Kultivasi Ubah Takdir (Empat Nasihat Liao Fan) - Cara Merubah Nasib

Yuan Liaofan adalah seorang penulis terkenal buku peribahasa Tiongkok asal Kabupaten Wujiang, Propinsi Jiangsu. Ayah Penyair era 1533 hingga 1606, atau selama Dinasti Ming ini meninggal ketika dia masih kecil.
Ketika Yuan masih muda, seorang Peramal secara tepat memprediksi takdirnya, namun ia mampu mengubah nasib di tahun-tahun terakhir masa hidupnya.
Sebagai remaja, ibunya memintanya untuk mendalami Konfusius, dengan harapan dia mampu mendapatkan pekerjaan yang layak, serta bisa membantu sesama.
Suatu hari, dia pergi ke Kuil Ciyun. Disana dia bertemu dengan seorang pria tua yang memiliki penampilan seperti dewa Tao.
Orang tua itu berkata kepadanya, “Anda cocok menjadi pejabat. Tahun depan, Anda akan mengikuti Ujian Negara dan berhasil masuk Istana. Janganlah menyerah untuk Belajar.”
Orang tua itu bermarga Kong asal Propinsi Yunnan. Yuan pun mengundang orang tua tersebut ke rumahnya.
Ibunya berkata, “Pria ini adalah seorang peramal ahli. Mengapa kita tidak memintanya untuk meramal untukmu? Kita akan melihat apakah prediksinya akurat atau tidak.”
Akhirnya, peramal tua itu pun menceritakan kehidupan masa lalu Yuan dengan sangat teliti, bahkan sampai pengalaman kecilnya.
Dia kemudian meramal kehidupan Yuan, dimana dia akan lulus ujian tahunan dengan predikat Sarjana Lin, tahun itu juga. Sarjana Lin adalah Sarjana yang lulus pada ujian pertama, sehingga langsung mendapat subsidi atau beasiswa khusus dari pemerintah.
Peramal tua juga meramalkan, Yuan akan mendapat predikat sarjana Gong. Sarjana Gong adalah seorang sarjana kualifikasi baik dan akan dipilih untuk menghadiri Akademi Kerajaan, akademi tertinggi di Tiongkok kuno.
Setelah Yuan lulus dari Akademi Kerajaan, ia diramalkan akan menjadi walikota di beberapa propinsi.
Yuan diramalkan akan berhenti dari pekerjaannya setelah tiga setengah tahun dan kembali ke kota asalnya. Dia akan berjalan pada tengah malam pukul 01:00-03:00 pada tanggal 14 Agustus, ketika dia berusia 53 tahun. Satu hal yang menyedihkan dalam hidup Yuan, menurut ramalan peramal tua itu, bahwa Yuan tidak akan memiliki seorang putra.
Yuan Liaofan mencatat kata-kata Mr Kong dengan sangat rinci. Lalu ia kembali belajar Konfusius Klasik.
Dalam semua ujian berikutnya, peringkatnya selalu sama dengan yang diramalkan Mr Kong. Setelah ia menjadi sarjana Lin, menurut ramalan Peramal tua Kong, ia tidak akan dipilih sebagai sarjana Gong sebelum menerima subsidi sebanyak 91 Dan dan Lima Dou (alat ukur tradisional Tingkok) beras dari Kerajaan. (Sepuluh Dou adalah sama dengan satu Dan).
Namun, Kepala Divisi Pendidikan, Tuan Tu, malah mengangkat Yuan menjadi sarjana Gong ketika ia baru menerima 71 Dan beras. Jadi, Yuan mulai menduga bahwa ramalan Peramal Tua Kong mungkin sudah tidak akurat setelah titik ini.
Akhirnya, Yuan percaya bahwa peringkat seseorang dan semua keberuntungan sudah ditentukan oleh Langit. Selain itu, waktu setiap keberuntungan dan promosi juga telah ditentukan. Jadi ia mengambil semuanya dengan hati ringan dan lapang, dan tidak lagi terlalu mengejar.
Yuan terpilih sebagai sarjana Gong, dia pun pergi ke Akademi Kerajaan di Nanjing untuk meningkatkan pengetahuannya. Sebelum ia pergi ke Akademi, ia pergi ke Gunung Qixia di pinggiran kota Nanjing untuk mengunjungi Pendeta Yun Gu, seorang pendeta Buddha yang berbudi tinggi.
Mereka bertemu dan berbincang-bincang di ruang meditasi Pendeta Yun Gu. Pendeta Yun Gu sangat terkejut dan bertanya, “Sejak Anda sering dating kemari, saya belum pernah melihat Anda berhasil membuang pikiran serakah.
Yuan Liaofan menjawab, “Seluruh hidup saya telah diramal secara akurat oleh Tuan Kong. Tidak mungkin saya bisa mengubahnya. Jika saya punya pikiran serakah, mencoba untuk mengejar sesuatu, itu akan berakhir sia-sia. Oleh karena itu, saya lebih suka kesederhanaan dan tidak memikirkan apa-apa. Itulah sebabnya saya tidak lagi memiliki kerakusan apapun dalam pikiran.”
Pendeta Yun Gu tertawa. Dia berkata, “Saya pikir Anda adalah orang yang luar biasa. Tanpa diduga, Anda hanyalah seorang Sarjana Biasa.”
Yuan Liaofan bertanya kepadanya, “Mengapa demikian?”
Pendeta Yun Gu menjawab, “Hanya orang biasa yang akan merasa dibatasi oleh hidup dan ramalan. Seseorang yang baik tidak akan ada masalah dibatasi oleh nasib yang telah diatur. Dalam bab pertama Kitab Ching, mengatakan, ‘Sebuah keluarga yang terus mengumpulkan kebaikan dan kebajikan akan memiliki kekayaan lebih dari pengaturan sebelumnya’.”
“Oleh karena itu, nasib seseorang bisa diubah. Saya bisa mengendalikan nasib sendiri dan menciptakan nasib sendiri. Jika saya melakukan kejahatan, saya akan mengurangi keberuntungan yang saya miliki pada awalnya, jika saya berbuat baik, saya akan mendapatkan keberuntungan. Dalam kitab Buddha, kita belajar bahwa orang bisa menjadi kaya jika ia ingin, seseorang dapat memiliki putra dan putri jika dia ingin, seseorang dapat hidup lama jika dia mau! “
Kata-kata itu memotivasi Yuan Liaofan, yang pernah terbenam dalam ilusi ramalan takdir selama bertahun-tahun. Dia mulai mengikuti kata-kata untuk mengubah hidupnya. Sejak itu, dia sangat berhati-hati dalam menjalani hidup. Bahkan di tempat-tempat di mana tidak ada orang lain di sekitarnya, dia akan melakukannya dengan baik agar tidak menyinggung langit dan bumi.
Ketika dia bertemu orang-orang yang tidak menyukainya dan memfitnahnya, dia akan menerimanya dengan tenang, dan tidak akan berdebat dengan orang lain.
Satu tahun setelah ia bertemu Pendeta Yun Gu, ia menghadiri ujian Kerajaan. Menurut prediksi Peramal Kong, ia akan mendapat peringkat ketiga dalam ujian ini. Namun, dia malah mendapat pertama.
Yuan Liaofan kemudian bersumpah untuk melakukan tiga ribu perbuatan baik. Lebih dari sepuluh tahun usaha, ia selesai melakukan tiga ribu perbuatan baik. Dia bahkan punya anak setelahnya.
Dia bertanya pada istrinya untuk mencatat perbuatan baik yang dia lakukan. Istrinya tidak tahu bagaimana menulis, jadi dia melingkari bulatan merah pada kalender, setiap kali Yuan melakukan perbuatan baik.
Misalnya, ketika Yuan memberikan makanan untuk orang miskin. Kadang-kadang, lebih dari 10 lingkaran merah dalam satu hari! Beberapa tahun kemudian, ia lulus ujian akhir Kekaisaran dan menjadi Jinshi, tingkat tertinggi untuk sarjana. Beliau diangkat menjadi Walikota di Kabupaten Baodi. Pada titik ini, ia ingin melakukan 10.000 perbuatan baik.
Pada Kabupaten Baodi ia menyiapkan sebuah buku, yang disebutnya “Menulis pada Menahan Hati “. Dia sangat ketat terhadap dirinya sendiri, dan mencoba untuk mendisiplinkan diri untuk tidak berbuat dan berpikiran jahat.
Setiap pagi ketika ia menangani tuntutan hukum sipil dalam ruang sidang, dia akan meminta pelayannya untuk mengantarkan buku kecil ini ke meja kantornya.
Setiap hari, ia juga akan merekam semua perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah dilakukannya pada hari itu dalam buku kecil ini.
Ketika senja tiba, ia menata meja di halaman belakang rumahnya, menganti pakaian resmi, dan membakar dupa untuk memberi salam hormat kepada para dewa-dewa di surga. Rutinitas itu dilakukannya setiap hari.
Suatu ketika, istrinya khawatir bahwa ia terlalu banyak mengurus tugas resmi dan ia tidak akan memiliki cukup waktu untuk melakukan 10.000 perbuatan baik.
Dia berkata, “Sekarang Anda telah bersumpah untuk melakukan 10.000 perbuatan baik, tetapi tidak banyak perbuatan baik yang bisa dilakukan di ruang sidang. Saya benar-benar tidak tahu apakah kita bisa menyelesaikan 10.000 perbuatan Baik!”
Malam berikutnya, Yuan bermimpi bertemu Dewa. Dia pun mengatakan kepada dewa bahwa dia mungkin tidak punya cukup waktu untuk melakukan 10.000 perbuatan baik dan menjelaskan alasannya.
Dewa menjawab, “Selama Anda menjabat Walikota, Anda mengurangi uang pajak dan pajak tanaman untuk warga sipil. Anda akan dapat mencapai tujuan Anda melakukan 10.000 perbuatan baik. “
Memang, Yuan berpikir bahwa pengenaan pajak bagi para petani di Kabupaten Baodi terlalu berat, dan dia menurunkan hampir 50%. Karena itu ia telah melakukan perbuatan baik untuk semua petani di daerah ini.
Oleh karena itu, Yuan terus melakukan perbuatan baik selama sisa hidupnya. Peramal Kong meramalkan bahwa ia akan meninggal pada usia 53 tahun, tapi dia tetap sehat sampai usia 69. Dia menulis tentang pengalamannya mengubah nasibnya dalam buku kecil ‘Empat Peringatan Perbuatan Hidup’, dan ia menurunkan buku ini kepada putranya dan generasi berikutnya.
Cerita Yuan benar-benar membangkitkan inspirasi. Dalam kebudayaan tradisional Tiongkok, intisari cerita budipekerti adalah “kebaikan akan dibayar dengan kebaikan, dan Kejahatan akan dibayar dengan kejahatan”. Pengalaman pribadi Yuan Liaofan, tentang merubah suratan takdir adalah sebuah contoh nyata kultivasi atau mengolah dan meningkatkan watak dan kualitas moral.
Yuan Liaofan mengikuti saran Pendeta Yun Gu, menghormati dan menyembah Langit dan Tuhan. Berbuat baik dan memperbaiki kesalahan, serta membayar hutang karma. Hal ini membuktikan bahwa dia adalah seorang Kultivator.
Mengutip dari buku Zhuan Falun karya Master Li Hongzhi, yang membimbing para pengikutnya berkultivasi dikatakan bahwa masih ada satu cara yang dapat mengubah seluruh kehidupan manusia, dan ini adalah cara satu-satunya. Yakni mulai sekarang orang ini menempuh sebuah jalan Xiulian (berkultivasi dan melatih diri).
Jadi, dengan memperbaiki kualitas moral maka takdir jalan hidup seseorang akan diatur kembali oleh Tuhan.

 

READ MORE - Kultivasi Ubah Takdir (Empat Nasihat Liao Fan) - Cara Merubah Nasib

70% dari 12 Prinsip Emas Tao Zhu Gong menyangkut manusia.

70% dari 12 Prinsip Emas Tao Zhu Gong menyangkut manusia. Human Asset sudah dikenal 2500 tahun lalu. Salah satu budaya dan pelajaran bisnis yang sangat berharga.
Patut dilestarikan dan dikaji oleh generasi sekarang.



READ MORE - 70% dari 12 Prinsip Emas Tao Zhu Gong menyangkut manusia.

Liu Sanjie Lagu Para Dewa


Lagu-lagu tentang Liu Sanjie populer meluas ke seluruh dunia dan lagu tersebut sangat penting dalam penelitian ethnologi, budaya, sosiologi dan estetika. Pada tahun 2006, pemerintah menyakan lagu-lagi Sanjie sebagai warisan budaya nonmaterial. Lagu Liu Sanjie berasal dari Yizhou dan mempunyai tujuh tema: kehidupan, produksi, cinta, upacara, rima/sajak, cerita dan penciptaan dunia

Legenda Alkisah Liu Sanjie dilahirkan pada 705 SM. Ia tumbuh sebagai anak yang cemerlang yang dapa bernyanyi dengan sangat merdu dan diberi julukant "dews". Liu Sanjie jatuh cinta pada Li Xiaoniu penjual m kayu dari desa yang sama. Tuan tanah kaya Mo Huairen menuduh mereka telah melanggar hukum tentang kesederhanaan dan memerintahkan agar mereka diikat bersama untuk dilemparkan ke sungai. Li tenggelam dan Liu Sanjie hanyut dan terdampar di Liuzhou, tempat ia diselamatkan oleh nelayan tua dan diadopsi menjadi anaknya. Liu Sanjie jadi tenar sebagai penyanyi di Liuzhou dan Mo mengutus tiga orang penyanyi untuk bersaing dengan Liu Sanjie. Tiga penyanyi itu kalah dan Mo sangat marah sehingga ia menyewa penjahat untuk mengikat Liu Sanjie dalam keranjang babi dan melemparkannya ke sungai. Liu Sanjie mati tenggelam dan penduduk desa menyajikan sesajen dua ikan gurame besar di depan makamnya. Selama upacara pembacaan doa, kuburannya tiba-tiba terkuak membuka, dan Liu Sanjie menghambur keluar mengendarai salah satu 
gurame yang membawanya ke surga. Ikan gurame yang satunya lagi menjadi Gunung Puncak Ikan. Manifestasi dari berbagai emosi yang kaya dan kearifan 
yang puitis, lagu-lagu rakyat Liu Sanjie sangat hidup, penuh semangat, sederhana dalam bentuk dan mudah dah diterima oleh masyarakat Laguau tersebut mencerminkan. realitas dan memberi kesan ketu-lusan dan sepenuh Kati, mampu membangkitkan dan mengaduk-aduk eniosi paling dalam. Lagu rakyat Liu Sanjie sering dinyanyikan pada acara perayaan dan berbagai upacara serta berhubung-an erat dengan kehidupan sehari-hari. Gaya me-nyanyi tertentu mencerminkan karakteristik artistik orang Zhuang. Lagu-lagu tersebut, dengan nada yang bervariasi dan melodi sederhana, telah tersebar secara lisan dari generasi ke generasi, membentuk cara berpikir yang spesifik dalam 

komunitas. Hal ini telah menghasilkan bentuk kesadaran bersama menyatu oleh pengalaman praktis kehidupan sehari-hari an terkumpul sejak zaman dahulu. Lagu tersebut menanamkan banyak konsep awal dan citra primitif yang penuh makna dan kaya isi. Dengan budaya Zhuang sebagai inti dan budaya Han sebagai bentuk ekspresi, lagu-lagu Liu Sanjie benar-benar merupakan  titik pertemuan bagi integrasi berbagai ras. Double Third ,Singino Festival fiess Day (hari menyanyi Para Dewa) adalah acara menyanyi terbesar bagi rakyat Zhuang. Dalam festival etnik ini yang konon untuk memperingati Liu Sanjie, dinyatakan biru sebagai acara nasional bagi kelompok etnis Zhuang tios pemerintah otonomi Zhuang pada tahun 1984. Setiap  tahun, pada hari ketiga bulan lunar ketiga, aktivitas perayaan akan diselenggarakan di kota Nanning, juga'. Selain karnaval menyanyi, aktivitas perayaan lain seperti, menangkap kembang rn api, pelemparan bola bersulam, permainan mewarnai telur, opera, tarian naga dan singa, kontes puisi, pemutaran film, pertunjukan kung fu dan akrobat akan dilaksanakan, membuatnya menjadi acara yang penuh semangat dan sangat menarik. Pada tahun-tahun terakhir ini,partisipasi komersial telah meningkatkan dukungan keuangan dan memungkinkan acara dengan skala lebih besar dapat diselenggarakan. Double Third Singing Festival benar-benar peristiwa yang menyenangkan yang diikuti oleh semua orang. 

Lagu Jenis Liu Sanjie: Lagu Petik Teh
(Terjemahan harfiah) Burung bergerombol di pengunungan pada bulan ketiga, dan sungai mengalir bebas pada bulan keempat. Gadis pemetik teh sedang bekerja di pegunungan, udara dipenuhi suara nyanyian petik teh mereka. Kelinci berlompatan melintasi bukit, burung meninggalkan sarang dan ikan gurame melompat keluar air untuk mendengarkan nyanyian mereka. Langit biru cerah bergaris awan tipis saat gadis pemetik teh pergi untuk bekerja. Mereka bekerja keras dan berkeringat di pengunungan, menanam bukit demi bukit dengan pohon teh. Ketika musim semi tiba, mereka akan memetik teh dan menyeleksi benih tanaman, menanam lagi saat waktunya tepat. Angin membawa wangi dedaunan teh ke tempat yang sangat jauh. lebih harum dari bunga melati. Gadis pemetik teh sibuk sepanjang hari, memetik teh di pagi had dan menanam benih di malam hari. Embun menyambut mereka di pagi hari saat mereka memetik daun teh, dan bulan menemani mereka pada malam had tatkala mereka menanam benih.

READ MORE - Liu Sanjie Lagu Para Dewa

Sepasang Kekasih KUPU-KUPU




Liang Shanbo dan Zhu Yingtai adalah teman sekelas. Zhu Yingtai sebenarnya adalah seorang gadis muda yang menyamarkan dirinya menjadi seorang pemuda dengan nama Zhujiu Sheren. Setelah menjadi teman sekelas selama 
tiga tahun, mereka semakin dekat satu sama lain. Walaupun mereka makan di   meja yang sama dan tidur di kamar yang sama, Liang Shanbo tidak menyadari  bahwa saudara satu sumpahnya sebenarnya seorang perempuan. Zhu Yingtai selalu menolak melepas pakaian di depan Liang Shanbo dan saat Liang Shanbo mulai penasaran ingin tahu, Zhu Yingtai secara kasar menolaknya dengan berbagai alasan. 

Ketika mereka berdua menyelesaikan sekolah mereka saling berjanji bahwa Liang Shanbo akan mengunjungi Zhu Yingtai di rumahnya dalam waktu dua bulan. Bunga buah delima tengah bermekaran ketika Zhu Yingtai pulang ke rumah. Kakak laki-laki dan istrinya telah setuju untuk menikahkan Zhu Yingtai ke keluarga Ma tanpa persetujuan Zhu Yingtai. Ketika Liang Shanbo datang mengunjungi Zhu Yingtai enam bulan kemudian ia terkejut sekali mengetahui bahwa "saudara laki-lakinya" sebenarnya seorang perempuan. Liang Shanbo jatuh cinta kepada Zhu Yingtai dan ingin menikahinya. Ketika Liang Shanbo menyadari bahwa Zhu Yingtai telah ditunangkan dengan keluarga Ma, ia putus asa dan menyalahkan diri sendiri karena terlalu lama menunda kunjungan ke Zhu Yingtai. Setelah pulang ke rumah, Liang Shanbo jatuh sakit karena kehilangan Zhu Yingtai, dan tidak lama kemudian meninggal dunia. Keluarganya menguburkan Liang Shanbo di gerbang Desa Anle. Tahun berikutnya, saat Zhu Yingtai dalam perjalan-an untuk menikah, ia melewati makam Liang Shanbo. Angin kuat yang berembus tiba-tiba memaksa keretanya berhenti dan Zhu Yingtai menengok keluar dan melihat makam Liang Shanbo. Zhu Yingtai bergegas keluar dari kereta dan berlari ke makam tersebut. Zhu Yingtal melompat masuk ke dalam kuburan yang mendadak membuka. Pengawalnya mencoba mengehentikal: Zhu Yingtai, tetapi hanya mampu merengut   sejumput pakaiannya. Pakaian penuh warna itu tiba-tiba berubah menjadi sepasang kupu-kupu cantik yang dengan bahagia terbang menuju cakrawala.
 
Dewa Cina dari Kuil Cinta
Kuil Liang Shanbo berlokasi di Shao Jiadu di Desa Gaoqiao, lima kilometer sebelah barat kota Ningbo. Kuil terebut adalah satu-satunya kuil "Dewa Kuil Cinta" yang didirikan untuk memperingati Liang dan Zhu. Dalam kuil tersimpan patting Liang Shanbo mengenakan jubah resmi dan Zhu Yingtai memakai gaun pengantin.
Di sepanjang jalan batu tersebut dipahat dengan bunga teratai besa yang menutupi permukaan jalan di depan kuil sampai Ujung jalan menuju jembatan batu nan indah bernama jembatan Kekasih. Sebelah kanan kuil terletak kuburan bersama Liang dan Zhu. Kamar untuk pasangan tersebut dibangun di bagian belakang kuil dan interiornya ditata persis seperti kamar tidur, lengkap dengan poster tempat tidur yang dihiasi dengan tirai tempat tidur bersulam, cermin, dan dua pasang sandal kamar bersulam untuk laki-laki dan perempuan, jubah Liang Shanbo dan gaun pengantin Zhu Yingtai juga tersimpan di dalam lemari. Di pintu gerbang kuil ada sebait puisi berbunyi, "Kesetiaan tak terpisahkan bertahan dalam ujian waktu, kebenaran tak tertandingi yang menyebar lugs ke lima benua". Selama diceritakan bahwa hari ke-21 bulan ke delapan adalah hari ketika Zhu Yingtai bunuh diri demi cinta. 

Maka, pengunjung berbondong-bondong datang ke kuil sep dan bulan selama 1600 tahun lalu sejak berakhirnya Dinasti Jin Timur. Pria an wanita muda datang berpasangan dan berkelompok mempersembahkan dupa dan mengelilingi kuburan satu kali,  sesuai dengan lagu masa lalu, "Berjalan mengelilingi makam Liang dan Zhu membuat suami dan istri mampu bertahan dalam pernikahan sampai mereka tua." 

Nilai-Nilai Budaya
Legenda The Butterfly Lovers telah menyebar luas ke seluruh bagian Cina. Seiring cerita dikisahkan turun temurun dari generasi ke generasi, banyak detail di-tambahkan, membuatnya semakin menarik. Banyak kuburan dan kuil dibangun dengan tema Sepasang Kekasih Kupu-Kupu. Pengaruh meluas seperti itu dianggap langka bagi Legenda Cina. The Butterfly Lovers mengambil temanya dari realitas dengan sentuhan fantasi, dengan akhir yang idealis tapi tragis. Cerita itu mengungkap sisi buruk sistem pernikahan feodal, yang pada saat yang sama mempromosikan kebebasan cinta. Tema antifeodalisme adalah sebuah perkembangan penting karena men.- cerminkan keinginan rakyat untuk dibebaskan setelah Dinasti Ming dan Qing. Hal itu juga menjadi penyebab tnengapa cerita diterima luas.

Taman Budaya Liang Zhu

Taman Budaya Liang Zhu berlokasi di situs makam Liang Zhu dan rnonumen kuil. Berdasarkan catatan sejarah, Liang Shanbo adalah seorang pelajar yang mempunyai teman sekelas bernama Zhu Yingtai yang menuntut ilmu bersama selama tiga tahun. Liang Shanbo adalah seorang pejabat pemerintah yang bekerja terlaiu keras karena menangani masalah air di Yaojiang. la meninggal ketika bekerja karena kelelahan dan dimakamkan di Nine Dragon Ruins. Desain Taman Budaya Liang Zhu tennspirasi den cinta antara Liang dan Zhu dengan daya tarik utama yang berhubungan dengan berbagai bagian cerita seperti Meeting at the Straw Bridge dan As Butterfly We Shall Live.



READ MORE - Sepasang Kekasih KUPU-KUPU

Nyonya Ular Putih

Dalam cerita rakyat Cina kisah cinta Nyonya Ular Putih sangat populer, dikenal luas. Tokoh Nyonya Ular Putih memiliki dampak sejarah dan budaya yang besar dalam masyarakat Cina. Legenda menekankan nilai-nilai seperti kebenaran dan kebaikan yang mencerminkan keinginan masyarakat banyak. Pengorbanan Nyonya Ular Putih membuat hati banyak orang tersentuh, karakter kuat yang ia gambarkan dalam cerita ini melambangkan "jiwa" dalam legenda Cina.


Cerita tentang Nyonya Ular Putih terjadi di kota Zhenjiang di masa Dinasti Song. Bai Suzhen adalah roh ular berusia seribu tahun yang mengubah dirinya menjadi manusia untuk membalas rasa terima kasihnya kepada Xu Xian  yang menyelamatkannya di masa kehid ufan sebelumnya. Bai Suzhen bertemu dengan roh ular hijau Xiaoqing  dan keduanya menjadi sangat dekat bagaikan saudara perempuan. Bai Suzhen menggunakan kekuatannya untuk menciptakan kondisi agar dirinya bisa berjumpa dengan Xu Xian, dan akhirnya menikah dengannya. Setelah pernikahan mereka, Fai Hai, kepala bhiksu Kuil Jinshan, memberi tahu Xu Xian bahwa istrinya adalah roh ular. Xu Xian tidak percaya, tetapi ia melakukan apa yang diperintahkan oleh sang bhiksu kepadanya, yakni memberi anggur realgar untuk di-makan istrinya pada hari Perayaan Kapal Naga (Dragon Boat Festival). Xu Xian melakukan perintah tersebut, dan Bai Suzhen berubah ke bentuk aslinya dan Xu Xian ketakutan sampai mati. Bai Suzhen mencuri tanaman herbal suci dari surga untuk menghidupkan kembali Xu Xian. Selanjutnya, Fa Hai membujuk Xu Xian ke Kuil Jinshan dan menyekapnya di dalamnya. Nyonya Ular Putih memerangi Fa Hai dengan bantuan Xiaoqing. Ia memanggil lautan untuk membanjiri Kuil Jinshan, dan menyebabkan banyak orang mati dalam proses tersebut, melanggar hukum Kayangan. Setelah Bai Suzhen melahirkan seorang putra, ia di-perangkap dalam mangkuk sumbangan milik Fa Ha dan dipenjara di bawah Pagoda Leifeng. Ketika anaknya tumbuh dewasa, ia menjadi pelajar yang terpandai dan  pergi ke pagoda untuk mendoakan kebebaskan ibu-nya. Pada akhirnya sang putra menyelamatkan ibunya dan keluarga itu berkumpul kembali. 

Legenda Bersejarah
Cerita tentang Nyonya Ular Putih telah disebarluaskan secara lisan sejak awal, yang menimbulkan variasi dalam urutan kejadian dan detail cerita. Sebagian versi cerita berakhir ketika Bai Suzhen terperangkap di bawah Pagoda Leifeng, sedangkan versi lain saat Bai Suzhen melahirkan bayi laki-laki. Namun, versi lain berakhir dengan sang putra menyelamatkan ibunya sehingga keluarga tersebut berkumpul kembali.

Dalam jingshi Tongyan Nyonya Ular Putih ditulis ulang dan diberi judul baru "Madam White Snake Trapped for Eternity Under Leifeng Pagoda" . Sejak saat itu, jalinan cerita disin-kronisasikan dengan nama-nama tempat seperti Kuil Jinshan di Zhenjiang. Pagoda Leifeng karya Huang Tu adalah opera pertama yang disusun dan ceritanya berakhir pada bagian ketika Nyonya Ular Putih diperangkap di bawah Pagoda Leifeng. Naskah Li Yuan memasukkan bagian ketika Nyonya Ular Putih mempunyai putra. Naskah ini digunakan pada tahun berikutnya berturut-turut. Legenda Leifeng Pagoda  memuat empat bagian utama. Bagian Pertama menelusuri cerita dari bagaimana Nyonya Ular Putih menuruni gunung dan bertemu dengan roh ular hijau, bagaimana is tak se-ngaja berjumpa dengan Xu Xian dan bagaimana mereka menikah. Bagian kedua memaparkan detail bagaimana Xu Xian mengungkap bentuk asli Nyonya Ular Putih, Xu Xian mati, dan bagaimana Bai Suzhen mencuri herbal suci untuk menghidupkan kembali Xu Xian. Bagian ketiga terutama fokus pada pertempuran antara Nyonya Ular Putih dengan bhiksu Fa Hai, dengan banjir yang diciptakannya melanda kuil dan membunuh ribuan  manusia tak berdosa. Bagian penutup diakhiri dengan putra Nyonya Ular Putih datang untuk menyelamatkan ibunya di pagoda, sekaligus melengkapi cerita keseluruhan. 

Asal Mula Nyonya Ular Putih 
Kisah tentang Nyonya Ular Putih berasal dari Zhenjiang. Versi terkini datang dari The Legend of Leifeng Pagoda yang ditulis pada masa Dinasti Qing. Terobosan besarnya termasuk bagian Water Fight dan Stealing The Holy Herbs yang menyoroti dan menonjolkan karakter kuat Bai Suzhen dan menghubungkan secara dekat ke Zhenjiang. Sungguh, Banjir yang melanda Kuil Jinshan menambah sentuhan romantisme dan mengambarkan kemanusiaan Bai Suzhen mencerminkan sifat umum semua manusia. Nyonya Ular Putih menampilkan tempat-tempat terkenal di Zhenjiang, termasuk pemandangan Kuil Jinshan, Bailong Cave, Baohe Hall dan Five Street. Hal ini memberikan dimensi tambahan yang menghidupkan cerita.

Asal Mula Leifeng Pagoda
Nama ash Leiteng Pagoda adalah Royal Pagoda. Pagoda tersebut dibangun pada masa Dinasti Song Utara di atas Lei Peak di Gunung Xizhao, jadi nama tersebut diambil dari lokasi tempat is berada. Puncak itu sendtri mendapatkan namanya karena konon katanya ada seorang prig bernama Lei Jiuzhu pernah hidup di Sana. Sebagian ahlt s ejarah menemukan bahwa puncak tengah juga dikenal dengan narna Hui Peak, dan nama kuno untuk kata Hui adalah Lei, jadi nama puncak tersebut secara keliru disebut Lei Peak. Mao Xiling's Xihe Shihua menyebutkan bahwa puncak tersebut diberi nama berdasarkan bentuknya.

READ MORE - Nyonya Ular Putih

Anak Muda Membelah Gunung Selamatkan Ibunya


Cerita tentang bagaimana Chen Xiang membelah gunung untuk menyelamatkan ibundanya adalah sebuah kisah yang menyentuh mengenai pemuda heroik yang berhati teguh dan berani dalam pertempurannya melawan kejahatan. Ketulusan yang is pancarkan terus menggapai hati banyak mahkluk. Di puncak barat Gunung Hua menjulang sebuah batu besar yang terlihat telah terbagi tiga. Sebuah kapak raksasa berbentuk bulan sabit setengah tertancap di sisi batu ini. Legenda menceritakan Chen Xiang telah membelah batu untul menyelamatkan ibunya. 

Zaman dahulu kala, ada pelajar bernama Liu Yanchang  pergi ke ibukota untuk menjalani ujian kekaisar-an. Dalam perjalanan ia mampir di Gunung Hia untuk berwisata melihat-lihat tempat tersebut. Pada saat yang sama ada kuil San Shengmu seorang peri yang lembut dan cantik, terletak di Gunung Hua. San Shengmu menjalani kehidupan yang sepi setelah diutus untuk menjaga Gunung Hua. Satu hari, San Shengmu sedang bernyanyi dan menari sendirian di kuil ketika ia menyadari bahwa ada seorang pelajar melangkah masuk ke kuil. Dalam keraguannya, ia berubah menjadi patung di atas alas berbentuk bunga teratai. Tatkala Lin Yanchang melangkah masuk dan melihat patung tersebut, ia begitu terpukau oleh kecantikan sosoknya. Tak mampu menyembunyikan perasaannya, Liu Yanchang menge-luarkan kuasnya dan menuliskan kekagumannya terhadap San Shengmu di dinding kuil. 

Menyaksikan anak muda berbakat yang mengungkapkan perasaan untuknya membuat benak San Shengmu tergetar. San Shengmu pun sangat terpikat oleh Liu Yanchang. San Shengmu memutuskan ia harus menikah dengan Liu Yanchang, mengabaikan peraturan yang melarang dari Kerajaan Kayangan yang melarang penyatuan seperti itu. San Shengmu menjelma menjadi gadis biasa dan mengatakan kepada Liu Yanchang tentang perasaannya. Pasangan muda itu menikah dan hidup bahagia bersama. Ketika Liu Yanchang hendak menjalani ujian, San Shengmu hamil. Dengan enggan mereka berpisah, dan Liu Yanchang menyuruhnya untuk menamai anak mereka Chen Xiang. Liu Yanchang akhirnya berhasil menjalani ujian dan ditugaskan untuk menjadi gubernur Yangzhou. Di tengah-tengah perayaan pencapaiannya itu, Liu Yanchang tidak menyadari bahwa San Shengmu sedang mengalami kesulitan. Pada saat itu hari ulang tahun Ibunda Ratu dan is merencanakan pesta Peach Panjang Umur di Kerajaan Kayangan. Semua dewa-dewi datang untuk merayakan peristiwa ini, tetapi San Shengmu yang tengah hamil memohon izin untuk tidak hadir, dengan alasan dirinya sakit. Saudara 

laki-lakinya Dewa Erlang mengetahui bahwa San Shengmu sudah menikah dengan manusia dan tengah mengandung anaknya. Dewa Erlang murka karena San Shengmu telah indanggar peraturan Kayangan dan ingin membawa San Shengmu kembali ke kerajaan. Setelah pertempuran sengit, San Shengmu dikalahkan saudara laki-lakinya itu dan di-sekap dalam Dark Cloud Cave di bawah Gunung Hua. San Shengmu melahirkan Cheng Xiang dalam gua yang dalam dan gelap. Ia menyuruh pelayannya untuk membawa anaknya diam-diam ke Yangzhou agar anaknya bisa hidup bersama ayahnya. Ketika Cheng Xiang tumbuh dewasa, ia memahami bahwa ibunya selama ini disekap dan menderita di bawah Gunung Hua. Cheng Xiang memutuskan dengan teguh untuk menyelamatkan ibunya. Namun, ia tidak tahu ibunya ada di mana. Lalu, ia berjumpa dengan seorang dewa, Dewa Guntur. Setelah mengetahui faktanya, Dewa Guntur jatuh kasihan kepada Chen Xiang sehingga menyuruh anak muda itu untuk berbaring di tempatnya dan mulai membagi keahliannya kepada Chen Xiang. Ketika Chen Xiang menjadi petarung ahli, ia berterima kasih kepada gurunya itu dan mulai berjalan ke Gunung Hua. Sebelum pergi, Dewa Guntur memberinya kapak pembelah-gunung. Saat Chen Xiang sampai di Dark Cloud Cave, ia berteriak memanggil ibunya. Namun Sang Shengmu pun tahu bahwa anak muda itu tidak sebanding dengan dengan saudaranya Dewa Erlang. San Shengmu memanggil anak muda itu dan memintanya agar memohon kepada pamannya. 

Chen Xiang terus memohon kepada Dewa Erlang, saking kerasnya sampai seolah-olah permohonannya itu dapat didengar oleh telinga yang tuli. Tetapi, Dewa Erlang bersikukuh untuk tidak melepaskan saudara perempuannya. Dewa Erlang menghunus pedang dan pisaunya lalu mulai menye-rang Chen Xiang. Keduanya terlibat dalam pertempuran sengit. Empat peri merasa Dewa Erlang terlalu kejam karena telah melakukan perbuatan tersebut kepada keponakannya, diam-diam mereka membantu Cheng Xiang. Dengan pertolongan mereka, Chen Xiang menang atas Dewa Erlang yang lari karena kalah. Setelah mengalahkan pamannya, Chen Xiang melesat lari kembali ke Gunung Hua segera, mengangkat kapaknya dan mulai membelah tebing batu. Suara keras menggema setinggi langit ketika Gunung Hua membelah terbuka. Chen Xiang bergegas masuk ke gua untuk mendapatkan ibunya. Setelah bertahun-tahun terpenjara di dalam gua, San Shengmu akhirnya bersatu kembali dengan putranya.

Mata Ketiga Dewa Erlang

Ada banyak penjelasan mengapa Dewa Erlang mempunyai tiga mata. Satu alasan adaiah fitur nenek moyang orang Shu menyerupai babi, sehingga mata mereka vertikal. Mata ketiga Dewa Erlang merupakan representasi bagaimana rupa nenek moyang orang Shu. Kemungkinan lain adatah matanya miring ke atas, sebuah fitur yang sesuai diberi nama mata phoenix, yang umum bagi banyak orang Gina. Namun, penjelasan lainnya adatah nenek moyang bangsa Shu senang mengambar hiasan di tengah-tengah dahi mereka.
 

READ MORE - Anak Muda Membelah Gunung Selamatkan Ibunya

Setiap Kata Yang Terucapkan Harus Ditepati ( Yi Yan Wei Zhong )

Peribahasa "Yi Yan Wei Zhong" ini mempunyai makna bahwa setiap kata atau janji yang telah kita ucapkan akan ditepati. Peribahasa ini sering digunakan orang untuk menegaskan kembali bahwa janji yang dibuat oleh seseorang itu pasti akan ditepati.

Pada zaman Negeri-Negeri Berperang ( tahun 475-221 Sebelum Masehi ), di negeri Qin, ada seorang Perdana Menteri yang bernama Shang Yang. Dengan bakatnya yang luar biasa dalam bidang politik, dia dipandang tinggi dan sangat dihormati oleh raja negeri tersebut.

Pada tahun 359 Sebelum Masehi, Shang Yang merencanakan untuk melaksanakan reformasi yang menyeluruh di negeri Qin. Namun, dia khawatir rakyat tidak yakin pada kemampuan pemerintah. Oleh itu, dia mau melakukan sesuatu untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Setelah berpikir beberapa lama, dia akhirnya telah mendapat satu ide.

Pada suatu hari, Shang Yang telah menegakkan sebuah tiang yang tingginya 10 meter di luar pintu selatan ibu kota Xianyang. Dia memberitahu orang ramai yang berkerumun di situ, bahwa siapa saja yang mampu membawa tiang itu ke luar pintu utara, akan diberi hadiah sebesar 10 Liang perak (1 Liang = 31 gram). Orang banyak yang mendengar berita itu merasa sangat heran, tetapi tidak seorang pun yang berani mencoba.

Ketika melihat tidak ada respons dari mereka, maka Shang Yang pun meninggikan suaranya, lalu mengumumkan, "Siapa saja yang membawa tiang ini ke luar pintu utara, akan diberi hadiah sebesar 50 Liang perak."

Pada saat itu, tampil seorang pria yang berani untuk mencobanya. Ketika dia berhasil membawa tiang itu ke tempat yang ditetapkan, maka Shang Yang pun segera memberikan imbalan sebesar 50 Liang perak itu kepadanya. Akhirnya, orang lain yang ada di situ merasa sangat menyesal karena sudah melepas peluang yang begitu baik untuk mendapatkan uang dengan mudah.

Dengan peristiwa tersebut, rakyat mulai percaya kepada keikhlasan pemerintah dalam usaha untuk mendorong ekonomi negeri melalui rencana pembaharuan yang bersangkutan. Dengan adanya dukungan dari mereka, maka pembaharuan yang diperkenalkan oleh Shang Yang akhirnya benar-benar berhasil sampai menjadikan negeri Qin, negeri yang paling kuat pada masa itu. Usaha tersebut juga telah menjadi dasar yang kokoh bagi persatuan negara Cina yang dijayakan oleh raja negeri Qin, Ying Zheng atau Kaisar Shihuangdi kira-kira 100 tahun setelah itu.
READ MORE - Setiap Kata Yang Terucapkan Harus Ditepati ( Yi Yan Wei Zhong )

Cara Bijak Mendapatkan Orang Berbakat (Kisah Inspirasi Tiongkok)



Orang yang berbakat adalah kekayaan, ketika orang di dunia kehilangan orang yang berbakat maka dia akan kehilangan dunia.

Selama masa peperangan (475-221 SM), Negara Yan dikalahkan oleh Negara Qi. Ketika Raja Zhao dinobatkan sebagai raja Negara Yan ( 燕昭王 ), ia bertekad untuk membuat negara itu menjadi lebih kuat untuk menghapus penghinaan atas kekalahan yang dialami.


Tapi, dia mengeluh karena ia tidak memiliki orang berbakat yang dapat membantunya menjalankan pemerintahan. Suatu hari, ia bertanya kepada menterinya yang bernama Guo Wei (郭 隗), "Bisakah Anda ceritakan bagaimana saya bisa mendapatkan orang-orang dengan bakat besar?" Wei Guo menjawab dengan menceritakan sebuah cerita.

"Ada seorang raja berani memberikan ratusan ons emas hanya untuk kuda bersayap serta mampu berjalan 500 kilometer per hari. Dia mengutus salah satu orangnya untuk mencari di negara lain, tapi orang itu hanya membawa tumpukan tulang seekor kuda mati yang telah ditukar dengan setengah emas. Raja menjadi marah, yang saya inginkan adalah kuda hidup, bagaimana Anda menghabiskan begitu banyak uang untuk mendapatkan kuda mati ?"

Kemudian orang itu menjelaskan "Ketika orang mengetahui bahwa Anda telah membayar banyak untuk seekor kuda mati, maka jika ada yang mempunyai seekor kuda lagi mereka pasti akan menawarkan kuda tersebut kepada Anda." Seperti yang diduga, raja mempunyai tiga kuda dalam waktu kurang dari setahun.
Guo Wei kemudian berkata, "Jika Anda tulus mencari orang berbakat, mengapa Anda tidak memperlakukan saya sebagai kuda mati seperti itu sekarang?"

Akhirnya Raja Zhao dengan tulus membangun sebuah rumah peristirahatan yang sangat mahal untuk Guo Wei dan menghormatinya sebagai guru. Dia juga membangun sebuah podium di mana dia menempatkan banyak hadiah kepada setiap tamu yang datang dan memberikanya kepada mereka. Segera berita ini menyebar ke setiap pelosok negara.

Dalam beberapa tahun, banyak orang-orang berbakat seperti Ju Xin, Su Dai, Zou Yan, Le Yi datang, mereka dari negara berbeda yang bersatu untuk membantu Raja Zhao. Dalam waktu singkat, dengan bantuan dari mereka, Yan menjadi negara kuat dan berhasil mengalahkan Qi.

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
READ MORE - Cara Bijak Mendapatkan Orang Berbakat (Kisah Inspirasi Tiongkok)

Pantun Cerdas Wang Anshi

Ketika wang Anshi  dalam perjalanan ke ujian lampion yang bisa berputar kekaisaran, ia melihat sepasang yang digantung d rumah megah yang besar. Di bawah lampion ada tulisan bagian awal dari sebuah pantun, menyatakan bahwa siapa saja yang mampu memberikan bagian kedua yang cocok dengan pantun tersebut maka ia bisa menikahi putri dari pemilik rumah megah tersebut. Bunyi pantun tersebut, "Lampion berputar dan kuda berderap lari. Saat cahaya padam, kuda pun berhenti." Wang Anshi tidak terpikir jawabannya apa, maka ia pun terus berjalan. Dalam ujian ada setengah pantun yang harus dilengkapi para murid dengan kalimat yang cocok, "Bendera singa berkibar tinggi dan singa pun mengaum. Ketika bendera pat, singa pun bersembunyi Wang Anshi menjawab dengan frasa yang ia lihat di rumah megah tadi. Dalam perjalanan pulang, ia melihat lagi rumah megah yang sama yang ia lewati saat perjalanan pergi. Wang Anshi menyerahkan pantun dalam pertanyaan ujian sebagai jawaban. rumah tersebut menerima jawabannya dan Wang Anshi pun menikahi putrinya.


READ MORE - Pantun Cerdas Wang Anshi

Kisah Seorang Bhikkhu





[20:06, 3/17/2016] Dhammapada 222


Suatu ketika, seorang bhikkhu dari Alavi hendak membangun sebuah vihara untuk dirinya sendiri, dan ia pun mulai menebang sebatang pohon. Dewa yang mendiami pohon tersebut (Rukkha Deva), mencoba untuk mencegahnya dengan alasan bahwa ia dan bayinya tak tahu kemana lagi harus tinggal.

Gagal menghentikan perbuatan sang bhikkhu, kemudian dewa itu meletakkan anaknya pada sebuah dahan, berharap bahwa hal itu akan membuat sang bhikkhu berhenti menebang. Namun, bhikkhu tersebut terlanjur mengayunkan kapaknya dan ia tidak dapat menghentikannya seketika, dan tanpa sengaja memotong lengan anak tersebut.

Melihat bayinya terluka, sang ibu menjadi marah dan bermaksud membunuh bhikkhu tersebut. Ketika ia mulai mengangkat kedua tangannya untuk menyerang, tiba-tiba ia berhenti dan berpikir, "Bila aku membunuh seorang bhikkhu, berarti aku membunuh seseorang yang menjalankan peraturan moral (sila). Hal ini akan membuat aku menderita di alam neraka (niraya). Dewa pohon lainnya akan meniru apa yang kuperbuat, dan semakin banyak bhikkhu akan terbunuh. Tetapi bhikkhu ini pasti memiliki guru. Aku harus menemui gurunya."

Kemudian ia pergi menghadap Sang Buddha. Sambil menangis ia menceritakan semua yang telah menimpanya. Kepadanya, Sang Buddha berkata, "O Rukkha Deva, kau telah berhasil baik mengendalikan dirimu sendiri."


Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

Ia yang dapat menahan kemarahannya yang telah memuncak
seperti menahan kereta yang sedang melaju,
ia patut disebut sais sejati.
Sedangkan sais lainnya hanya sebagai pemegang tali kendali belaka.


Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Rukkha Deva mencapai tingkat kesucian sotapatti dan ia pun diperbolehkan mendiami sebatang pohon di dekat kamar harum (Gandha Kuti) Sang Buddha. Semenjak kejadian itu, Sang Buddha melarang para bhikkhu menebangi tumbuh-tumbuhan seperti rumput, tanaman, semak belukar, dan pepohonan.

_______________________________________

Dhammapada 223


Kisah Uttara Seorang Umat Awam


Uttara adalah putri dari Punna, seorang buruh tani yang bekerja pada pria kaya bernama Sumana di Rajagaha. Suatu hari, Punna dan istrinya berdana makanan kepada Sariputta Thera di saat beliau baru saja mencapai keadaan pencerapan mental yang dalam (nirodha sampatti). Sebagai akibat dari perbuatan baik itu, mereka mendadak menjadi kaya. Punna menemukan emas di tanah yang ia bajak, dan secara resmi raja menyatakan Punna sebagai seorang bankir yang besar.


Pada suatu kesempatan, Punna sekeluarga berdana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh, setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka sekeluarga mencapai tingkat kesucian sotapatti.


Kemudian Uttara, putri Punna menikah dengan anak Sumana. Keluarga Sumana bukan keluarga Buddhis, sehingga Uttara tidak merasa bahagia di rumah suaminya. Ia pun bercerita kepada ayahnya, Punna, "Ayah, mengapa ayah mengurung saya di kandang ini? Di sini saya tidak melihat para bhikkhu dan saya tidak memiliki kesempatan berdana kepada para bhikkhu."


Punna merasa iba dan memberi uang sebesar 15.000 kepada Uttara. Setelah mendapat ijin dari suaminya, Uttara menggunakan uangnya untuk menyewa seorang wanita untuk menggantikan dirinya memenuhi kebutuhan suaminya. Akhirnya diaturlah bahwa Sirima, seorang pelacur yang sangat cantik dan terkenal, menggantikannya sebagai seorang istri selama 15 hari.


Selama waktu itu, Uttara memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu. Pada hari ke lima belas, saat ia sibuk menyiapkan makanan di dapur, suaminya melihat dari balik jendela kamar dan tersenyum seraya bergumam pada dirinya sendiri, "Betapa bodohnya ia. Dia tak tahu cara bersenang-senang. Dia melelahkan dirinya sendiri dengan upacara pemberian dana ini."


Sirima melihat suami Uttara tersenyum pada Uttara, ia menjadi sangat cemburu pada Uttara, ia lupa bahwa dirinya hanya sebagai istri pengganti yang dibayar. Menjadi tak terkendali, segera Sirima pergi ke dapur dan mengambil secentong mentega panas dengan maksud mengguyurkannya di kepala Uttara. Uttara melihatnya datang, namun ia tidak memiliki maksud buruk pada Sirima. Ia menyadari, berkat Sirimalah ia dapat mendengarkan Dhamma, berdana makanan, dan berbuat kebaikan lainnya, sehingga ia merasa berterima kasih pada Sirima.


Tiba-tiba ia menyadari bahwa Sirima datang mendekat dan hendak menuangkan mentega panas ke arahnya, ia menyatakan tekad, "Bila aku memiliki maksud buruk terhadap Sirima, biarlah mentega panas ini melukaiku, tapi bila aku tidak memiliki maksud buruk padanya, mentega panas ini tak akan melukaiku."


Karena Uttara tidak memiliki maksud buruk terhadap Sirima, mentega panas yang dituang di kepalanya hanya terasa bagai air dingin. Sirima berpikir pasti mentega itu telah menjadi dingin saat dituangkan, maka ia bermaksud mengambil mentega panas yang lain. Saat hendak menuangkan mentega panas tersebut, pelayan-pelayan Uttara menyerang dan memukulnya keras-keras. Uttara menghentikan para pelayannya dan menyuruh mereka mengobati luka Sirima dengan balsam.


Akhirnya Sirima teringat akan kedudukannya yang sebenarnya, dan ia menyesal bahwa ia telah melakukan kesalahan terhadap Uttara, dan meminta Uttara mengampuninya. Uttarapun menjawab, "Aku memiliki seorang ayah. Aku harus bertanya kepadanya apakah aku harus menerima permintaan maafmu." Sirima berkata bahwa ia siap pergi memohon pengampunan pada Punna, ayah Uttara.


Uttara menjelaskan padanya, "Sirima, saat aku mengatakan ''ayahku'', maksud saya bukan ayahku yang sebenarnya, yang membawaku pada rantai kelahiran kembali ini. Yang kumaksud ''ayahku'' adalah Sang Buddha, yang telah menolongku memotong rantai kelahiran kembali, yang telah mengajariku Dhamma, kebenaran sejati."


Sirima pun memohon untuk bertemu dengan Sang Buddha. Sehingga pada hari berikutnya direncanakan Sirima akan menyerahkan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.


Setelah bersantap, Sang Buddha diberitahu perihal Sirima dan Uttara. Kemudian Sirima mengakui bahwa ia telah berbuat kesalahan terhadap Uttara dan memohon Sang Buddha apakah ia dapat dimaafkan, karena jika tidak, Uttara tidak akan memaafkannya. Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Uttara bagaimana perasaannya saat Sirima menyiramkan mentega panas ke arahnya.


Uttara pun menjawab, "Bhante, karena saya telah berhutang budi pada Sirima, saya tetap tidak naik darah, tidak memiliki maksud buruk padanya. Saya selalu memancarkan cinta saya kepadanya."


Lalu Sang Buddha berkata "Bagus, bagus, Uttara! Dengan tidak memiliki maksud jahat, kau telah mengatasi mereka yang berbuat kesalahan padamu. Dengan tidak melukai, kau dapat mengatasi mereka yang melukaimu. Dengan bermurah hati kau dapat mengatasi orang kikir, dengan berbicara benar kau dapat mengatasi mereka yang berbohong."


Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :


Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih

dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.

Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati,

dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran.


Sirima dan lima ratus wanita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dharma itu berakhir.

READ MORE - Kisah Seorang Bhikkhu
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.