KISAH DAN ASAL USUL DEWA MATAHARI DAN DEWI REMBULAN ( RI SHEN, YUE SHEN ) Shejit Bln 3 tgl 19 Imlek Dewa Matahari

KISAH DAN ASAL USUL DEWA MATAHARI DAN DEWI REMBULAN ( RI SHEN, YUE SHEN ) Shejit Bln 3 tgl 19 Imlek Dewa Matahari
Ri Shen (Jit Sin - Hokkian) yaitu Dewa
Matahari secara umum disebut Tai Yang Gong
(Thay Yang Kong - Hokkian) atau Paduka
Surya, dan Yue Shen (Gwat Sin - Hokkian)
seringkali disebut Tai Yin Niang (Thay Im Nio -
Hokkian) atau Ibu Candra.
Pemujaan terhadap bulan, matahari sudah ada
sejak jaman purba dan bukan hanya monopoli
bangsa Tiongkok saja. Pemujaan ini termasuk
pemujaan kenegaraan di mana para pegawai
kerajaan bersujud dan menyediakan sesaji di
depan papan roh Dewa Matahari.
Sedang pemujaan terhadap Dewi Rembulan diadakan bertepatan dengan pesta panen disaat bulan purnamanya, tanggal 15 bulan 8 Imlek.
Pada saat ini biasanya orang-orang bersama
keluarganya menyalakan Hio dan bersujud
kepada Dewi Rembulan di halaman rumah
mereka.Ri Shen atau Dewa Matahari dikenal
juga dengan nama Tai Yang Di Jun (disingkat
Tai Yang Gong saja), Yue Shen atau Dewi
Rembulan disebut juga Tai Yin Huang Jun (Tai
Yin Niang) atau Yue Fu Chang E (Chang E dari
istana rembulan).
Sedangkan peringatan Zhong Qiu (Tiong Tjhiu
- Hokkian) yang jatuh pada tanggal 15 bulan 8
(Pwee Gwee Cap Go) dianggap sebagaihari
lahirnya Tai Yin Niang alias Chang E.
Umumnya mereka bersembahyang dengan
menyediakan sebuah meja kecil di kebun pada
saat bulan purnama dengan menyajikan buah-
buahan dan bunga segar.Pemujaan terhadap
bulan dan matahari ini hanyalah sebagai
peng-hormatan terhadap keduanya, jarang
diwujudkan dalam bentuk patung atau gambar.
Umumnya orang-orang menghadap ke arah
kedua benda angkasa itu saat bersembahyang, jarang ada kelenteng yang didirikan untuk mereka. Di Tainan hanya ada sebuah kelentengsaja yang terdapat patung Dewi Rembulan dan Dewa Matahari, yaitu di kelenteng San Guan Tang.
Di Indonesia pemujaan terhadap Matahari dan Rembulan amatlah sedikit. Dari pengamatan kami pemujaan terhadap Dewi Rembulan dan Dewa Matahari dapat kita jumpai dikelenteng di JI. Gondoman, Yogyakarta.
Kelenteng Giok Hong Tian di Singapura meletakkan Tai Yang Gong dan Tai Yin Niang di kanan dan kiri altar utama Yu Huang Da Di.Kelenteng Guan Yin Tang, jalan Telok Blangah Drive di kota itu, juga menempatkan pemujaan terhadap Tai Yang Gong dan Tai Yin niang . **
Sumber: buku Dewa _ Dewi kelenteng hal 68 -- 72
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL DEWA MATAHARI DAN DEWI REMBULAN ( RI SHEN, YUE SHEN ) Shejit Bln 3 tgl 19 Imlek Dewa Matahari

KISAH DEWI PENGUASA LANGIT BARAT DAN TIMUR. (XI WANG MU 西王母 DAN DONG WANG GONG 東王公)


KISAH DEWI PENGUASA LANGIT BARAT DAN TIMUR.
(XI WANG MU 西王母 DAN DONG WANG GONG 東王公)
Dong Wang Gong 東王公 disebut juga Dong Hua Di Jun 東華帝君(Tong Hoa Te Kun-Hokkian) adalah Penguasa Langit Timur. Dewata ini diciptakan dari intisari uap air di langit timur dan merupakan penguasa unsur jantan "Yang" 陽 dan semua negeri sebelah Timur. Istananya di langit yang terselubung halimun berkubah awan ungu dan bertembok awan jingga. Dia mempunyai pelayan Xian Tong (Jejaka Dewa) dan Yu Nu (Gadis Kumala).
Mula-mula Dewata ini disebut Mu Gong 木公, tapi karena kekuasannya di langit timur ia disebut Dong Wang Gong (Paduka Raja dari Timur). Dia menguasai daftar semua dewa pria dan wanita.
Hari lahir Dong Wang diperingati pada tanggal 1 bulan 10 Imlik, dan Xi Wang Mu pada tanggal 18 bulan 7 Imlik.
Sebelum tahun 1950 pemujaan Dewata ini jarang terdapat di Taiwan. Barulah dengan berdirinya aliran Zi Hui Tang di Taiwan, pemujaan mulai meluas.
Di Indonesia masih jarang. Tapi kabarnya di Surabaya ada kelenteng yang memuja Xi Wang Mu 西王母 .#
Dikutip dari buku Dewa Dewi Kelenteng hal 55 .
READ MORE - KISAH DEWI PENGUASA LANGIT BARAT DAN TIMUR. (XI WANG MU 西王母 DAN DONG WANG GONG 東王公)

KISAH DAN ASAL USUL LONG NU ( Liong Li / Gadis naga )

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
KISAH DAN ASAL USUL LONG NU ( Liong Li / Gadis naga )

Suatu hari pangeran naga laut timur merubah dirinya menjadi seekor ikan mas agar bisa bebas menikmati pemandangan, siapa tahu karena keasikan dy jadi lupa diri & ahirnya tertangakap oleh jaring nelayan. Untunglah kejadian itu tak lepas dari mata sakti dewi Kwan Im yg segera mengutus San Cai untuk membeli ikan emas itu & mengembalikannya ke laut timur.

Sekembalinya keistana naga sang pangeran langsung menceritakan pengalamannya pada ayahandanya. Raja nagapun bersyukur sekali atas kebaikan sang dewi sehingga dypun segera mengutus putri ke7 nya untuk mengantarkan mutiara naga (Dragon Ball) sebagai ucapan terimakasih kepada Dewi Guan Yin. Sesampainya di Po Tho San, putri naga terkesan sekali dg pembawaan dewi Kwan Im yg agung & welas asih sehingga memutuskan untuk menjadi pengikutnya

Versi cerita 8; dewa Suatu kali Han XiangZi (salah 1anggota 8 dewa) sedang memainkan sulingnya ditepi laut timur, tiba2 muncullah seekor belut emas yg menari2 mengikuti irama sulingnya.Melihat belut yg jinak itu, HXZ pun tertarik & mengajaknya bicara "hai belut, apakah kau berasal dri kerajaan naga?" Si belut mengangguk HXZ melanjutkan "kudengar puteri ke7 raja naga laut timur sangat cantik & aku sudah lama inginberkenalan dengannya, sayang sampai sekarang belum kesampaian..."

Mendengarnya tiba2 sibelut kelihatan malu & kemudian berubah kewujud aslinya yaitu putri ke 7 raja naga laut timur....Suasana menjadi sedikit canggung, namun akhirya cair juga & merekapun menjadi sepasang kekasih...
Sayang ayahanda sang putri rupanya tidak merestui hubungan mereka, apalagi setelah 8 dewa membuat keributan dilaut timur & membunuh 2 putra kesayangannya.
Karena stres dg cintanya yg tidak kesampaian, maka saat raja naga hendak mengirim mutiara untuk Dewi Guan Yin, sang putri ke 7 pun mengajukan diri & sesampainya disana dia memutuskan untuk mengiktui sang dewi agar lepas dari semua penderitaan duniawi.

Tentang Gadis Naga Long Nii, dikisahkan sebagai berikut ini. Dengan kekuatan gaibnya Miao Shan melihat bahwa putra ketiga Long Wang, Sang Raja Naga, sedang menjelma menjadi ikan tambera. Dalam perjalanan melaksanakan tugas ayahnya, tak terduga ikan itu terperangkap dalam jala nelayan,dan diangkat ke darat lalu dijual di pasar. Miao Shan lalu memerintahkan pelayannyayang setia, Shan Cai untuk membeli ikan itu, yang kemudian dibawa ke Pu Tuo Shan untuk dilepaskan ke laut bebas. Putra ketiga Sang Raja Naga sangat berterima kasih atas pertolongan Guan Yin. Sang Raja Naga dalam terima kasihnya kepada Miao Shan Guan Yin bermaksud menghadiahkan sebutir mutiara yang dapat bersinar diwaktu malam. 

Long Nii cucu perempuan Long Wang dari pangeran ketiga tersebut mohon ijin untuk menghantarkan hadiah kepada Miao Shan. Di hadapan Miao Shan, Long Nii minta diijinkan untuk belajar ajaran para orang - orang suci dibawah bimbingannya.
Setelah mengetahui kesungguhan hatinya, Miao Shan akhirnya menerima Long Nii sebagai murid. Shan Cai memanggilnya kakak. Mereka bersama-sama mendampingi Miao Shan. Sering juga Long Nii ini ditampilkan dalam bentuk naga yang sedang ditunggangi oleh Guan Yin.

Oleh Yu Huang Da Di, Shan Cai diberi gelar Jin Tong (Kim Tong - Hokkian) yang berarti "jejaka emas" dan Long Nii bergelar Yu Nii (Giok I i - Hokkoan) yang berarti "gadis kumala". *
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL LONG NU ( Liong Li / Gadis naga )

KISAH DAN ASAL USUL SAN CAI 善 財 (Bocah Rejeki) shejit Bln 1 tgl 20 Imlek


KISAH DAN ASAL USUL SAN CAI 善 財 (Bocah Rejeki) shejit Bln 1 tgl 20 Imlek

SAN CAI adalah seorang biksu muda yg sengaja datang ke Po Tho Shan (Gunung Potalaka) untuk berguru pada Dewi Guan Yin. Suatuhari San Chai melihat Dewi Guan Yin yg lari terbirit2 dikejar sekawanan preman yg ingin memperkosanya, karena sudah terdesak sangdewi ahirnya melompat kejurang untuk mempertahankan kesucainnya. 

Tertegun melihat gurunya yg teweas bunuh diri, San Cai pun jadi putus asa & mengikuti
gurunya melompat kejurang.Sesampainya didasar jurang ternyata San Cai tidak mati/terluka & justru merasa badannya lebih ringan & sehat darisebelumnya. Belum hilang rasa herannyatiba2 muncul lah Dewi Guan Yin yg menerangkan bahwa kejadian tadi hanyalah ujian ketulusan untuk San Cai.& karena dia lulus, maka diapun berhak memperoleh keabadian jg. Versi cerita Sun GoKong, disini San Cai diceritakan berasal dari Ang Hai Ji (bocah merah) putra siluman kerbau yg ingin memangsa biksu Tong. Setelah ditaklukan Dewi Guan Yin, Ang HayJi kemudian diangkat sebagai muridnya & berganti nama manjadi San Cai.


San Cai adalah putra dari Gu Mo Ong (Dewa Kerbau) dan Putri Kipas besi . demikian cerita dari buku novel Xi You Ji 西遊記 atau Perjalanan Ke Barat. sebelum menjadi pengawal Guan Yin Phu Sa (Bodhisattva Avalokitesvara) namanya Ang Hai Jie ( si bocah merah )
San Cai dan Long Nii Tentang Shan Cai dan Long Nii ini, ada kisahnya tersendiri. Pada waktu Tu Di Gong mengantar Miao Shan ke pulau Pu Tuo, menjaganya selama 9 tahun, sampai akhirnya sang putri mencapai kesempumaan. 

Ditentukan hari pelantikan Miao Shan menjadi Pu Sa adalah pada tanggal 19 bulan 9 Imlik. Tu-Di menyebarkan banyak undangan untuk menghadiri pelantikan tersebut.
Yang diundang antara lain adalah San Guan Da Di, Shi Dian Yan Luo (10 Raja Akherat) Ba Xian (8 Dewa), Wu Yue Da Di (Dewa dari Lima Pegunungan) dan lain-lain. Pada hari yang telah ditentukan, para undangan telah berkumpul, Miao Shan duduk diatas singgasana bunga teratai, lalu para Dewata itu mengumumkan pelantikan dikalangan ke-Buddha-an dan wilayahkekuasaannya di langit dan bumi.

Kemudian mereka beranggapan bahwa tidak sepantasnyalah Miao Shan yang sekarang dinamakan Guan Shi Yin berada di Xiang Shan seorang diri tanpa pembantunya. Mereka mengusulkan agar dicarikan dua pembantu, seorang perjaka dan gadis yang bertugas melayani semua keperluannya di tempat itu. Tu Di diserahi tugas untuk menemukan calon yang sesuai.

Dalam perjalanan mencari calon pembantu Guan Yin ini, Tu Di bertemu dengan seorang pendeta muda yang bemama Shan Cai. Setelah kematian kedua orang tuanya, Shan Cai menjadi pertapa di gunung Da Hua Shan, tapi tanpa bimbingan ia merasa sulit untuk mencapai kesempumaan. Dengan perantara Tu Di akhirnya Shan Cai menghadap Guan Yin. Guan Yin masih meragukan kesungguhan hati pemuda ini dan ingin mengujinya. Disuruhnya pemuda itu menempati sebuah puncak di pulau itu, dan menunggu sampai Guan Yin menemukan cara untuk mengatur kesempumaannya.

Miao Shan kemudian memanggil Tu Di dan meminta agar para dewa yang hadir disitu mau menyamar menjadi bajak - bajak laut yang mau mengepung gunung itu, membawa obor dan senjata tajam mengancam akan membunuh Guan Yin. 
"Aku akan lari ke puncak dimana Shan Cai sekarang berada dan menguji kesetiaannya", kata sang Dewi. Tak lama kemudian segerombolan bandit dan bajak laut datang mengepung vihara di Xiang Shan itu. Guan Yin melarikan diri ke puncak, ia terpeleset dan terguling ke dalam jurang. 

Melihat sang dewi terguling, Shan Cai tanpa ragu - ragu segera terjun untuk menyelamatkannya. "Anda tidak mempunyai sesuatu yang berharga untuk dirampok mereka, mengapa takut dan terjun ke jurang,sehingga terancam bencana kematian", tanya Shan Cai.
Melihat pemuda itu menangis, Guan Yin berkata "Aku harus tunduk pada kehendak langit". Shan Cai, dengan segala kepedihan hatinya, berdoa kepada Langit dan Bumi agar Sang Dewi ini diselamatkan. "Seharusnya kau tak perlu menunjukkan diri untuk menolong aku dengan penuh resiko. Aku belum menjelmakan kau kembali dan mengantarmu kesempurnaan. Tapi kau adalah anak yang berani, aku sekarang tahu hatimu baik, Lihatlah kebawah sana " kata Guan Yin.

Shan Cai lalu menoleh "Aku melihat mayat". 'Ya, itulah badanmu yang lama.Sekarang kau telah dijelmakan kembali, dan kau dapat terbang dan membumbung keangkasa sesuka hatimu!" Guan Yin berkata.
Shan Cai membungkukkan badannya tanda terima kasih dan Guan Yin berkata lagi "Selanjutnya kau selalu berada disampingku dan berdoa, jangan meninggalkan aku seharipun". sejak itulah Shan Cai selalu hadir disebelah Guan Yin.

Tentang bagaimana Shan Cai menjadi murid Guan Yin, cerita terkenal "Xi You Ji" mempunyai versi yang lain lagi. Dikisahkan dalam perjalanan mengambil kitab suci ke langit barat, Pendeta Xuan Zhang bersama ketiga muridnya Sun Wu Kong, si Kera Sakti, Zhu Ba Jie Siluman Babi dan Sha He Shang dicegat oleh seorang siluman yangbewujud anak kecil yang sangat sakti.

Ternyata siluman anak kecil itu adalah putra Niu Mo Wang (Gu Mo Ong Hokkian) dan Luo Sa Nii (Lo Sat Li-Hokkian), yang diberi nama Niu Sheng Ying (Gu Seng Eng-Hokkian) alias Hong Hai Er (Ang Hay Ji-Hokkian) atau si Anak Merah. Si Anak Merah ini sakti sekali, ia bermaksud menawan pendeta Xuan Zang untuk disantap dagingnya. Beberapa kali Sun Wu Kong dibuat tak berdaya oleh semprotan api saktinya. Tapi si Monyet Sakti tak kehabisan akal. Ia lalu minta bantuan Guan Yin Pu Sa untuk menaklukkan Hong Hai Er. 

Akhirnya Hong Hai Er dapat ditaklukkan dan dibawanya pulang ke Pu Tuo Shan untuk menjadi muridnya dan diberi gelar Shan Cai. Versi ini memang berbeda sekali dengan apa yang dituturkan dalam kisah Miao Shan.
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL SAN CAI 善 財 (Bocah Rejeki) shejit Bln 1 tgl 20 Imlek

Kisah Legenda Thio Sam Hong, Pendiri Wu Dang Shan (Guru Tao dan Tokoh Misterius Dunia Persilatan)

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Kisah Legenda Thio Sam Hong, Pendiri Wu Dang Shan (Guru Tao dan Tokoh Misterius Dunia Persilatan)

Kisah kehidupan Zhang Shan Feng (di Indonesia, di kalangan penggemar CerSil, terkenal dengan nama dialek Hokkian yakni : Thio Sam Hong) bak Naga Sakti yang hanya “nampak kepala tapi tak nampak ekornya”, di dalam hati generasi setelahnya, kemisteriusan nya semakin lama dirasakan semakin sulit ditebak.
Oleh karena itu kisah mengenai Thio Sam Hong juga sangat banyak. Pada akhirnya bilamana Thio Sam Hong wafat, juga tak bisa dilacak, bahkan ada orang yang mempercayai bahwa Thio Sam Hong senantiasa masih hidup, ia panjang umur, untuk selamanya tinggal di antara manusia.

Thio Sam Hong, nama ini hingga kini tetap saja sangat populer, selain di dalam CerSil karya Chin Yung dimana ia diprofilkan berwatak Bijak dan Sabar, dengan ilmu tinggi yang sulit diukur, membuat orang merasakan sangat akrab dan respek.
Terlebih lagi terdapat film sejenis, juga membuat kita tak jemu-jemu menontonnya.
Seorang penggemar (perempuan) pernah mengatakan kepada penulis, bahwa Jet Li di dalam film mengenakan jubah Tao hitam, dengan gerakannya yang luwes tatkala mendemonstrasikan ilmu silat Tai Chi sungguh terkesan gagah.
Tetapi perawakan dan wajah Thio Sam Hong yang tercatat di dalam buku sejarah tidak sama dengan Jet Li.

Profil Thio Sam Hong di dalam sejarah dilukiskan sebagai berikut :
“Tinggi besar, punggung bagai burung bangau dengan bentuk lengkung mirip cangkang kura-kura, telinga besar, mata berseri, jenggot bagai kipas.”
Perawakannya jauh lebih tinggi daripada Jet Li, wajahnya juga lebih gagah, tidak seperti Jet Li yang rapih.

Dalam hal ini, penuturan di dalam CerSil mestinya tidak jauh berbeda, penggambaran wajah Zhang Jun Bao (Thio Sam Hong ketika berusia remaja) ialah :
“Berwajah dan berperawakan unik, kening lancip, leher halus, berdada bidang, berkaki panjang, mata bulat dan telinga lebar”.
Sekarang ini tersiar bahwa Thio Sam Hong semasa kecilnya pernah mengabdi sebagai Bhiksu cilik di kuil Shao Lin yang kemudian melarikan diri dari kuil tersebut dan beralih berkultivasi aliran Tao, namun terhadap hal ini di dalam materi-materi sejarah nyaris tidak tercatat, semestinya itu hanyalah imajinasi pengarang buku (CerSil).
Mengenai keadaan tahun-tahun awal Thio Sam Hong, data yang akurat saat ini sudah sangat jarang.

Seperti Cerita pada serial TV semacam “Semasa Kecil Thio Sam Hong” murni hanya khayalan dan rekayasa.
Data sejarah yang agak serius dan ortodoks, tentu saja adalah “Sejarah dinasti Ming – Biografi Thio Sam Hong”.
Namun di dalam buku tersebut juga hanya dikatakan ia adalah orang Yu Zhou – propinsi Liao Dong, kehidupan sewaktu masih muda tak disinggung sama sekali, hanya dikatakan tentang sepak terjangnya setelah menjadi terkenal.

Di dalam kitab itu dikatakan bahwa Thio Sam Hong tak peduli iklim sedang panas atau dingin, ia selalu hanya mengenakan satu stel pakaian tambal sulam untuk menangkal angin dan hawa dingin, ditambah jubah butut untuk berlindung terhadap hujan dan salju.
Thio Sam Hong tidak terlalu memperhatikan penampilan, juga tidak menjaga higienis, seringkali ia berpakaian kedodoran, maka dari itu orang-orang terbiasa memanggilnya “Zhang Lusuh” ataupun memanggilnya “Si pertapa Tao yang lusuh”.
Selera makan nasi Thio Sam Hong besarnya tidak semestinya, sekali makan dapat menghabiskan 1 bakul, tetapi terkadang ia juga berhari-hari baru makan 1 porsi, bahkan bisa beberapa bulan tidak makan.

Hobbinya yang lain ialah suka berkelana sebagai Taois pengemis pergi ke empat penjuru, seringkali tanpa tempat tinggal tetap, kalau hati sedang riang menjelajahi pegunungan, ia di kala lelah berselimut awan dan beralas salju.
Terkadang di pegunungan sunyi, terkadang bermain di kota yang ramai, menikmati hidup, seolah tiada orang di sampingnya.
Konon ia dalam sehari bisa menempuh ribuan Li (1 Li = ½ km).
Di dalam kitab kuno ada dicatat, Thio Sam Hong pernah menetap/bertapa di atas gunung Tai Ping, karena karakter Thio Sam Hong supel, ia bergaul cukup akrab dengan orang-orang sebayanya di desa sekitar.

Suatu hari, Thio Sam Hong hendak berpamitan, ia mengundang para tetua desa untuk makan bersama, akan tetapi Thio Sam Hong lama tidak memasak, tak memiliki lagi biang api, ia bilang hendak turun gunung mengambilnya sebentar, tak lama berselang ia sudah balik lagi, padahal naik-turun gunung membutuhkan 40 Li (± 20 km).
Selain itu ia juga telah membeli sedikit tahu sebagai sayurnya, kala itu belum ada kantong plastik, tahu dibawa dengan papan.

Usai bersantap bersama, Thio Sam Hong berpesan kepada mereka, papan ini milik keluarga Wang di kota Tang Yi wilayah pintu barat, bantulah saya untuk kembalikan papan tahu ini.
Para tetua itu setelah berhasil menemukan tempat dimaksud dan menanyakan memang betul benda itu milik marga Wang, namun kota Tang Yi, berjarak 140 Li (± 70 km) dari gunung Tai Ping ! (dan jarak itu ditempuh Thio Sam Hong cuma dalam sekejap)
Selain itu kehebatan kungfu Thio Sam Hong juga terdapat catatan sejarahnya, konon ia sesudah pencerahan di dalam silat Tai Chi, pernah “seorang diri membunuh ratusan penjahat, maka dengan keahliannya tersohor di dunia”.
Ini adalah satu-satunya catatan yang pernah terungkap di dalam kalangan jago silat aliran Tai Chi – Taoisme selama dalam sejarah.
Jikalau hal itu benar, ilmu silat Thio Sam Hong agaknya masih melebihi penuturan di dalam CerSil, sekali pukul nyawa ratusan penjahat melayang, tak kalah pamor bila dibandingkan dengan jurus-jurus 18 telapak tangan menundukkan naga, ilmu silat Vajra besar dan lain-lain.
Sewaktu Thio Sam Hong berkultivasi Tao juga pernah mengincar tempat yang dinamakan gunung Wu Dang (di cersil terkenal dengan sebutan gunung Bu Tong).

Sesudah Thio Sam Hong berkelana di seluruh gunung Bu Tong, ia mengatakan kepada seseorang :
“Gunung ini suatu hari kelak pasti makmur”.
Tetapi gunung Bu Tong kala itu, tempat pertapaan Tao di atas gunung telah dibumi-hanguskan oleh api peperangan, benar-benar menjadi sebuah gunung belukar.
Thio Sam Hong dan para muridnya membabat belukar, membenahi reruntuhan, mendirikan beberapa gubug untuk ditinggali, meskipun tidak mengurus bukti surat hak milik dan sebagainya, tapi telah menduduki gunung Bu Tong, tanah pusaka Hong Sui ini.
Konon Thio Sam Hong sewaktu bertapa di gunung Bu Tong, sering duduk di bawah lima pohon tua, namun “Binatang buas tidak mengganggunya”, ia mendaki gunung dengan langkah gesit bagaikan terbang, sewaktu musim dingin sering berbaring di atas salju, dengkurannya keras bagai guruh.

Orang-orang merasa takjub, menganggapnya sebagai manusia unik. Ketika itu terdapat sejumlah orang terkenal yang berguru kepadanya.
Beberapa waktu berselang, Thio Sam Hong tiba-tiba hengkang lagi, kemudian menetap cukup lama di biara Jin Tai – Bao Ji – propinsi Shan Xi, konon julukan Thio Sam Hong berasal dari 3 puncak (San Feng / Sam Hong 三 豐 atau 三 峰 adalah tiga kesuburan atau tiga puncak) yang indah di gunung Bao Ji.
Kini di biara Jin Tai masih terdapat satu buah prasasti “Catatan tentang Thio Sam Hong”, didirikan oleh Zhang Yong Huan, seorang pejabat propinsi Shan Xi dinasti Ming, di situ ditulis bahwa ayahnya bernama Zhang Chao Yong ketika berumur 13 tahun belajar di dalam biara.

Thio Sam Hong yang baru tiba dari berkelana mengobrol dengan ayahnya, yang mengatakan bahwa ayahnya Zhang Chao Yong bernama Zhang Wei, yang karena menghindari perang mengungsi ke Bao Ji.
Sesudah Thio Sam Hong mendengarnya, ia seperti terkesan dan berkata, ketika ia berkelana sebagai pendeta mengemis di kota Shi.
Pernah mengenal leluhur Zhang Chao Yong dan sering berhubungan dengan keluarganya, lalu bertanya : “Leluhur yang bernama Zhang Yi masih termasuk apanya?” Zhang Chao Yong mengatakan, ia adalah kakek saya. Tio Sam Hong mengatakan :
“Wah, saya sewaktu mengenalnya ia masih seorang bocah.”
Kelihatannya usia Thio Sam Hong dibandingkan dengan kakek buyut pejabat Zhang ini masih lebih tua satu generasi.

Betul, usia panjang Tio Sam Hong sangat terkenal, masa aktifitas Thio Sam Hong yang terlacak di catatan sejarah, berlangsung di atas 100 tahun, itulah mengapa ketika ia membahas level usianya dengan orang-orang, memang tak ada yang dapat menandinginya.
Sewaktu Thio Sam Hong di Bao Ji, konon pernah “mati” satu kali.

Sesuai yang tercantum di dalam kitab kuno “Sejarah Ming / 明 史” dan “Catatan Wei Yi / 微 異 錄” bahwa pada suatu hari, ia mengatakan kepada Yang Guishan, salah seorang muridnya :
“Umur saya sudah habis, saatnya untuk kembali ke langit”.
Sambil meninggalkan pesan berupa syair lantas wafat.
Guishan dan teman-teman seperguruan menempatkannya ke dalam peti mati dan tatkala hendak menguburnya, terdengar suara gerakan dari dalam peti, setelah peti dibuka, ternyata Thio Sam Hong dengan cengar-cengir merangkak keluar, hingga mengagetkan para pelayat, ada yang menangis, berteriak, ada yang melongo, pada mengira ada setan gentayangan.

Apakah Thio Sam Hong sedang bergurau dengan mereka, ataukah ia setelah meninggal ternyata masih ingin berbalik lagi?
Ada yang menjelaskan, pesilat aliran Tao yang berhasil mencapai tingkatan sangat tinggi, jiwanya dapat meninggalkan raga, seperti kisah Tie Guai Li di dalam dongeng “8 Dewa Menyeberangi Lautan/Ba Xian Guo Hai”.
Thio Sam Hong sesudah bangkit dari kematian, berkelana lagi ke propinsi Si Chuan, diantaranya ia menemui raja Xian dari Shu / 蜀 獻 王 yang merupakan anak ke-11 dari Zhu Yuan Zhang (Pendiri dinasti Ming) yang bernama Zhu Zhuang, ia sangat menghormati dan mengagumi Tio Sam Hong dan pernah menulis sebuah syair yang dinamakan “Memberi Judul Potret Dewa Thio”.

Syair Zhu Zhuang meskipun tidak terlalu bagus, tetapi rasa hormatnya terhadap Thio Sam Hong adalah tulus, konon ia pernah memperoleh wejangan dari Thio Sam Hong dan memperoleh pencerahan tentang makna sejati aliran Tao, kemudian ia terhindar dari bencana politik.
Zhu Yuan Zhang pernah merasa sangat tertarik dengan Tio Sam Hong, menitahkan dia untuk menghadap.
Thio Sam Hong dibandingkan dengan seluruh jajaran pimpinan keagamaan kala itu sangat jelas perbedaannya, jika mereka mendengar titah kaisar, langsung dengan bersuka-ria menyongsongnya, lebih semangat dan bergairah dibandingkan dengan kaum muda zaman sekarang ketika dipanggil Presiden.

Tetapi disinilah keunikan Thio Sam Hong, meski kaisar telah mengeluarkan titah sebanyak 3 kali, ia tetap saja tidak pergi, petugas pengantar titah sama sekali tak dapat menemukannya.
Putra Zhu Yuan Zhang, Zhu Bai (bergelar : raja Xiang) mendengar ketenarannya, rela pergi sendiri ke gunung Butong mencarinya, akan tetapi yang terlihat hanya gunung kosong melompong, rimba raya yang hijau, hanya jejak Thio Sam Hong tak dapat ditemukan.
Ketika Zhu Li (bergelar : raja Yan, saudara Zhu Bai) meneruskan tahta ayahnya, ia lebih tertarik lagi kepada Thio Sam Hong, kerap kali mengundang para murid Thio Sam Hong, menyuruh mereka menemukannya.
Ia selain itu juga menulis sendiri sepucuk surat kepadanya.

Sesuai yang tercatat di dalam sejarah, Zhu Li adalah seorang tiran yang sangat kejam, namun di dalam surat yang ia kirim ternyata bernada sangat sungkan, bahkan membahasakan dirinya sendiri “saya yang berbakat rendah”, boleh dibilang sudah sangatlah menurunkan derajat sendiri dan memberi penghargaan yang luar biasa kepada Thio Sam Hong.

Akan tetapi, Thio Sam Hong tetap saja tidak mematuhi titah tersebut, ia hanya menyumbang sebait syair yang disampaikan kepada kaisar melalui muridnya bernama Sun Biyun.
Perjalanan hidup Thio Sam Hong, bagaikan naga sakti yang kelihatan kepala tapi tak nampak ekornya, maka itu selain di hati Zhu Li, bahkan di dalam hati generasi sesudahnya semakin lama semakin misterius.
Oleh karena itu dongeng mengenai Tio Sam Hong juga sangat banyak, di sini tidak dibahas lebih lanjut.
Thio Sam Hong akhirnya kapan wafat juga tak dapat dilacak lagi, bahkan ada yang percaya ia tetap hidup selamanya dan selalu tinggal di antara kita.
READ MORE - Kisah Legenda Thio Sam Hong, Pendiri Wu Dang Shan (Guru Tao dan Tokoh Misterius Dunia Persilatan)

LEGENDA DEWA PINTU / Men Shen 門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) 3 dari 3 Tulisan

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
LEGENDA DEWA PINTU / Men Shen 門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) 3 dari 3 Tulisan
Popularitas karakter dewa pintu mulai menanjak di zaman Dinasti Tang, di mana legenda dewa pintu paling terkenal berasal dari zaman ini.
Dikatakan bahwa naga Sungai Jing melanggar perintah langit karena menurunkan hujan pada
waktu dan kapasitas yang salah sehingga langit menitahkan salah seorang menteri, Wei Zheng untuk menghukumnya. Karena takut dihukum, sang naga kemudian meminta perlindungan kepada Kaisar Taizong (Li Shimin) yang saat itu berkuasa. Taizong mengiyakan permintaan naga dan mengajak Wei Zheng bermain catur supayalupa batas waktu untuk menghukum sang naga. Namun, rupanya Wei Zheng hanya perlu menebas leher sang naga dalam mimpinya sehingga siasatTaizong gagal memenuhi janjinya pada sang naga. Sang naga yang mati penasaran kemudian datang menghantui Taizong tiap malam di istananya. 


Wei Zheng mengetahui perihal ini dan mengurus 2 jenderal, Qin Qiong dan Yuchi Gong untuk berjaga di luar pintu istana. Sang naga tidak datang menghantui Taizong untuk beberapa hari, namun kembali kemudian lewat pintu belakang yang tidak dijaga.
Wei Zheng kemudian memutuskan untuk berjaga sendiri di pintu belakang dan sang naga tidak pernah kembali setelah itu. Taizong menyadari tak mungkin membiarkan jenderal dan menterinya berjaga terus di istananya, memutuskan untuk melukis potret kedua jenderalnya di daun pintu kiri dan kanan, serta Wei Zheng di pintu belakang. Ini kemudian yang mengawali penggunaan potret Qin Qiong dan Yuchi Gong di pintu berdaun dua (biasanya pintu depan) serta Wei Zheng untuk pintu dengan satu daun.

SEJARAH FAKTUAL
Sebenarnya dewa pintu mulai ada sejak zamannya Huangdi, 5000 tahun lalu, namun ini sebuah legenda. Catatan mengenai dewa pintu yang lebih akurat adalah di zaman Dinasti Shang, di mana dewa pintu berawal dari kepercayaan tradisional di Tiongkok sebelum munculnya agama. Raja-raja Dinasti Shang menjadikan pintu sebagai satu objek dari lima objek penghormatan pada masa itu. Kepercayaan tradisional Tionghoa menganggap bahwa setiap benda mempunyai rohnya sendiri-sendiri. Dewa pintu lebih jauh merupakan bentuk penghormatan ke-4, penghormatan pada benda-benda. Pintu dipilih karena pintu merupakan bagian dari rumah tempat tinggal yang sangat penting, simbol perlindungan terhadap ancaman dari luar dan dilewati setiap hari. Manusia selalu membutuhkan keseimbangan jasmani dan spiritual, pintu yang nyata dianggap hanya melindungi dari makhluk yang nyata, untuk melindungi dari makhluk halus, maka pintu haluslah yang mengambil peranan ini. Inilah cikal bakal dewa pintu.

Mengapa dewa pintu dimanusiakan?
Pemanusiaan dewa pintu sebenarnya mulai populer pada zaman Dinasti Han. Banyak karakter dewa-dewi dalam kebudayaan Tionghoa yang dimanusiakan untuk menambah kedekatan pada manusia, misalnya bentuk penghormatan terhadap langit yang dimanusiakan sebagai Kaisar Langit (Giok Hong Tay Te), atau bumi yang dimanusiakan sebagai Dewa  Bumi/Tanah (Tho Te Kong).


Siapa saja yang dikarakterkan sebagai dewa pintu dalam sejarah?
Zaman Han = Shen Shu dan Yu Lu
Zaman Tang = Qin Qiong dan Yuchi Gong, Wei
Zheng, Zhong Kui
Zaman Song dan Yuan = Qin Qiong dan Yuchi
Gong, Zhao Yun, Yue Fei.
Semua karakter di atas adalah karakter sejarah nyata, kecuali Shen Shu dan Yu Lu yang
merupakan tokoh legenda. Satu2nya persamaan di antara mereka mayoritas adalah jenderal perang yang terkenal pada masanya masing-masing kecuali Wei Zheng yang terkenal sebagai menteri vokal serta Zhong Kui yang terpelajar namun berperawakan sangat jelek sampai-sampai hantupun takut kepadanya.


EVOLUSI DEWA PINTU MASA KINI
Dewa pintu di masa sekarang berbentuk lukisan biasanya hanya ditemukan di pintu  kelenteng.
Rumah-rumah penduduk tidak melukis gambar dewa pintu di daun pintu rumah mereka, biasanya hanya ada tempat menancapkan hio di sebelah kiri kanan pintu. Namun, masih ada tradisi menempel lukisan dewa pintu di daun pintu pada malam Tahun Baru (tanggal 30 bulan 12 penanggalan Imlek). Zaman sekarang, dewa pintu tidak hanya ditujukan untuk melindungi rumah dari hal-hal buruk, namun juga untuk mengundang nasib baik dan keberuntungan. Selain itu, lukisan dewa pintu di kelenteng sebenarnya juga ditekankan pada nilai artistiknya, biasanya sangat mengundang perhatian dari pemerhati arsitektur tradisional Tiongkok karena kekhasannya.
READ MORE - LEGENDA DEWA PINTU / Men Shen 門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) 3 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USULMen Shen 门神 - Men Kou Gong 门口公 Artikel 2 dari 3 Tulisan

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.KISAH DAN ASAL USUL Men Shen 门神 - Men Kou Gong 门口公 Artikel 2 dari 3 Tulisan

MEN Shen (secara harfiah berarti Datuk Penunggu Pintu) sering-kali disebut juga Men Shen 门神.(Mui Sin — Hokkian) yang berarti Malaikai Pintu. Malaikat Pintu ini seringkali digambarkan pada daunpintu kiri dan kanan. Sekarang ini malah tersediadalam wujud gambar tempel yang tinggal dilekatkan di daun pintu untuk siapa saja yang berminat.
Menurut penelitian sejarah, Malaikat Pintu 门神 yang paling kuno dikenal orang adalah Shen Tu 神荼 dan Yu Lei 鬱壘. Siapa sesungguhnya kedua malaikat ini, dijelaskan dalam buku "Zhong-guo-gu-dai Shen hua "Dikisahkan bahwa kedua malaikat itu adalah dua saudara yang dititahkan oleh Kaisar Purba Huang Di 黄帝untuk memerintah semua iblis yang ada di Mayapada ini. Konon kedua bersaudara ini tinggal disebuah pulau yang disebut Tao Du Shan (Tho Touw San - Hokkian) yang terletak di Laut Timur. Di pulau itu terdapat sebatang pohon persik yang besar sekali, cabang-cabangnya menaungi wilayah seluas beberapa ribu kilometer persegi. Di puncak pohon tersebut bertenggerlah seekor ayam jantan berwarna keemasan.


Pada waktu sinar matahari pagi mulai menyinari puncak pohon itu,sang ayam jantan mengapakkan sayapnya dan berkokok. Pada saat itulah Shen Tu 神荼 dan Yu Lei 鬱壘 berdiri tegak dengan gagahnya di cabang yang paling bawah dari pohon raksasa itu untuk mengawasi iblis-iblisyang berbagai macam bentuknya itu kembali, setelah berkeliaran kemana-mana semalam penuh. Dikatakan bahwa iblis suka ber-keliaran pada malam hari dan kembali pada saat ayam berkokok.Perlu diketahui bahwa, bagian cabang yang terbawah dari pohon tersebut, yang menjorok ke timur laut, merupakan "gerbang hantu," tempat ribuan iblis tiap hari masuk dan keluar. Kalau diantara para iblis itu ternyata ada yang kedapatan telah berbuat kejahatan, seperti menganggu manusia, tanpa ampun lagi kedua malaikat bersaudara itu segera menangkapnya, diikat, kemudian dilemparkan ke jurang untuk makanan Sang Raja Gunung (harimau). Sebab itu iblis-iblis yang sering kali berbuat jahil sangat takut dan tidak berani berbuat sembarangan. Maka, kemudian orang lalu membuat patung kedua malaikat itu, ditempatkan di kiri dan kanan pintu dan tak lupa menempatkan gambar harimau di atas pintu untuk menakuti para iblis. Lama kelamaan, untuk praktisnya, bukan lagi patung tapi cukup dengan gambar atau namanya saja yang tertulis di daun pintu.


Tapi kemudian tokoh yang diabadikan sebagai malaikat pintu ini oleh orang-orang pada jaman selanjutnya diubah menjadi Yu-chi Jing De 尉遲敬德 (Ut-ti Keng Tek atau Ut-ti Kiong - Hokkian) dan Qin Shu Bao 秦叔寳 (Cin Siok Po — Hokkian). Keduanya adalah pahlawan terkenal pada jaman permulaan dinasti Tang yang membantu Li Shi Min 李世民 (Li Si Bin —Hokkian) membangun dinasti tersebut. Setelah Li Shi Min mengangkat dirinya sebagai Kaisar yang bergelar Tang Tai Zong 唐太宗 (Tong Thay Cong - Hokkian) mereka berdua diangkat menjadi Raja Muda.Konon seperti dituturkan dalam cerita Xi You Ji 西游記 atau Perjalanan ke Barat karya pengarang jaman dinasti Ming, Wu Cheng En 吳承恩. Pada suatu hari kaisar Tai Zong jatuh sakit, dalam keadaan sakit itu sang kaisar sering mendengar suara. Suara itu berasal dari roh-roh jahat yang datang mengganggu. Atas nasehat tabib istana, Qin Shu Bao 秦叔寳 dan Yuchi Jing De 尉遲敬德berjaga di muka pintu kamar sang kaisar untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu itu. Setelah kaisar sehat kembali,rakyat percaya bahwa dengan menempel gambar kedua jenderal itu,semua roh jahat akan menyingkir.


Lama-kelamaan kebiasaan ini semakin populer dan Malaikat Pintu yang lama yaitu Shen Tu 神荼 dan Yu Lei 鬱壘lalu dilupakan orang. Qin Shu Bao 秦叔寳 dan Yu-chi Jing Deinilah yang gambarnya kita lihat sekarang pada daun pintu sebagian besar kelenteng yang ada.
Adalagi dua orang tokoh yang seringkali juga dijadikan figur Malaikat Pintu. Kedua orang ini adalah Zheng Lun 郑倫(The Lun - Hokkian) dan Chen Qi 陈奇(Tan Ki — Hokkian) yang dikenal sebagai Heng Ha Er Jiang 哼哈二將 atau Dua Panglima Pendengus dan Peniup.
Zheng Lun 郑倫 si Pendengus semula adalah komandan pasukan pengawal ransum dari Zhou Wang 纣王kaisar terakhir dinasti Shang 商朝. Ia memiliki kesaktian untuk menyemburkan dua berkas sinar putih dari lubang hidungnya apabila dia mendengus. Sinar ini dapat menghancurkan musuh-musuhnya, tapi kemudian ia beralih memihak pasukan Jiang Zi Ya 姜子牙 yang memerangi Zhou Wang 纣王.


Dalam pertempuran untuk menumbangkan Zhou Wang inilah Zheng Lun si Pendengus bertemu lawannya yaitu Chen Qi 陈奇(, si peniup, yang memiliki kesaktian untuk menyemburkan gas kuning dari mulutnya.Dalam pertempuran itu keduanya saling menggunakan kesaktiannya,tapi hasilnya seri. Akhirnya Chen Qi 陈奇(tewas di tangan Huang Fei Hu 黄飞虎,setelah lebih dulu di pukul jatuh oleh Na Zha 哪吒(Lo Cia - Hokkian).Sedangkan Zheng Lun 郑倫 akhirnya gugur di tangan Jin Da Sheng seorang panglima perang Zhou Wang.


Setelah dinasti Shang tumbang dan Zhou Wang tewas, dinasti Zhou周朝 berdiri dan Wen Wang 文王menjadi kaisar, Jiang Zi Ya 姜子牙 (Kiang Cu Ge -Hokkian) melantik kedua panglima pendengus dan peniup itu menjadi Malaikat Pengawal Bangunan-bangunan Suci. Patung-patung mereka seringkali tampak di depan pintu Kuil Buddha ataupun Taoisme di Tiongkok Daratan, tapi di Asia Tenggara jarang ada kelenteng yang memasang patung maupun gambar kedua malaikat ini.


Khusus kuil yang bercorak Buddhisme seperti Tay Kak Sie 大觉寺 di Semarang misalnya, sering memakai dua orang buddhisatya yang ber-pakaian perang lengkap, yaitu Qie Lan 伽藍菩薩 dan Wei Tuo 偉陀菩薩 sebagai Malaikat Penjaga Pintu, seperti yang tampak garnbarnya di kelenteng tersebut.


Di antara keempat macam Malaikat Pintu yang dewasa ini sering dipasang gambarnya di rumah-rumah penduduk adalah Qin Shu Bao 秦叔寳dan Yu-chi Jing De 尉遲敬德 . Pemasangan gambar Malaikat Pintu ini kemudian tidak lagi terbatas pada pintu kuil saja, tapi sudah merupakan suatu keharusan untuk tiap bangunan, baik itu rumah maupun kantor. Hal ini dapat kita lihat sekarang di Taiwan, Hongkong dan Singapura bahkan di Jepang dan Korea.**
Dikutip dari Buku Dewa Dewi Kelenteng, hal 113 - 115.
READ MORE - KISAH DAN ASAL USULMen Shen 门神 - Men Kou Gong 门口公 Artikel 2 dari 3 Tulisan

KISAH dan ASAL USUL DEWA PINTU - Men Shen門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) Artikel 1 dari 3 Tulisan.

 
KISAH dan ASAL USUL DEWA PINTU - Men Shen門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) Artikel 1 dari 3 Tulisan.

Asal usul keberadaan 門神 Men Shen {Hok Kian = Mui Sin} Dewa Pintu sudah sangat lama. Hal ini membuktikan bahwa dari zaman dulu, rakyat sangat menaruh perhatian pada keamanan pintu.
Fungsi Dewa Pintu walaupun tidak bisa dibandingkan dengan sistem keamanan berteknologi canggih seperti zaman sekarang, namun peranan yang bisa dikembangkan yaitu memberikan rasa tenang dan tentram, bahkan tidak bisa diharapkan dari sistem keamanan. Biar bagaimanapun rakyat Tionghoa percaya bahwa
Dewa Pintu bisa mengusir hantu atau setan. Hal ini juga tidak dapat dilihat atau dihadapi bahkan oleh sistem keamanan dengan teknologi canggih sekalipun.

Dewa Pintu ada beberapa macam: ada 武將門神 Wu Jiang Men Shen (Dewa Pintu Militer), 文官門 神 Wen Guan Men Shen (Dewa Pintu Sipil), 祈福 門神 Qi Fu Men Shen (Dewa Pintu Memohon Rezeki), dan lain-lain.

Di berbagai tempat Dewa Pintu yang dihormati tidak sama. Selain Dewa Pintu 神荼 Shen Tu & 鬱壘 Yu Lei yang paling kuno dikenal orang, 秦叔寳 Qin Shu Bao {Hok Kian= Cin Siok Po} alias 秦瓊 Qin Qiong {Cin Kiong} & 尉遲恭 Yu Chi Gong {Ut Ti Kiong} alias 尉遲敬德 Yu Chi Jing De {Ut Ti Keng Tek} adalah Dewa Pintu yang pengaruhnya paling besar, & tersebar paling luas.

Qin Shu Bao {Cin Siok Po} & Yu Chi Gong {Ut Ti Kiong} adalah salah satu dari Dewa Pintu Militer.
Cin Siok Po & Ut Ti Kiong adalah 2 Jendral terkenal pada masa Dinasti Tang [618 – 907 M] yang membantu Kaisar 唐太宗 Tang Tai Zong {Tong Thai Cong} – 李世民 Li Shi Min {Li Se Bin} mendirikan Dinasti Tang {Tong}.

Bagaimana mereka berdua bisa menjadi Dewa Pintu ?
Berdasarkan buku 歷代神仙通鑒 Li Dai Shen Xian Tong Jian, pada masa-masa awal Kaisar Li Se Bin naik tahta, beliau sering kali merasa tidak enak badan, pada malam hari sering bermimpi bertemu dengan hantu/setan yang datang mengganggu. Mungkin hal ini disebabkan karena pada masa awal berjuang mendirikan kekuasaan negara, beliau telah membunuh banyak orang.

Dalam buku tersebut diceritakan : “Di luar pintu kamar tidur dilempar batu bata & genteng, setan & siluman berteriak-teriak, 36 bangunan istana, 72 pekarangan, tiada malam yang tenang”. Kaisar Tong Thai Cong diganggu sampai makan tak enak, tidur tak nyenyak. Setelah Jendral Cin Siok Po & Jendral Ut Ti Kiong
mengetahui peristiwa ini, lalu memohon untuk dapat menjaga keamanan dengan berdiri di kedua sisi pintu istana dengan memakai pakaian militer. Pada malam tersebut, benar-benar tidak terjadi apapun, tidak ada suara-suara dari roh-roh jahat yang mengganggu. Kaisar Tong Thai Cong merasa amat gembira. Namun kalau menyuruh mereka berdua berdiri sepanjang malam di depan pintu sampai langit terang (pagi hari), juga terlalu meletihkan (kasihan juga mereka berdua). Kaisar Tong Thai Cong lalu menitahkan ahli lukis untuk menggambar mereka berdua dalam ujud “Memakai baju besi & memegang tombak bersabit, nampak berwibawa dengan sorot mata yang tajam.” Setelah selesai, kedua gambar tersebut digantung di kedua daun pintu istana. Sejak itu, Kaisar Tong Thai Cong – Li Se Bin tidak diganggu lagi oleh roh-roh halus itu lagi.
Peristiwa ini tersebar luas di kalangan masyarakat. Oleh orang-orang pada generasi kemudian, Cin Siok Po & Ut Ti Kiong menjadi Dewa Pintu yang dihormati di rumah-rumah penduduk.

Khusus kelenteng yang bercorak Buddhisme, sering memakai gambar 2 orang Bodhisatva yang berpakaian perang lengkap, sebagai Dewa Pintu yaitu 伽藍菩薩 Qie Lan Pu Sa & 偉陀菩薩 Wei Tuo Pu Sa.
Pemasangan gambar Dewa Pintu ini, kemudian tidak terbatas hanya pada pintu kelenteng saja, tapi sudah umum terdapat di tiap bangunan, baik itu rumah penduduk maupun kantor-kantor.

Sekarang hal ini dapat kita lihat di Taiwan, Hongkong & Singapura, bahkan di Jepang & Korea. Di antara beberapa macam Dewa Pintu, dewasa ini yang sering dipasang gambarnya di rumah-rumah penduduk, adalah Cin Siok Po & Ut Ti Kiong. Cin Siok Po & Ut Ti Kiong ini pulalah yang gambarnya kita lihat sekarang pada daun pintu sebagian besar kelenteng yang ada.
READ MORE - KISAH dan ASAL USUL DEWA PINTU - Men Shen門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) Artikel 1 dari 3 Tulisan.

KISAH DAN ASAL USUL Sam Guan Da Di ( Sam Koan Tay Tee)

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
KISAH DAN ASAL USUL Sam Guan Da Di ( Sam Koan Tay Tee)
轉載天地水三官大帝聖紀 「三官大帝」全名「三元三品三官大帝」,俗稱三界公,為太極界之神。在玄黃 判分,天地肇定後,乃出而治理天、地、水三界。也 就是「上元一品賜福天官紫微大帝「中元二品赦罪地官清虛大帝」和「下元三品解厄水官洞陰大帝」的總稱,為道教太極界神明中僅次於「玉皇上帝」的 神祇。職司考校天人功過,眾生禍福。

San Guan Da Di 三官大帝 terdiri dari Tian Guan 天官 , Di Guan 地官dan Shui Guan 水官.
Sam Koan Tay Tee (三官大帝) juga disebut Sam Kay Gong 三界公atau Sam Goan Kong 三元公
sebagai Tri Murti Taois adalah sebagai wakil Tuhan Yang Maha Esa di dunia. Ia nampak dalam perwujudan sebagai Kaisar Tiga Dunia – Langit, Bumi dan Air:  Kaisar Giauw 堯帝(2275 – 2258 SM) -Tian Guan
(Thian Koan - Hokkian) memberikan Rahmat kepada umat manusia.Ia diperingati pada hari Siang Goan (masa awal) yaitu tanggal Cia Gwee 15 (tanggal 15 bulan 1 pada kalendar Imlek Tiongkok).


Kaisar Sun 舜帝(2225 – 2208 SM) - Di Guan (Tee Koan — Hokkian)memberikan pengampunan dosa
kepada roh-roh di akhirat, dan umat manusia di dunia. Ia diperingati pada hari Tiong Guan (masa pertengahan) yaitu tanggal Cit Gwee 15 (tanggal 15 bulan 7 pada kalendar Imlek Tiongkok).
Kaisar Ie 禹帝(2205 – 2197 SM) - Shui Guan (Cui Koan — Hokkian)menjaga kelestarian bumi dari bencana banjir dan bencana alam lainnya. Ia diperingati pada hari Hee Guan (masa akhir) yaitu tanggal Cap Gwee 15 (tanggal 15 bulan 10 pada kalendar Imlek Tiongkok).
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL Sam Guan Da Di ( Sam Koan Tay Tee)

Cerita Riwayat Guan Yu (Guan Gong) bagian 3 dari 5 Artikel

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Dalam rangka menceritakan upacara Cap Go Meh biasanya tidak terlepas untuk membahas tentang Tgl 13 bulan 1 Imlek, hari Guan Yu menerima gelar / mencapai kesucian menjadi Dewa Pelindung Dharma (Bodhisattva Sangharama)

Cerita Riwayat Guan Yu (Guan Gong) bagian 3 dari 5 Artikel

Guan Di atau secara umum disebut Guang Gong ( Kwan Kong – Hokkian ) yang berarti paduka Guan, adalah seorang panglima perang kenamaan yang dihidup pada zaman San Guo ( 221 – 269 Masehi ). 

Nama aslinya adalah Guan Yu alias Guan Yun Chan ( Kwan In Tiang – Hokkian ). Oleh kaisar Han ia diberi gelar Han Shou Ting Hou. Kwan Kong dipuja karena kejujuran dan kesetiaan. Dia adalah lambang atau tauladan kesatria sejati yang selalu menempati janji dan setia pada sumpahnya. 

Sebab itu Kwan Kong banyak dipuja dikalangan masyarakat, disamping kelenteng-kelenteng khusus. Gambarnya banyak dipasang dirumah pribadi, toko, bank, kantor polisi, pengadilan sampai ke markas organisasi mafia. Para anggota perkumpulan rahasia itu biasanya melakukan sumpah sejati dihadapan Kwan Kong.

Disamping dipuja sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran, Kwan Kong dipuja sebagai Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan. Julukan Dewa Perang sebagai umumnya dikenal dan dialamatkan kepada Kwan Kong, harus diartikan sebagai Dewa untuk menghindarkan peperangan dan segala akibatnya yang menyengsarakan rakyat, sesuai dengan watak Kwan Kong yang budiman. Kwan Kong adalah penduduk asli kabupaten Hedong (sekarang Jiezhou) di propinsi Shanxi.

Bentuk tubuhnya tinggi besar, berjenggot panjang dan berwajah merah. Tentang wajahnya yang berwarna merah ini adalah cerita tersendiri yang tidak terdapat dalam novel San Guo ( kisah tiga negeri). Suatu hari dalam pengembaraannya, Kwan Kong berjumpa dengan seorang tua yang sedang menangis sedih. 

Ternyata anak perempuan satu-satunya dengan siapa hidupnya bergantung, dirampas oleh wedana setempat untuk dijadikan gundik, Kwan Kong, yang berwatak budiman dan tidak suka sewenang-wenang semacam ini, naik darah. Dibunuhnya wedana yang jahat itu dan sang gadis dikembalikan kepada orang tuanya. Tetapi dengan perbuatan ini Kwan Kong sekarang menjadi buronan. Dalam pelariannya itu Ia sampai dicela DongGuan di propinsi Shanxi. 

Ia lalu membasuh mukanya di sebuah sendang kecill yang terdapat di pergunungan itu. Seketika rupanya berubah menjadi merah, sehingga tidak dapat dikenali lagi. Dengan mudah Ia menyelip diantara para petugas yang diperintahkan untuk menangkapnya tanpa diketahui.

Riwayat Kwan Kong selanjutnya dan sampai akhir hayatnya ditulis dengan sangat indah dalam novel San Guo yang terkenal itu. Dalam babak pertama dalam novel tersebut diceritakan bagaimana Kwan Kong dalam pengembaraannya berjumpa dengan Liu Bei dan Zhan Fei disebuah kedai arak. 

Dalam pembicaraan mereka ternyata cocok dan sehati, sehingga memutuskan untuk mengangkat saudara. Upacara pengangkatan saudara ini, dilaksanakan dirumah Zhan Fei dalam sebuah kebun buah Tao atau persik Liu Bei menjadi saudara tertua, Kwan Kong yang kedua dan Zhan Fei bontot. Bersama-sama mereka bersumpah sehidup semati dan berjuang untuk membela negara. 

Peristiwa ini terkenal dengan nama “ Tao-Yuan-Jie-Yi ” ( Tho Wan Kiat Gie – Hokkian ) atau “ Sumpah Persaudaraan Di kebun Persik ”, sangat dikagumi oleh orang dari zaman ke zaman dan dianggap sebagai lambang persaudaraan sejati. Lukisan tiga bersaudara ini sedang melaksanakan upacara sumpah ini banyak menjadi objek lukisan, pahatan, patung keramik yang sangat disukai orang hingga dewasa ini.

Selanjutnya diceritakan ketiga saudara angkat ini membentuk pasukan sukarela untuk memerangi kaum pemberontak Destar Kuning yang pada waktu itu sangat mengguncangkan sendi-sendi kerajaan Han yang telah rapuh. Dalam pertempuran itu mereka memperlihatkan kegagahan sebagai prajurit dan pimpinan militer yang cakap.

Kegagahan Kwan Kong menjadi perhatian orang pertama kali pada saat terjadi pertempuran di benteng Hu Luo Guan. Waktu itu Liu Bei bersama kedua adiknya bergabung dengan ke-18 Raja Muda yang membentuk pasukan gabungan untuk menumpas Dong Zhuo yang lalim. Dong Zhuo mengangkat diri menjadi perdana menteri dan dengan seenaknya sendiri makzulkan Kaisar, dan menggantikannya dengan Kaisar kecil yang menjadi bonekanya.

Di Hu Luo Guan terjadi pertempuran besar antara pasukan gabungan para raja muda melawan bala tentara Dong Zhuo yang dipimpin oleh seorang panglima yang gagah perkasa, Hua Xiong ( Hoa Hiong – Hokkian ).

Dalam beberapa kali pertempuran pasukan raja muda mengalami kerusakan besar dan beberapa panglimanya tewas ditangan Hua Xiong. Yuan Xiao dan Cao Cao yang menjadi pimpinan gerakan itu jadi gelisah. Tiba-tiba Kwan Kong menyanggupkan diri untuk maju ke medan perang menghadapi Hua Xiong. 

Semua orang memandang rendah kemampuannya, hanya Cao Cao yang melihat kehebatan terpendam yang ada pada diri Kwan Kong. Dengan secawan arak yang masih hangat Cao Cao mempersilakan Kwan Kong minum sebelum maju ke medan laga. Kwan Kong menolak, Ia minta agar arak itu ditunda setelah Ia pulang dengan membawa kepala Hua Xiong.
Di medan laga, hanya dengan beberapa gebrakan saja Hua Xiong jatuh dan tewas diujung senjata Kwan Kong. Dengan membawa kepala Hua Xiong, Kwan Kong pulang ke kubunya di sambut Cao Cao dengan arak yang masih hangat.

Sejak itu Cao Cao mulai tertarik kepada Kwan Kong. Hu Lou Guan masih sekali lagi menjadi saksi kehebatan Kwan Kong. Dengan gugurnya Hua Xiong, Dong Zhuo lalu mengangkat Lu Bu ( Lu Po – Hokkian ) sebagai komandan pasukannya. Lu Bu adalah seorang yang gagah perkasa yang jarang ada tandingannya di medan laga pada zaman itu. Dengan senjata tombak bercagak, Lu Bu mengobrak-abrik pasukan para raja muda tanpa ada yang mampu menghalanginya. 

Pada saat yang genting itu, Kwan Kong maju ke depan dan mencegat Lu Bu. Keduanya bertempur dengan seru tanpa ada yang kalah dan yang menang. Melihat saudaranya sulit mengalahkan lawan, Liu Bei dan Zhang Fei segera mengeprak kudanya untuk menggerubuti Lu Bu. Pertempuran antara ketiga saudara menggerubuti Lu Bu, banyak menjadi objek lukisan yang menarik. 

Akhirnya Lu Bu merasa tidak dapat memenangkan mereka, lalu ia memutar kudanya dan mengundurkan diri. Pertempuran yang bersejarah ini diperingati orang sebagai San Ying Zhan Lu Bu atau Tiga Pahlawan Menempur Lu Bu.

Kesetiaan Kwan Kong terhadap saudara angkat juga dikisahkan dalam novel sejarah ini. Dikisahkan setelah lolos dari usaha pembunuhan oleh suatu komplotan yang dipimpin oleh Dong Cheng ( Tang Sin – Hokkian ), Cao Cao makin menancapkan kuku kekuasaannya di ibukota, tanpa ada yang berani menantang. Sampai-sampai kaisarpun harus memperoleh izinnya terlebih dahulu apabila akan menemui seseorang. 

Cao Cao berusaha menyingkirkan Liu Bei, yang dianggap duri dalam daging. Liu Bei pada waktu itu ada di kota Xuzhou. Bala tentara dikerahkan untuk menggempur kota kedudukan Liu Bei. Bersama Zhang Fei, Liu Bei berusaha menahan serbuan dari pasukan Cao Cao yang tak seimbang jumlahnya. Liu Bei dan Zhang Fei melarikan diri dengan berpencar diikuti tentaranya yang cerai berai.

Setelah Xuzhuo jatuh, Cao Cao mengerahkan pasukannya menggempur Xiapei, tempat kedudukan Kwan Kong dan keluarga Liu Bei. Karena kalah jumlahnya, akhirnya Kwan Kong terkepung di sebuah bukit. Cao Cao yang telah mengagumi pribadi Kwan Kong, berusaha menarik Kwan Kong agar mau menakluk kepihaknya.

Menyadari resiko dan tanggung jawab akan keselamatan keluarga kakaknya, Kwan Kong memutuskan menyerah, tapi dengan syarat bahwa walaupun bekerja pada Cao Cao Ia tetap setia pada Liu Bei, kakaknya dan begitu tahu Liu Bei berada Ia akan segera pergi untuk bergabung dan meninggalkan Cao Cao. Mulanya Cao Cao ragu-ragu menerima syarat ini.
Tetapi ia beranggapan bahwa apabila ia memperlakukan Kwan Kong lebih baik daripada yang telah dilakukan Liu Bei, tentu Kwan Kong akan tetap memihak dia. Begitulah Kwan Kong menakluk pada Cao Cao. Cao Cao memperlakukannya secara istimewa dan penuh dengan penghormatan. Pernah suatu ketika di perjalanan kembali ke Kota Raja, Cao Cao sengaja hanya menyediakan satu kamar di tempat rombongan Kwan Kong. Tetapi Kwan Kong tetap teguh hati. 

Dibiarkannya tempat itu ditempati oleh dua orang istri Liu Bei, sedangkan Dia sendiri menjaga didepan pintu dengan golok terhunus sambil membaca kitab Chun Qiu ( kitab catatan hikayat zaman Chun Qiu yang ditulis oleh Nabi Kong Zi ).
Pose Kwan Kong membaca kitab Chun Qiu ini menjadi salah satu poin yang juga banyak disukai oleh pelukis dan pemahat pada zaman kemudian. Berulang kali Cao Cao berusaha merebut hatinya, tetapi selalu gagal. Suatu hari Cao Cao menghadiahkan jubah kebesaran kepada Kwan Kong ketika dilihatnya bajunya sudah tua dan lusuh.

Kwan Kong segera menanggalkan baju lamanya dan mengenakan baju baru pemberian Cao Cao. Tapi Kwan Kong mengenakan baju tuaNya kembali diluar baju baru Cao Cao. Ketika Cao Cao dengan heran bertanya, Ia menjawab “Baju Tua ini adalah pemberian kakak angkatKu Liu Bei, walaupun Aku kini mengenakan baju pemberian Paduka Perdana Menteri, tidak seyogyanya Aku melupakan budi kakak angkatKu”. 

Mendengar jawaban ini, kekaguman Cao Cao makin bertambah. Hadiah-hadiah berupa emas, perak tak terhitung banyaknya, tetapi Kwan Kong tidak pernah menyentuhnya. Barang-barang tersebut hanya ditumpuk dalam gudang. Puluhan wanita cantik yang dikirimkan kepadanya diserahkan untuk melayani kedua kakak iparnya, tanpa Ia merasa tertarik untuk memiliki.

Dia dapat menjaga budi pekerti dan kesusilaan sehingga lawan-lawannya segan dan kagum padanya.

Untuk mengambil hati Kwan Kong, Cao Cao menghadiahkan seekor kuda yang disebut Chi Tu ( Kelinci Merah ) kepadanya. Kuda ini adalah bekas tunggangan Lu Bu yang dapat berjalan 1.000 li dalam sehari. 


Seketika itu juga Kwan Kong berlutut untuk menghaturkan terima kasih kepada Cao Cao. Cao Cao dengan heran lalu bertanya “Aku telah menghadiahkan banyak barang kepada Jendral, tapi Jendral hanya menerima dengan biasa saja. Tapi kini demi seekor kuda, Jendral lutut dihadapanku, sungguh aneh”. Kwan Kong segera menjawab “ Barang lain walau bagaimana berharganya, Aku tidak memperdulikan, tapi dengan memiliki kuda ini, begitu Aku mendengar kabar dimana kakakKu, Liu Bei berada, Aku dapat dengan cepat pergi menemuinya ”.

Mendengar ini Cao Cao menyesal bukan main. Liu Bei yang melarikan diri dari Xuzhou akhirnya diterima oleh Yuan Xiao ( Wan Siauw – Hokkian ) penguasa wilayah Hebe. Atas saran Liu Bei, Yuan Xiao menggerakan tentaranya untuk menyerang Cao Cao. Pasukan Yuan Xiao ini dipimpin oleh panglimanya yang terkenal yaitu Yang Liang ( Gan Liang – hokkian ).
Para panglima Cao Cao tak dapat menahan serbuan Yang Liang, bahkan beberapa panglimanya tewas. Cao Cao gelisah melihat kegagahan panglima musuh ini. Kwan Kong minta izin untuk melawan Yang Liang, sekaligus untuk membalas budi Cao Cao. Yang Liang terbunuh hanya dengan sekali gebrakan saja, Wen Chou ( Bun Ciu – Hokkian ) juga salah satu panglima gagah yang diandalkan oleh Yuan Xiao, memimpin pasukannya untuk menuntut balas. 

Kembali pertempuran berkobar, dan beberapa panglima Cao Cao terbunuh diujung senjata Wen Chou. Kembali Kwang Kong maju ke medan perang dan berhasil menumbangkan pahlawan dari Hebei itu, tanpa mengetahui bahwa Liu Bei ada di pasukan musuh. Kemudian secara rahasia Liu Bei berhasil mengadakan kontak dengan Kwan Kong dan menjelaskan dimana dia berada sekarang.

Bergegas-gegas Kwan Kong bersiap untuk pergi bersama kedua iparnya dan beberapa pengiring. Sesuai dengan janjinya Ia akan pergi secara jantan, dengan berpamitan kepada Cao Cao. Cao Cao secara licik selalu menghindar agar Kwan Kong jangan sampai bertemu dengannya. Akhirnya Kwan Kong memutuskan untuk berangkat walau tanpa perkenaan Cao Cao, dengan meninggalkan barang-barang berharga termasuk para wanita cantik hadiah Cao Cao dan sepucuk surat perpisahan.

Dengan menunggang kuda, Kwan Kong temani beberapa penggiring, mengawal kedua kakak iparnya melewati kota-kota yang dijaga oleh para panglima Cao Cao. Karena mencegah lewatnya Kwan Kong, enam panglima yang menjaga lima kota tewas di tangannya. Begitulah akhirnya Kwan Kong dapat bergabung kembali dengan Liu Bei dan Zhang Fei, dan bersama-sama mereka merintis usaha untuk menegakkan negara Shu yang akan menjadi salah satu dari Tiga Negeri atau San Guo.

Berkat keuletannya dalam berjuang akhirnya Liu Bei berhasil mengundang seorang ahli militer dan politik kenamaan yaitu Zhuge Liang alias Kong Ming ( Cut Kat Liang alias Kong Bing – Hokkian ), untuk menjadi penasehatnya. Pada waktu itu Cao Cao mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menyapu daerah kekuasaan Liu Bei. Dalam beberapa kali pertempuran pasukan-pasukan Liu Bei terdesak. 

Atas saran Zhuge Ling. Liu Bei mengadakan perserikatan dengan Sun Quan ( Sun Kwan – Hokkian ) untuk melawan Cao Cao. Berkat usaha Zhuge Liang akhirnya pasukan gabungan Liu Bei dan Sun Quan berhasil menghancurkan armada perang Cao Cao mundur ke darat, disana pasukan-pasukan Liu Bei bersiap memberikan pukulan yang terakhir.
Pertempuran di Chibi ini betul-betul menghabiskan energi Cao Cao, sehingga sejak itu ia tak berani bergerak ke seleatan lagi. Dikisahkan dengan sisa-sisa pasukannya Cao Cao yang tidak seberapa jumlah mengundurkan diri ke utara. Seperti yang telah diperhitungkan oleh Zhuge Liang, Cao Cao telah melewati suatu celah strategis yang disebut Huarong.
Tugas menjaga jalur penting ini dipercayakan kepada Kwan Kong. Mulanya Zhuge Liang ragu apakah Kwan Kong akan dapat menangkap atau membunuh Cao Cao, sebab penasehat militer ulung ini sangat paham watak Jendral yang sangat mengutamakan budi ini. Bukankah Cao Cao pernah menanam budi pada Kwan Kong, pada waktu Kwan Kong berpihak kepada Cao Cao. Kwan Kong berkeras akan menjalankan tugasnya, bahkan sedia di hukum mati bila Dia sampai gagal.

Melihat tekadnya, Zhuge Liang akhirnya menerima dan memberinya tugas untuk menjaga jalur vital itu. Cao Cao sesuai dengan perhitungan, lewat Huarong. Kwan Kong segera menghadang dan akan membunuhnya. Cao Cao melihat Kwan Kong, segera turun dari kuda dan berlutut mohon dia dibiarkan lewat, sambil mengingatkan Kwan Kong betapa ia memperlakukannya pada waktu Kwan Kong menyerah kepadanya.
Melihat keadaan Cao Cao yang compang camping dan prajuritnya yang tinggal tak seberapa itu, Kwan Kong tergerak hatinya, bagaimanapun dulu Cao Cao pernah menanam budi kepadanya. Akhirnya Ia rela melepaskan musuhnya itu, sebagai balasan atas perlakuan baik pada dirinya pada masa lalu, dan dengan tegap kembali kehadapan Zhuge Liang untuk bersedia dihukum mati karena telah menelantarkan tugas utamanya.

Atas saran Liu Bei, Kwan Kong dibebaskan dari hukuman. Zhuge Liang sendiri juga menyadari bahwa memang Cao Cao belum saatnya tumpas. Perbuatan Kwan Kong ini sangat di kagumi oleh orang dari zaman ke zaman, sehingga Ia diangkat sebagai Dewa dan banyak dipuja dan dihormati. Sampai akhir hayatnya Kwan Kong tetap setia pada saudara-saudara angkatnya. 

Pada waktu itu Liu Bei sudah berhasil mendirikan kerajaan dengan nama Shu ( Siok – Hokkian ) yang merupakan kelanjutan kerajaan Han yang dirampas oleh Cao Cao, wilayahnya yang meliputi propinsi Sichuan sekarang dengan ibukota Chengdu. Cao Cao menguasai daerah lembah sungai Huang He ( Sungai Kuning ) dan mendirikan kerajaan Wei ( Gui – Hokkian ) dengan ibukota Luoyang. Sun Quan mendirikan kerajaan Wu ( Gui – Hokkian ) dengan ibukota Wuchang, kemudian dipindahkan ke Nanjing yang meliputi wilayah yang membentang dari tengah dan hilir sungai Yangzi.

Keadaan yang disebut Tiga Negeri sudah terbentuk. Kwan Kong menjaga kota strategis, Jingzhou berusaha meluaskan kekuasaannya dengan menyerbu ke utara. Dengan waktu singkat dapat disebut kota Fancheng dan memukul mundur pasukan Cao Cao yang dipimpin oleh Jendralnya yang bernama Cao Ren ( Co Jin – Hokkian ). Kemudian ketika bala tentara Cao Cao dengan jumlah besar datang memberikan bantuan, Kwan Kong berhasil menhancurkan mereka dengan menenggelamkan dalam banjir dan pimpinannya, Pang De ( Bank Tek – Hokkian ), dan Yu Jin tertawan.

Memahami situasi yang tak menguntungkan pihaknya, Cao Cao segera mengajak Sun Quan untuk berserikat. Sun Quan, yang telah lama menginginkan kota JingZhou, yang dikuasai Kwan Kong, kembali kedalam wilayah kekuasaannya, setuju dan mengerakan pasukan merebut JingZhou. Kwan Kong akhirnya berhasil di jebak dan di tawan, kemudian dihukum mati karena menolak untuk menakluk. Karena takut akan pembalasan Liu Bei, kepala Kwan Kong dikirimkan ke tempat Cao Cao.

Kwan Kong gugur pada tahun 219 Masehi dalam usia 60 tahun. Cao Cao yang telah lama kagum kepada Kwan Kong, memakamkan kepalanya, setelah disambung dengan tubuh dari kayu cendana, secara kebesaran. Kuburan Kwan Kong terletak di propinsi Henan kira-kira 7 km sebelah utara kota Louyang. Pemandangan di situ sangat indah, sedangkan bangunan kuburannya sangat megah seakan-akan sebuah bukit kecil dari kejauhan.

Sekeliling bangunan itu ditanami pohon Bai (Cypress) yang selalu hijau, melambangkan semangat Kwan Kong yang tidak pernah padam dan abadi dari jaman ke jaman. Pohon-pohon itu kini sudah menghutan dan ratusan tahun umurnya, seban itu tempat tersebut dinamakan Guan Lin atau Hutan Guang Gong. Batu nisannya adalah hadiah dari kaisar dinasti Qing, dimana makan itu dipudar kembali.Berdekatan dengan Guan Lin, terdapat sebuat kelenteng peringatan untuk mengenang Kwan Kong, yang dibangun pada jaman dinasti Ming.

Kelenteng itu merupakan hasil seni bangunan dan seni ukir yang bermutu tinggi, sehingga merupakan objek wisata yang selalu dikunjungi para wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri. Kelenteng peringatan Kwan Kong yang tersebar diseluruh Tiongkok terdapat di Jiezhou, propinsi Shanxi. Jiezhou, yang pada jaman San Guo disebut Hedong, adalah kampung halaman Kwan Kong. Kelenteng itu memiliki keindahan bangunan dan arsitektur yang sangat mengagumkan dan merupakan salah satu objek wisata terkemuka di Shanxi.
Sebagai dewata, Kwan Kong dipuja umat Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme, Kaum Taoist memujanya sebagai Dewata pelindung dari malapetaka peperangan, sedangkan kaum Konfusianisme menghormati sebagai Dewa Kesusasteraan dan kaum buddhis memujanya sebagai Hu Fa Qie Lan atau Qie Lan Pelindung Dharma.

Menurut kaum Buddist, setelah Kwan Kong meninggal arwahnya muncul dihadapan rahib Pu Jing di kuil Yu Quan Si di gunung Yu Quan Shan, propinsi Hubei, Rahib Pu Jing pernah menolong Kwan Kong yang akan dicelakai seorang panglima Cao Cao, dalam perjalanan bergabung dengan Liu Bei. Setelah itu karena takut pembalasan Cao Cao si rahib menyingkir ke gunung Yu Quan Shan dan mendirikan Kuil Yu Quan Si. Liu Bei yang sangat berterima kasih akan budi Ragib Pu Jing kepada adik angkatnya itu, lalu memberikan dana yang cukup besar untuk membangun kelenteng Yu Quan SI sebagai balas budi.

Setelah meninggal roh Kwan Kong kemudian pergi menemui Rahib Pu Jing yang ketika itu sedang bersemedi, Kwan Kong menampakkan diri di hadapan Rahib itu, tempat penampakan roh Kwan Kong itu kemudian ditandai oleh sebatang pilar yang bertuliskan “Disini tempat Guan Yun Chang dari dinasti Han menampakkan diri”. Pilar batu itu adalah hadiah dari kaisar Wan Li jaman Dinasti Ming dan masih bisa dilihat sampai sekarang.Kepada Rahib Pu jing, roh Kwan Kong minta pelajaran Dharma. Sejak itu Kwan Kong menjadi pengikut Buddist dan berikrar menjadi pengawal agama Buddha dan ajarannya.

Telah lebih 1000 tahun sejak itu Kwan Kong dipuja sebagai Boddistsatwa Pelindung Buddhadharma.Penghormatan terhadap Kwan Kong sebagai orang ksatria yang teguh terhadap sumpahnya, tidak goyah akan harta kekuasaan dan kedudukan dan setia terhadap saudara-saudara angkatnya, menyebabkab ia memperoleh penghormatan yang tinggi oleh kaisar - kaisar pada jaman berikutnya.

Kwan Kong memperoleh gelar yang tidak tangung-tanggung Ia dsebut ” Di ” yang berarti ” Maha Dewa ” atau ” Maha Raja “. Sejak itu Ia disebut Guan Di atau Guan Di Ye ( Koan Te Ya - Hokkian ) yang berarti Paduka Maha Raja Guan, sebutan Kedewaan yang sejajar dengan Xuan Tian Shang Di. Tercatat disini beberapa gelar kehormatan untuk Kwan Kong yang dianugrahkan oleh kaisar - kaisar dari berbagai dinasti :
1. Pada tahun 1120 kaisar Wei Zong dari dinasti Song memberi gelar kehormatan sebagai ” Zhong - Yi - Hou atau Raja Muda Nan Setia dan Berbudi “. Delapan tahun kemudian sejak itu, kaisar Gao Zong menanbah dengan sebutan Xie Tian Shang Di atau Maha Raja Agung dan Penentram Langit ( Hiap Thian Siang Te - Kokkian ).
2. Kaisar Wei Zong dari Dinasti Yuan ( Mongol ) pada tahun 1330, menghormatinya dengan tambahan gelar ” Wen Heng Di Jung atau Maha Raja Kesusastraan Yang Abadi “.
3. Kemudian pada tahun 1594 kaisar Wan Li dari dinasti Ming memberi gelar ” Zhong-Yi Da Di yang berarti Maha Raja Agung Yang Berbudi Dan Setia”. Pada jaman ini lebih banyak lagi kelenteng untuknya didirikan sedangkan yang telah ada dipugar diseluruh negeri agar masyarakat luas dapat lebih leluasa menghormatinya.
4. Tahun 1813 kaisar Jia Qing dari dinasti Qing ( Manzhu ) melengkapi gelar untuk Kwan Kong dengan menyebutkan ” Wu Sheng Guan Gong atau Guan Gong Orang Bijak Kemiliteran “.
5. Pada tahun 1813, konon Kwan Kong menampakkan diri membantu pasukan kerajaan dalam pertempuran dengan pasukan pemberontakan. Sejak itu kaisar Xian Feng mengangkat sebagai Dewata Pelindung Kerajaan dan menambah sebutan Fu-Zi yang berarti Nabi, setara dengan nabi besar Kong Fu-Zi ( Kong Hu cu - Hokkian ) dalam upacara kehormatan. 

Kwan Kong ditampilkan dengan berpakaian perang 1 lengkap, kadang - kadang membaca buku dengan putra angkatnya Guan Ping ( Koan Ping - Hokkian ) yang memegang cap kebesaran dan Zhou Chang pengawalnya yang setia, bertampang hitam brewokan, memegang golok Naga Hijau Mengejar Rembulan, senjata andalan tuannya. 

Guan Ping memperoleh gelar Ling Hou Thi Zi ( Leng Houw Thay Cu - Hokkian ), hari kelahirannya diperingati tanggal 13 bulan 5 imlek, sedangkan Zhou Chang ( Ciu Jong - Hokkian ) atau Jendral Zhou, diperingati hari kelahirannya pada tanggal 20 bulan 10 imlek. Dalam pemujaan dikalangan buddhis, kwan Kong dipuja sendirian tanpa penggiring. Sering juga ditampilkan sebagai Qie Lan Pu Sa ( Ka Lam Po Sat -Hokkian ) atau Boddhisatwa Pelindung, bersama-sama Wei Tuo.

Hari ulang Tahun Kwan Kong jatuh pada tanggal 13 bulan 2 dan tanggal 13 bulan 5 imlek di Singapura dan Malaysia. Sedangkan Di Hong Kong, Taiwan dan daratan Tiongkok memperingati kelahirannya pada tanggal 24 bulan 6 imlek, tanggal 13 bulan 1 imlek sebagai hari kenaikannya.Seiring dengan mengalirnya para imigran Tionghoa keluar Tiongkok, pemujaan Kwan Kong tersebar ke negara-negara yang menjadi tempat tinggal para perantau itu.

Di Malaysia, Singapura dan Indonesia banyak sekali kelenteng yang memuja Kwan Kong. Di Indonesia kelenteng yang khusus memuja Kwan Kong, dan terbesar dengan wilayah seluas kira-kira 4 Ha adalah kelenteng Guan Sheng Miao ( Kwan Sin Bio ) di Tuban, Jawa Timur. Ditempat Pemujaan Kwan Kong biasanya ikut dipuja juga seorang tukang kuda yang dipanggil Ma She Ye atau Tuan Ma. Ia bertugas merawat kuda tunggangan Kwan Kong yang disebut Chi-Tu-Ma ( Cek Thou Ma - Hokkian ) atau Kelinci Merah, yang dalam sehari bisa menempuh jarak 500 Km tanpa merasa lelah.

Hari lahir Ma She Ye ini diperingati pada tanggal 13 bulan 4 Imlek. Dibeberapa kelenteng di wilayah Taiwan bersama-sama Kwan Kong dipuja Zhang Fei, Sang Adik Angkat, Liu Bei Sang Kakak, dan Zhao Zi Long ( Thio Cu Liong - Hokkian ). Zhao Zi Long atau Zhao Yun ( Thio In - Hokkian ) adalah panglima perang yang terkenal berani yang membantu Liu Bei menegakkan negaranya. 

Jasa Zhao Yun yang terutama adalah bahwa ia pernah menyelamatkan putra Liu Bei dari tangan musuh-musuhnya. Pada waktu itu Liu Bei sedang menghadapi situasi kritis, serbuan pasukan Cao Cao memaksanya mengundurkan diri untuk membangun pertahanan yang aman.Zhao yun pada waktu itu bertugas mengawal keluarga Liu Bei. Dalam keadaan kacau balau akibat serbuan pasukan Cao Cao, Zhao Yun kehilangan istri Liu Bei bersama putranya. Ia lalu membalikkan kudanya dan menerjang kembali barisan musuh untuk mencari istri junjungannya itu.

Para panglima Cao Cao menyerbunya. Seorang diri Zhao Yun menerjang, siapa yang menghalangi tewas kena tebasan pedang dan tombaknya. Berpuluh-puluh pahlawan Cao Cao tewas ditangannya. Akhirnya istri Liu Bei yaitu Nyonya Mi, ditemukan berlindung di sebuah rumah yang sudah runtuh di dekat sebuah sumur dengan putra dipelukannya. 

Zhao Yun meminta Sang Nyonya menaiki kudanya, ia mengawalnya sambil berjalan menerobos kepungan musuh yang berlapis-lapis. Tapi Sang Nyonya yang memahami kesulitan pahlawan ini menolak. Setelah menyerahkan putranya agar diselamatkan oleh Zhao Yun, ia lalu menerjunkan diri kedalam sumur. Seorang diri Zhao Yun kembali menerjang kepungan musuh, sampai akhirnya berhasil lolos dan menyerahkan sang bayi kepada Liu Bei yang menunggu dengan cemas. 

Kepahlawanan Zhao Yun ini dilukiskan dengan sangat menawan dalam novel San Guo. Zhao Yun atau Zhao Zi Long secara umum disebut Zi Long Ye atau Paduka Zi Long. Hari lahirnya diperingati pada tanggal 16 bulan 2 imlek.

Zhang Fei diperingati kelahirannya pada tanggal 13 bulan 8 imlek. Sebuah kuil peringatan untuk Zhang Fei terdapat di kaki gunung Fei - feng Shan, di tepi sungai Yang Zi diluar kota Yunyang, propinsi Sichuan, yang dibangun lebih dari 1700 tahun yang lalu, pada akhir kerajaan Shu. 

Liu Bei diperingati pada tanggal 24 bulan 4 imlek. Pemujaan secara bersama-sama Liu Bei, Kwan Kong dan Zhang Fei juga sering terdapat untuk mengenang sumpah persaudaraan mereka yang abadi dan di kagumi orang dari jaman ke jaman.
READ MORE - Cerita Riwayat Guan Yu (Guan Gong) bagian 3 dari 5 Artikel

HARI KEBESARAN GUANG SHENG DI JUN (Bln 1 tgl 13 Imlek, 2568 IMLEK) KIsah 2 dari 5 Artikel

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
HARI KEBESARAN GUANG SHENG DI JUN (Bln 1 tgl 13 Imlek, 2568 IMLEK) KIsah 2 dari 5 Artikel

Guang Sheng Di Jun (baca: Kuan Sheng Ti Cuin) biasa dipanggil Guan Yu (baca: Kuan Yu). Beliau adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Memiliki gelar-gelar yang berbeda di setiap dinasti seperti Guan Di Ye (baca: Kuan Ti Ye), Wu Sheng Di Jun (baca: Wu Sheng Ti Cuin), Fu Mo Da Di (baca: Fu Mo Ta Ti) atau Bodhisattva Penakluk Iblis dan lain sebagainya.

Pemuja dewa Kwan Kong sangat luas baik dari kalangan umat ajaran Taoisme, Kungfusius maupun Buddhisme. Guan Sheng Di Jun {Hok Kian = Kwan Seng Tek Kun} atau yang lebih dikenal sebagai Guan Gong {Kwan Kong} terutama bagi orang Tiong Hoa suku Hokkian. Rakyat pada umumnya memujanya bersama 4 Dewata pendidikan lainnya sebagai Lima Dewata Pendidikan (Wu Wen Chang), Dewata Sipil dan Militer (Wen Wu Shuang Shen) dan salah satu dari Dewata Kekayaan (Cai Shen / Cay Sin). Bersama anak angkatnya Guan Ping (baca: Kuan Phing) dan pengawal setianya Zhou Cang (baca: Cou Chang), bertiga banyak dipuja baik di vihara, kelenteng maupun di rumah-rumah.

Nama asli Guan Yu adalah Shou Chang kemudian berganti nama menjadi Yun Chang, dilahirkan di kabupaten Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi), ia memiliki nama lengkap Guan Yunchang. Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia memiliki ilmu bela diri yang hebat juga beredukatif. Di saat usia 16 tahun, tepatnya di Taman Bunga Persik (Tao Yuan), ia bersumpah setia mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik terkecil).

Di penghujung dinasti Han Ling Di (baca: Han Ling Tik), pemberontakan Serban Kuning berkobar di mana-mana. Di saat pemerintahan kaisar Xian (baca: Shien),Yuan Shao, Dong Zhuo (baca: Tong Cuo) dan Cao Cao (baca: Chau Chau) masing-masing memaklumatkan diri sebagai kaisar dan mengklaim legitimasi sebagai kekaisaran yang mewarisi Dinasti Han. Guan Yu bertempur bersama Liu Bei dan Zhang Fei dalam menumpas Pemberontakan Serban Kuning dan berjuang membela negara serta mengembalikan ketentraman bangsa Tiongkok yang sedang bergejolak. Meski ditawari wanita dan harta bergelimangan, Guan Yu tetap setia melindungi istri Liu Bei yang ditawan bersamanya oleh Cao Cao.

Tahun 216, Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer Sun Quan (baca: Shun Chuen) di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219. Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Beliau tutup usia pada usia 68 tahun. Kesetiaan dan Pri Kebenaran Guan Yu sungguh terpuji, beliau mempertahankan kepribadian luhur Gang Zheng : Ksatria, adil, jujur, teguh, berintegritas, dan gagah berani, akhirnya mencapai kesempurnaan sebagai Maha Bodhisattva Satyakalama. 

Guan Yu dikenal pintar mengelola keuangan bahkan menulis buku Ri Qing Bu (baca: Re Ching Pu), sebuah buku yang hingga kini masih digunakan oleh kalangan pengusaha untuk mencatat dengan jelas semua hutang dan piutang. Di tambah dengan para pengusaha harus berdagang berpegang kepada kejujuran dan kepercayaan sehingga beliau semakin dipuja sebagai dewa kekayaan.

Sejalan dengan perkembangan zaman, setelah melewati masa yang panjang ( lebih kurang 1700 tahun ), pemujaan terhadap dewa Kwan Kong menjadi bervariasi :
1. Bagi kalangan yang belajar ilmu bela diri memuja beliau sebagai Dewata Militer (Wu Sheng).
2. Para pelajar menempatmuliakan dewa Kwan Kong sebagai 5 Dewata Pendidikan (Wu Wen Chang).
3. Para pengusaha memuliakan beliau sebagai Dewa Harta/Rezeki.
4. Sementara bagi kalangan buddhisme, dewa Kwan Kong dipuja sebagai Bodhisattva Pelindung Dhamma.

Gambar dan arcanya populer dengan wujud duduk membaca Kitab Hikayat Zaman Chun Chiu ( salah satu dari 5 kitab klasik ) Kebanyakan dipuja oleh kalangan pengusaha sebagai dewa rezeki, sementara kepolisian ataupun orang yang belajar silat akan menempat-muliakan dewa Kwan Kong dengan wujud panglima perang yang menyandang golok naga.
Konon, setiap kali aktor yang akan berlakon menjadi dewa Kwan Kong dalam film, seminggu sebelumnya harus membersihkan diri dan tidak boleh berhubungan dengan wanita serta menempat-muliakan dewa Kwan Kong di belakang panggung.
READ MORE - HARI KEBESARAN GUANG SHENG DI JUN (Bln 1 tgl 13 Imlek, 2568 IMLEK) KIsah 2 dari 5 Artikel

KISAH DAN ASAL USUL GUAN DI - Koan Kong - 關聖帝君 bagian 1 dari 5 Tulisan

 
KISAH DAN ASAL USUL GUAN DI - Koan Kong - 關聖帝君 bagian 1 dari 5 Tulisan

Guan Di (Koan Te - Hokkian) atau secara umum di sebut Guan Gong (Koan Kong - Hokkian) yang berarti Paduka Guan, adalah seorang panglima perang kenamaan yang hidup pada jaman San Guo (221 - 269 M ).

Nama aslinya adalah Guan Yu (Koan Ie - Hokkian) alias Guan Yun Chan (Koan In Tiang - Hokkian). Oleh kaisar Han, ia diberi gelar Han Shou Ting Hou (Han Siu Teng Houw - Hokkian).

Guan Di dipuja karena kejujuran dan kesetiaannya. Dia adalah lambang atau tauladan kesatria sejati yang selalu menempati janji dan setia pada sumpahnya.

Sebab itu Guan Di banyak dipuja dikalangan masyarakat, disamping kelenteng-kelenteng khusus. Gambar - gambarnya banyak dipasang dirumah - rumah pribadi, toko, Bank, kantor polisi, pengadilan sampai ke markas organisasi mafia. Para anggota perkumpulan rahasia itu biasanya melakukan sumpah setia dihadapan altar Guan Di.

Disamping dipuja sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran, Guan Di dipuja sebagai Dewa pelindung perdagangan, Dewa pelindung kesusasteraan dan Dewa pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan.

Julukan Dewa Perang sebagai umumnya dikenal dan dialamatkan kepada Guan Di, harus diartikan sebagai dewa untuk menghindarkan peperangan dan segala akibatnya yang menyengsarakan rakyat, sesuai dengan watak

Guan Yu yang budiman. Guan Yu adalah penduduk asli kabupaten Hedong (sekarang Jiezhou) di propinsi Shanxi. Bentuk tubuhnya tinggi besar, beijenggot panjang dan berwajah merah. Tentang wajahnya yang berwama merah ini ada cerita tersendiri yang tidak terdapat dalam novel San Guo (Kisah Tiga Negeri).
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL GUAN DI - Koan Kong - 關聖帝君 bagian 1 dari 5 Tulisan
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.