingga hari ke-7 dirayakan dengan mengunjungi sanak keluarga dan teman. Sebagian masyarakat mengunjungi makam kerabat atau semarga. Membersihkan rumah untuk pertama kalinya di tahun baru: Masyarakat Tionghoa tidak membersihkan rumahnya selama dua hari pertama di Tahun Baru, karena aktivitas menyapu diyakini bisa ikut menyapu pergi keberuntungan yang ditinggalkan oleh sisa-sisa letusan kembang api, kertas merah, kertas pembungkus dan bukti sisa-sisa perayaan lainnya yang terserak di lantai. 
 
6. Tahun Baru Hari ke-8 (H+8)
Normalnya masyarakat sudah kembali bekerja di hari ke-8, selain itu karena 8 adalah angka keberuntungan. Banyak pelaku usaha memilih membuka kembali usahanya di hari ke-8.

7. Tahun Baru Hari ke-15 (H+15; Cap Go Meh)
Hari ke-15 di Tahun Baru adalah Festival Lampion (元宵節; Yuánxiāo Jié). Menurut tradisi, inilah akhir dari perayaan Festival Musim Semi. Sebagian masyarakat melepaskan lampion terbang ke udara, sementara sebagian lainnya menghanyutkan lampion ke laut, sungai atau mengapungkannya ke danau.
READ MORE - Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek

6 Hal Yang Seharusnya Tidak Dilakukan Pada Saat Imlek

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
Pantangan Di Tahun Baru Imlek : 6 Hal Yang Seharusnya Tidak Dilakukan Pada Saat Imlek

Masyarakat Tionghoa percaya bahwa Festival Musim Semi merupakan awal dimulainya tahun yang baru. Apa yang diperbuat di awal juga akan menentukan peruntungan di sepanjang tahun. Ada banyak hal yang tidak boleh dilakukan selama awal tahun baru Imlek.
Secara tradisi, terdapat cukup banyak pantangan yang berkaitan dengan festival tahun baru. Tetapi pada tahun-tahun belakangan ini beberapa larangan sudah mulai ditinggalkan, terutama di antara kalangan masyarakat urban yang modern di kota-kota besar dan di kalangan generasi muda.

Pantangan di Hari Tahun Baru Imlek
Inilah daftar 6 pantangan teratas yang pantang dilakukan di hari pertama Tahun Baru Imlek. Kebijaksaan pembaca diperlukan untuk menyikapi hal dibawah :

1. Hindari Minum Obat
Adalah hal yang tabu bagi seseorang untuk menyeduh obat herbal atau minum obat di hari pertama tahun yang baru. Jika tidak, orang tersebut diyakini akan jatuh sakit di sepanjang tahun.
Di beberapa daerah pedesaan Tiongkok, setelah berdentangnya lonceng2 di kuil tepat pada tengah malam di Hari Tahun Baru, orang yang sedang sakit memecahkan gerabah tempat obat dengan keyakinan bahwa dengan melakukan tradisi ini penyakit akan dibawa pergi menjauh dari tahun yang baru.

2. Jangan Menyapu atau Membuang Sampah
Kegiatan menyapu di hari tahun baru Imlek dikaitkan dengan hilangnya pula kekayaan, karena diyakini akan ikut tersapu bersih. Membuang sampah melambangkan dapat ikut terbuangnya semua peruntungan yang baik atau nasib baik dari dalam rumah.

3. Jangan Sarapan dengan Bubur
Dilarang menyantap bubur, karena ada anggapan bahwa hanya orang miskinlah yang menyantap bubur sebagai sarapan, dan orang tidak ingin memulai awal tahun dengan “kemiskinan” karena hal ini merupakan pertanda yang buruk.

4. Jangan Mencuci Pakaian dan Keramas
Orang tidak mencuci pakaian pada hari pertama dan kedua setelah tahun baru, karena konon kedua hari ini dirayakan sebagai hari ulang tahun Dewa Air (水神; Shuishen).
Rambut tidak boleh dikeramas pada hari pertama tahun baru. Dalam Bahasa Mandarin, kata rambut (发; fā) memiliki pengucapan dan karakter yang sama dengan kata facai (发财), yang bermakna ‘menjadi kaya’. Oleh sebab itu, ini dipandang sebagai hal yang tidak baik “mencuci bersih keberuntungan seseorang” di awal tahun baru.

5. Dilarang Melakukan Pekerjaan Jahit Menjahit
Hindari penggunaan pisau dan gunting agar tidak celaka, entah seseorang bisa terluka atau rusaknya peralatan. Hal ini dianggap bisa membawa kepada ketidakberuntungan dan penipisan kekayaan di tahun baru.

6. Wanita yang Sudah Menikah Tidak Diperbolehkan Berkunjung ke Rumah Orang Tuanya
Anak perempuan yang sudah menikah tidak diijinkan berkunjung ke rumah orang tuanya pada saat hari Imlek, karena diyakini akan membawa nasib buruk kepada orang tua dan menyebabkan kesulitan ekonomi dalam keluarga tersebut. Menurut tradisi, anak perempuan yang sudah menikah berkunjung ke rumah orang tuanya pada hari kedua tahun baru Imlek.
Selain ke 6 hal diatas, masih terdapat 10 hal lain yang juga ‘Ditabukan’ selama Festival Imlek.

Selama Festival Musim Semi (dimulai dari hari ke-1 hingga hari ke-15 Tahun Baru Imlek) berlaku pantangan sebagai berikut :
1. Tangisan anak dipercaya akan membawa kemalangan ke dalam keluarga. Oleh sebab itu orang tua akan melakukan apapun yang terbaik untuk menjaga agar anak tidak menangis dengan semua cara yang mungkin.
2. Jangan memotong rambut menjelang Imlek. Menurut kepercayaan, kita tak boleh memotong/menggunting rambut pada saat tahun baru Imlek; alasannya keberuntungan kita disepanjang tahun akan ikut terpotong juga.
3. Kunjungan ke rumah sakit selama periode ini juga diyakini akan membawa penyakit kepada orang yang bersangkutan di tahun yang baru. Oleh sebab itu, hindari melakukan kunjungan ke rumah sakit, kecuali benar-benar dalam situasi gawat darurat.
4. Pencuri : Jangan biarkan orang lain mengambil apapun langsung dari saku Anda (termasuk uang) selama Festival Musim Semi. Berhati-hatilah agar Anda tidak kecopetan, karena hal ini pertanda akan adanya pencurian terhadap seluruh kekayaan Anda di tahun yang baru.
5 Hutang : Jangan meminjamkan uang di hari tahun baru, dan usahakan semua hutang harus dibayar lunas sebelum malam tahun baru. Jika ada seseorang yang berhutang uang kepada Anda, jangan datang menagih ke rumahnya. Orang yang melakukan hal ini dikatakan akan sial sepanjang tahun.
6. Tempat penyimpanan beras tidak boleh kosong. Jika tidak, akan megakibatkan ketidakpastian dan masa depan yang suram. Berhenti atau tidak memasak selama periode tahun baru merupakan pertanda yang buruk.
7. Pakaian yang robek : Jangan mengenakan pakaian baru yang robek. Jika ada yang mengenakannya di bulan pertama tahun yang baru, terutama anak-anak, dikatakan akan membawa kemalangan.
8. Jangan terluka : Terluka selama Festival Musim Semi harus dihindari, karena darah dianggap sebagai pertanda buruk akan datangnya malapetaka, seperti luka karena pisau atau bencana berdarah lainnya.
9. Jangan mengenakan pakaian berwarna putih atau hitam, karena sesuai tradisi kedua warna ini berkaitan dengan hal perkabungan.
10. Jangan memberi hadiah seperti gunting dan cermin, karena benda-benda ini memiliki makna yang tidak baik dalam budaya Imlek.
READ MORE - 6 Hal Yang Seharusnya Tidak Dilakukan Pada Saat Imlek

3 Cerita Legenda Tahun Baru Imlek Terpopuler Di Masyarakat

 
3 Cerita Legenda Tahun Baru Imlek Terpopuler Di Masyarakat

Ada baiknya kita perlu mengetahui cerita2 dibalik perayaan terpenting dari suku Hua ini. Ada banyak cerita legenda mengenai tahun baru Imlek. Di sini kami bagikan 3 cerita legenda terpopuler yang beredar di masyarakat :

1. Legenda Mengapa Tahun Baru Imlek Dirayakan
Hari tahun baru dalam bahasa Mandarin disebut dengan Guo Nian (过年) yang berarti ‘merayakan tahun yang baru)’ atau ‘mengalahkan Nian’. Karakter 年 (Nián) dapat bermakna ‘monster Nian’.
Pada jaman dahulu, hiduplah sesosok monster yang dinamakan Nian (年, atau Nianshou 年兽), berkepala panjang dan bertanduk tajam, sepanjang tahun mendiami dasar laut yang dalam dan hanya muncul pada malam tahun baru untuk memangsa manusia dan makhluk hidup lainnya di pemukiman desa terdekat.
Oleh sebab itu, pada malam tahun baru penduduk desa melarikan diri, mengungsi ke gunung-gunung yang terpencil, agar jangan sampai dilukai oleh monster ini. Mereka selalu hidup dalam ketakutan akan ancaman monster ini hingga suatu ketika datanglah seorang pria tua berambut putih dan kulit kemerahan mengunjungi desa tersebut.
Pria tua tersebut menolak untuk ikut bersembunyi bersama dengan penduduk desa lainnya, sebaliknya dia justru malah berhasil menakut-nakuti monster itu hingga pergi, yaitu dengan cara menempelkan kertas berwarna merah di pintu, membakar batang bambu untuk menciptakan bunyi retakan yang keras (pelopor digunakannya petasan), menyalakan lilin di dalam rumah, dan mengenakan pakaian berwarna merah.
Ketika penduduk desa kembali, mereka sangat terkejut menemukan desa mereka dalam keadaan utuh, tidak hancur.
Setelah kejadian tersebut, pada setiap malam tahun baru penduduk desa melakukan seperti apa yang diperintahkan pria tua itu dan monster Nian tidak pernah lagi menampakkan dirinya. Tradisi ini berlanjut terus hingga sekarang dan telah menjadi cara terpenting dalam merayakan datangnya tahun yang baru.

2. Legenda Mengapa Orang Memberi Angpau Saat Imlek
Chinese new year, giving red packet.
Selama periode tahun baru Imlek, bagi yang sudah berkeluarga atau bagi yang lebih tua, wajib hukumnya memberikan angpau kepada anak-anak atau kepada yang belum menikah. Angpau disebut juga dengan yasui qian (压岁钱), yang mempunyai arti ‘uang yang dapat memberangus hantu’.
Menurut legenda, selain monster Nian, hidup pula sesosok hantu yang bernama Sui, yang keluar pada malam tahun baru, untuk menakut-nakuti anak-anak pada saat mereka tertidur.
Dikatakan bahwa anak-anak yang disentuh oleh hantu ini terlalu takut untuk berteriak, sehingga akan mengalami demam tinggi dan menjadi tidak stabil secara mental. Untuk menjaga agar anak-anak tetap aman terhindar dari ancaman hantu Sui, para orang tua harus menyalakan lilin dan tetap berjaga sepanjang malam.
Pada suatu malam tahun baru di sebuah rumah keluarga pejabat, sang orang tua memberikan 8 keping uang logam sebagai mainan, agar si anak tetap terjaga, dan terhindar dari ancaman dilukai oleh hantu tersebut.
Sang anak membungkus keping uang logam tersebut dengan kertas berwarna merah, kemudian membukanya, lalu membungkusnya kembali, dan membukanya kembali, begitu seterusnya sampai si anak lelah bermain dan jatuh tertidur.
Kemudian sang orang tua akan menempatkan bungkusan berisi 8 keping uang logam tersebut di bawah bantal si anak. Ketika hantu Sui mencoba menyentuh dahi sang anak, kedelapan keping uang logam tersebut akan memancarkan cahaya yang kuat dan menakut-nakuti hantu tersebut hingga pergi.
Kedelapan keping uang logam tersebut menjadi sosok 8 peri pelindung. Sejak saat itulah, memberi angpau menjadi cara untuk menjaga agar anak-anak tetap aman dan membawa keberuntungan.

3. Legenda Mengapa Bait Sajak Musim Semi Ditempelkan
Tercatat bahwa asal mula bait sajak musim semi sudah ada sejak 1,000 tahun yang lalu, yaitu ketika orang menggantungkan taofu (桃符), jimat yang ditulis pada kayu persik di pintu.
Menurut legenda, dalam dunia hantu terdapatlah sebatang pohon persik yang sangat besar membentang sejauh lebih dari 1,500 km di atas gunung.
Menghadap timur laut pohon tersebut, terdapat 2 pengawal bernama Shentu dan Yulei, yang berjaga di pintu masuk dunia hantu. Mereka akan menangkap hantu-hantu yang melukai manusia, kemudian dijadikan sebagai santapan kepada harimau.
Itulah sebabnya kedua pengawal ini sangat ditakuti oleh para hantu. Dipercaya bahwa dengan menggantungkan sepotong kayu persik di pintu dengan nama kedua pengawal terpahat di atasnya, dapat mengusir pergi para hantu.
Pada dinasti Song (960 – 1279) orang mulai menuliskan 2 bait kalimat yang berlawanan pada kayu persik, sebagai ganti nama kedua pengawal tersebut.
Lambat laun, kayu persik mulai digantikan dengan sehelai kertas berwarna merah, yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Sejak saat itu, menempelkan bait sajak musim semi menjadi tradisi dalam menyambut tahun yang baru dan sebagai ungkapan akan harapan yang baik.
READ MORE - 3 Cerita Legenda Tahun Baru Imlek Terpopuler Di Masyarakat

Inilah 7 Dekorasi Untuk Tahun Baru Imlek

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Inilah 7 Dekorasi Untuk Tahun Baru Imlek

Sebagian besar masyarakat Tionghoa mulai menghias dekorasi rumah sejak 10 hari sebelum menjelang Imlek. Hampir semua dekorasi menggunakan warna merah dan gambar-gambar keberuntungan. Tahun 2017 merupakan Tahun Ayam, sehingga dekorasi berupa ayam akan lebih dominan.

1. Lampion Berwarna Merah – Mengusir Pergi Kemalangan
Lampion merah digunakan dalam berbagai pesta dan festival penting, seperti Festival Imlek, Festival Lampion (Cap Go Meh) dan Festival Pertengahan Musim Gugur (Tiong Chiu). Sementara lampion berwarna putih digunakan pada acara berkabung.
Selama Tahun Baru Imlek, lazim dijumpai banyak lampion yang tergantung di pohon-pohon di sepanjang jalan pusat pecinan, gedung-gedung perkantoran, dan pintu-pintu depan rumah. Menggantung sepasang lampion di depan pintu rumah dipercaya dapat mengusir pergi nasib buruk.
Seiring dengan perkembangan jaman, bentuk2 lampion mulai dibuat unik. Salah satunya adalah lampion yang dibuat dari kertas pembungkus angpau. Untuk cara pembuatannya dapat pembaca baca di artikel ini.

2. Untaian Bait Sajak di Pintu – Harapan Baik di Tahun Mendatang
Untaian bait sajak Tahun Baru (对联; duìlián) ditempelkan pada pintu masuk rumah. Bait sajak tersebut mengungkapkan pernyataan atau pengharapan yang baik.
Harapan baik di tahun baru biasanya dinyatakan secara berpasangan (sajak 2 bait), karena dalam budaya Tionghoa, jumlah yang genap berkaitan dengan nasib baik dan keberuntungan. Untaian bait sajak berupa seni tulis kaligrafi yang ditulis menggunakan kuas bertinta hitam di atas sehelai kertas berwarna merah.
Kedua baris bait sajak biasanya terdiri dari 7 karakter yang ditempel pada kedua sisi pintu keluar masuk. Kebanyakan isi sajak bercerita mengenai datangnya musim semi. Beberapa berisi mengenai pernyataan harapan atau keyakinan si penghuni rumah, seperti keharmonisan dan kesejahteraan.
Sajak ini akan tetap berada di tempatnya sampai diperbarui kembali pada tahun baru berikutnya. Dalam nada yang sama, harapan baik berupa idiom 4 karakter juga sering ditambahkan mendatar pada bingkai pintu.

3. Karya Seni Ukir Kertas – Keberuntungan dan Kebahagiaan
Kerajinan ukir kertas merupakan karya seni disain memotong kertas (dalam warna apapun, tetapi untuk Festival Musim Semi terutama menggunakan warna merah), kemudian ditempelkan pada latar yang berwarna kontras atau pada permukaan yang transparan (seperti jendela).
Ini sesuai dengan adat masyarakat di Tiongkok utara dan tengah yang menempelkan karya seni ukir kertas berwarna merah pada pintu dan jendela rumah.
Gambar berupa tanaman atau hewan yang melambangkan keberuntungan biasanya menjadi tema dari karya seni ukir kertas di Tahun Baru. Setiap hewan atau tanaman mewakili harapan yang berbeda.
Beberapa contoh hasil seni ukir kertas, misalnya buah persik melambangkan umur panjang, buah delima melambangkan kesuburan, bebek mandarin melambangkan cinta, pohon pinus melambangkan awet muda, bunga peony melambangkan kehormatan dan kekayaan, burung murai yang bertengger di atas dahan pohon prem pertanda akan segera terjadi peristiwa yang menguntungkan, dsb.

4. Lukisan Tahun Baru – Simbol Salam Tahun Baru
Lukisan Tahun Baru (年画; niánhuà) dipasang pada pintu dan dinding selama tahun baru bertujuan sebagai dekorasi dan sebagai simbol salam tahun baru. Gambar pada lukisan biasanya berupa tanaman atau hewan yang menurut legenda melambangkan keberuntungan.

5. Karakter Fu – Keberuntungan ‘Dicurahkan’
Yang mirip dengan untaian bait sajak dan karya seni ukir kertas adalah menempelkan kertas kaligrafi berbentuk wajik berukuran besar dengan karakter Mandarin 福 (fú) pada pintu rumah.
Adapun versi lain dari Karakter Fu ini adalah dengan sengaja dibuat / ditempel terbalik. Fu berarti ‘nasib baik’. Dengan menempatkan karakter tersebut dengan posisi bagian atas dibalik ke posisi bawah, mengartikan bahwa mereka menginginkan ‘nasib baik’ “ditumpahkan atau tercurah” ke atas mereka.
Posisi yang benar dari karakter ini menurut aslinya adalah piktogram dari sebuah kendi. Jadi dengan membalikkan posisi karakter tersebut ibarat sedang “menuang” nasib baik keluar dari kendi kepada semua orang yang masuk melalui pintu tersebut!
Legenda Fu yang Terbalik
Tradisi yang menarik ini mungkin berasal dari kesalahan yang tidak disengaja. Pada suatu hari di di Hari Tahun Baru Imlek (tidak diketahui tahun persisnya), sebuah keluarga membuat kesalahan ceroboh dengan memasang 福 (fu) secara terbalik.
Pada hari pertama di tahun baru, datanglah tamu pertama yang berkunjung, melihat huruf 福 dalam posisi terbalik, serta-merta berseru “你們的福倒了! (Nǐmen de fú dàole) Yang kira-kira berarti “berkah kalian telah turun!”
Huruf 倒 (dao) selain mempunyai arti ‘terbalik’, juga berarti “tumpah”. Sehingga kalimat “你們的福倒了!” juga dapat diartikan sebagai ‘fu (berkah) kalian sudah tercurah’. Lama kelamaan masyarakat mulai menggemari makna alternatif ini, sehingga mulailah dipasang dekorasi fu dalam posisi terbalik untuk “memohon” ‘curahan berkat’.
Konon tradisi menempel karakter Fu (福) secara terbalik ini digemari etnis Tionghoa di Malaysia, dan mulai menyebar ke Singapore dan Indonesia pada 1 dekade terakhir.

6. Pohon Kumquat – Harapan akan Kekayaan dan Keberuntungan
Dalam bahasa kanton, kumquat (kumkuat) disebut ‘gam gat sue’. Kata ;gam; (金; Jīn) merupakan bahasa kanton untuk kata ‘emas’, dan kata gat memiliki lafal seperti kata ‘beruntung’ dalam Bahasa Kanton.
Demikian pula dalam Bahasa Mandarin, kumquat disebut Jinju shu (金桔树; jīnjú shù). Kata ‘jin’ (金) berarti ‘emas’. Sementara kata ‘ju’ memiliki pelafalan yang mirip seperti kata ‘beruntung’ (吉; jí).
Oleh sebab itu, keberadaan pohon kumquat di dalam rumah melambangkan harapan akan kekayaan dan keberuntungan. Pohon kumquat merupakan tanaman yang sangat populer dipajang selama festival tahun baru, terutama di Tiongkok selatan yang berbahasa kanton, seperti Hong Kong, Makau, Guangdong dan Guangxi.

7. Bunga yang Mekar – Harapan akan Tahun yang Sejahtera
Tahun Baru Imlek disebut juga dengan Festival Musim Semi, menandakan dimulainya periode musim semi. Menghias rumah dengan bunga yang bermekaran sangatlah umum, sebagai lambang tibanya musim semi dan harapan akan tahun baru yang lebih sejahtera.
Menurut tradisi, tanaman yang populer digunakan selama periode ini adalah : bunga prem yang berkembang, anggrek, peoni dan persik. Di Hong Kong dan Makau sendiri, tanaman dan bunga sangatlah populer digunakan sebagai dekorasi tahun baru Imlek.
Sementara di Indonesia, pohon sakura atau pohon Meihua (美花) yang lebih dikenal dengan sebutan pohon Imlek yang berwarna merah muda, sangat populer di masyarakat Tionghoa.
Pohon ini biasa dihias dengan aneka gantungan ornamen khas Imlek, seperti lambang shio2, ornamen ikan, dan kertas angpau (sering juga disebut pohon angpau)
READ MORE - Inilah 7 Dekorasi Untuk Tahun Baru Imlek
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.