ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 3 - AKHIR)

ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 3 - AKHIR)
SUTRA MAHA CUNDI DHARANI
Suatu saat, Yang Terberkati, Sakyamuni Buddha sedang berdiam di dekat Shravasti, pada taman Anathapindada di hutan Jeta. Pada saat itu Sang Tathagata merenungkan dan mengamati para makhluk hidup di masa mendatang. Dengan perasaan yang penuh welas asih kepada mereka, Sang Tathagata memutuskan untuk menjelaskan secara terperinci Cundi Dharani, hati ibu dari tujuh koti para Buddha. Lalu Sakyamuni Buddha menyatakan mantra:
NAMO SAPTANAM SAMYAKSAMBUDDHA KOTINAM TADYATHA: OM, CALE, CULE, CUNDI SVAHA.
Bila ada bhiksu, bhiksuni, upasaka, atau upasika menjunjung tinggi dan menjapa dharani ini 800,000 kali, semua pelanggaran karma mematikan yang dibuat sejak masa tak berawal dapat dilenyapkan. Individu tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan semua Buddha dan Bodhisattva dimanapun ia lahir, dan akan terberkati dengan sekumpulan karma baik sesuai dengan yang diinginkannya. Dia juga akan mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan lingkaran tumimbal lahir dalam setiap kehidupannya, menegakkan ajaran dan sumpah para Bodhisattva.
Individu tersebut akan selalu lahir pada alam manusia dan alam dewa, serta terhindar dari berjumpa dengan kelahiran di jalan kejahatan, dan selalu dilindungi oleh makhluk surgawi. Bila terdapat umat awam menjunjung tinggi dan menjapa dharani atau mantra ini , maka rumah tangganya akan selalu terhindar dari penderitaan dan malapetaka, serta penyakit. Semua yang dilakukan oleh orang tersebut akan selalu menguntungkan. Kata-katanya akan dipercaya dan diterima oleh orang lain.
Bila seseorang selesai menjapa mantra tersebut 200,000 kali, dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha, Bodhisattva, PratyekaBuddha, dan Sravaka, serta melihat zat berwarna hitam keluar dari mulutnya.
Sebaiknya seseorang dengan pelanggaran karma berat, ketika sedang membaca mantra tersebut 200,000 kali dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha dan Bodhisatva dan dalam mimpinya akan mengeluarkan zat berwarna hitam.
Bila seseorang telah melakukan salah satu dari lima pelanggaran sila yang mematikan (Panca Garukha Karma) , dan tidak mendapatkan mimpi yang luar biasa ini, disarankan untuk membaca mantra ini 700,000 kali. Setelah itu, orang tersebut akan mendapatkan mimpi yang luar biasa dan pertanda. Ketika seseorang bermimpi suatu pasta berwarna putih seperti lem kanji yang tebal, maka hal itu mengindikasikan bahwa dia telah mendapatkan pemurnian karma.
Sekarang saya akan membabarkan apa saja kegunaan maha - dharani ini. Seseorang sebaiknya berdiri didepan patung Buddha atau diatas tanah bersih didepan stupa. Tuangkan Gomaya (=kotoran sapi, di India dianggap sebagai bersih dan murni) diatas tanah dan buatlah altar mandala berbentuk kotak. Hiasi mandala tersebut dengan bunga, dupa, kanopi, makanan, lampu, dan lilin. Sesuaikan dengan ukuran mandala. Lakukan persembahan ini sesuai dengan kapasitas seseorang. Lalu japa mantra dan semprotkan parfum ke empat penjuru, serta atas dan bawah, untuk membuat proteksi spiritual. Letakkan sebotol parfum pada tiap-tiap sudut dan pada pusat altar mandala. Praktisi harus memasuki mandala dengan berlutut dan menghadap ke timur. Japa mantra 1080 kali dan botol parfum akan berputar dengan sendirinya. Peganglah berbagai macam bunga dengan kedua tangan, dengan posisi saling menyilang. Orang tersebut akan melihat penampakan para Buddha dan Bodhisattva. Japa lagi mantra tersebut 108 kali dalam bunga-bunga dan lemparkan ke udara sebagai sebuah persembahan (kepada para Buddha). Tanyakan semua jenis pertanyaan, dan pertanyaan tersebut akan terjawab.
Bila seseorang harus mengidap suatu penyakit karena berhadapan dengan makhluk gaib, japa mantra tersebut ke dalam rumput cogon dan sapukan rumput cogon tersebut ke pasien. Pasien tersebut seharusnya akan sembuh.
Bila seorang anak kecil kesurupan hantu, ambilah benang lima warna, dan suruhlah seorang gadis muda untuk memintal benang tersebut menjadi sebuah benang. Ambillah benang lima warna tersebut dan ikatkan simpul, sambil japakan mantra, sampai sebanyak 21 simpul. Ikatkan benang dengan 21 simpul tersebut ke leher anak kecil tersebut. Japakan mantra sebanyak 7 kali ke dalam segenggam biji mustard dan lemparkan biji mustard ke wajah anak kecil tersebut. Anak tersebut akan sembuh dari kesurupan.
Aplikasi lain dari mantra dan termasuk metodenya:
1.Untuk orang yang kesurupan hantu, pada saat orang tersebut hadir, gambarkan ciri-ciri tubuh dari orang tersebut pada selembar kertas. Japa mantra ini pada batang dahan willow dan pukulkan gambar tersebut pada orang sakit dengan batang dahan willow. Ini akan menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Bila pasien berada pada tempat yang jauh, japa mantra ini ke batang dahan willow tujuh kali, dan kirimkan orang lain dengan batang tersebut. Suruh orang tersebut menggambar ilustrasi pasien dan pukulkan gambar tersebut kepada pasien dengan batang. Ini akan menyembuhkan pasien dari sakitnya.
2.Bila seseorang menjapa mantra ini ketika sedang dalam perjalanan, dia tidak akan perlu takut berjumpa dengan pencuri, perampok, dan binatang buas.
3.Bila seseorang secara konstan membaca mantra ini, dia akan memenangkan segala macam percekcokan. Bila seseorang menyeberangi lautan, japalah mantra ini dan dia tidak akan bertemu dengan gangguan yang disebabkan makhluk-makluk jahat yang ada di lautan.
4.Bila seseorang dikurung dan tangannya diikiat, japalah mantra ini, dan dia akan dibebaskan.
5.Bila terdapat sebuah negara yang menderita karena banjir, kelaparan, atau wabah penyakit menular.Siapkan krim susu, biji wijen, dan beras mengkilat yang tidak lengket. Gunakan tiga jari, ambil masing-masing seporsi dari bahan tersebut untuk menyiapkan adonan. Japa mantra tersebut ke dalam adonan, dan lemparkan ke dalam api. Lakukan hal ini terus-menerus selama 12 jam, selama 7 hari dan semua malapetaka akan dilenyapkan.
6.Buatlah sebuah mandala stupa diatas pasir dipinggiran sungai sambil japakan mantra. Lakukan ini sebanyak 600,000 kali. Seseorang akan melihat Bodhisatva Kuan Yin atau Tara. Atau mungkin dia akan melihat Vajrapani. Apa yang anda doakan pada saat ini akan terpenuhi. Seseorang akan mendapatkan pengobatan spiritual atau mendapatkan prediksi pencapaian keBuddhaan.
7.Bila anda mengitari gambar pohon bodhi searah jarum jam dan menjapa mantra ini sampai 10 juta kali, anda akan menyaksikan seorang Bodhisatva membabarkan dharma kepadamu dan diijinkan untuk mengikuti bodhisatva tersebut.
8.Bila anda melakukan persembahan makanan dan sering menjapa mantra ini, anda akan terbebaskan dari berbagai manusia jahat atau anjing liar. Bila anda pada awalnya menyelesaikan mantra ini di depan pagoda, atau patung Buddha, atau stupa dan sesudah itu melakukan persembahan yang sangat besar pada tanggal 15 suklapaksa (Yang Terang, tengah bulan pertama dalam satu bulan), japa mantra selama satu hari sambil berpuasa makanan, anda akan bertemu dengan Vajrapani dan mendapat undangan untuk pergi ke istananya.
9.Bila anda berdiri didepan sebuah stupa menegakkan tanda dimana roda dharma pertama diputar, atau stupa didirikan dimana Buddha lahir, atau stupa didirikan dimana penerus Buddha langkah berharga dari Surga Triyamsa, atau semua stupa yang berisikan relik, mengitari stupa tersebut searah jarum jam dan menjapa mantra ini. Anda akan melihat Bodhisattva Aparajita dan Bodhisattva Hariti. Keinginanmu akan terpenuhi. Bila anda memerlukan pengobatan secara spiritual, maka hal itu akan diberikan kepadamu, dan anda juga akan mendapatkan ceramah pada jalan Bodhisattva.
10. Bila ada seseorang yang menjapa mantra ini tidak berada pada tempat yang suci, maka ia akan menerima sebuah kunjungan dari semua bodhisatvva, tanpa menghiraukan dimana dia berada. Maha Cundi dharani ini adalah mantra yang penuh kilauan, dan dijelaskan secara terperinci oleh para Buddha di masa lampau, dan akan dijelaskan oleh para Buddha pada masa mendatang. Kenyataannya, para Buddha pada saat ini menjelaskan mantra ini, seperti yang kulakukan hari ini. Hal ini perlu dilakukan untuk menguntungkan setiap makhluk sehingga mereka mencapai penerangan sempurna. Bila ada suatu makhluk yang kurang pahala dan memiliki akar karma baik sedikit, dan tidak memiliki kapasitas natural dan faktor pedukung yang cukup untuk pencerahan akan sangat beruntung menerima dharani ini. Dia akan melaju dengan cepat mencapai penerangan sempurna (Anuttara-Samyak-Sambodhi). Bila seseorang secara konstan ingat untuk menjapa mantra ini, akar-akar karma baik tak terbatas akan matang menuju ke pencapaian.
Ketika Buddha membabarkan Cundi Dharani , makhluk hidup yang tak terbatas jumlahnya terangkat dari kekotoran batin, dan menerima karma baik dari Maha Cundi Dharani, Mantra Maha Terang dan menyaksikan kehadiran para Buddha, Bodhisattva dan makhluk-makhluk suci dari sepuluh penjuru, sebelum mereka bernamaskara dan meninggalkan pertemuan.
READ MORE - ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 3 - AKHIR)

ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 2)

ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 2)
Bodhisattva Cundi adalah Bodhisattva dengan tingkatan spiritual yang sangat tinggi. Dia dikatakan sebagai manifestasi dari Tathagata ketika memasuki Samadhi Gaib Transformasi Kekosongan dan Lautan. Cundi disebut juga sebagai Cundi Kwan Im. Kata Cundi berarti kemurnian tertinggi. Menjadi ibu dari semua dewata tingkat Teratai, dia disebut juga sebagai Ibu Buddha, Ibu dari 7 koti Buddha dan Bodhisattva. Cundi memiliki delapan belas tangan dan tiga mata. Dia memiliki kekuatan yang sangat dashyat, dan julukan Tantra nya adalah Vajra Penuh Kemenangan atau Vajra Penundukan. Cundi didampingi oleh dua raja naga yang berdiri disamping singgasana teratainya. Dua raja naga tersebut adalah Nanda dan Upananda.
Simbol dan arti dari delapan belas lengan Cundi:
1.Dua tangan membentuk Mudra Akar Penguraian Dharma, melambangkan kelancaran pembabaran semua Dharma.
2.Tangan memegang bendera berharga yang menakjubkan, melambangkan kemampuan untuk mendirikan vihara yang bagus sekali.
3.Tangan membentuk Mudra Tanpa Gentar, melambangkan kemampuan untuk melepaskan makhluk hidup dari semua teror dan ketakutan.
4.Tangan memegang bunga teratai, melambangkan kemurnian dari enam organ yang tanpa noda, semurni bunga teratai.
5.Tangan memegang pedang kebijaksanaan, melambangkan pemutusan keterikatan penderitaan dan tiga racun serakah, kemarahan, dan kebodohan.
6.Tangan memegang vas kekuasaan, melambangkan aliran nektar untuk memelihara semua makhluk hidup sehingga mereka dapat menerima abhiseka para Buddha
7.Tangan memegang hiasan kepala bertahta permata yang sangat indah, melambangkan keinginan yang dihubungkan dengan seni dharma yang indah.
8.Tangan memegang vajra jerat (=lasso), melambangkan kemampuan untuk menarik semua kedalam tantra yoga
9.Tangan memegang buah surgawi, melambangkan buah pencapaian penerangan sempurna, dan pelatihan karma baik yang sangat luas
10.Tangan memegang dharma chakra, melambangkan pemutaran roda dharma yang konstan, memancarkan sinar terang benderang kepada tiga alam samsara.
11.Tangan memegang kampak perang, melambangkan kemampuan untuk melenyapkan semua latihan sesat dan keterikatan kuat kepada diri sendiri dan makhluk lain.
12.Tangan memegang kulit kerang besar, melambangkan penguraian dharma yang murni menggetarkan alam semesta.
13.Tangan memegang vajra kait, melambangkan kemampuan untuk menarik semua fenomena didalam penglihatan seseorang.
14.Tangan memegang vas pengabul keinginan melambangkan fungsi manifestasi semua harta dan kitab suci dalam sekehendak hati.
15.Tangan memegang vajra melambangkan pemusatan dukungan yang diberikan oleh delapan kelas makhluk surgawi dan naga. Hal ini juga merlambangkan penundukan makhluk yang keras kepala.
16.Tangan memegang sutra kebijaksanaan melambangkan kesadaran diri sendiri dan pengetahuan kebenaran yang sangat dalam dan menakjubkan tanpa bimbingan dari seorang guru.
17.Tangan memegang sebuah mani atau mutiara pengabul keinginan melambangkan getaran dan cahaya pikiran yang tanpa cacat, terang, dan sempurna
18.Dua tangan, bersama dari tangan pertama, telah dijelaskan pada Mudra Akar Penguraian Dharma (poin pertama) .
Beberapa gambar Bodhisattva Cundi melukiskan sikap yang berbeda, seperti membentuk mudra akar atau memegang japamala. Artinya tetap sama, tanpa menghiraukan sikapnya. Sikapnya melambangkan kedelapan belas pahala Bodhisattva Cundi. Anda sebaiknya memvisualisasikan kedelapan belas tangannya secara lengkap, dan membaca mantranya, sehingga anda mendapatkan segera kesadaran sejati dan membebaskan semua makhluk dari penderitaan.
READ MORE - ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 2)

ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 1)

Dalam rangka menyambut HUT Maha Cundi Bodhisattva yang jatuh pada hari Rabu, 12 April 2017 (Lunar tanggal 16 bulan 03), Cetya Tathagata Jakarta akan memberikan artikel mengenai Maha Cundi Bodhisattva / Zhǔntí Púsà / 準提菩薩 yang akan terbagi menjadi 3 bagian.
ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 1)
Nama Bodhisattva Cundi Cundhi Saptakoti-Buddhaphagavati atau biasa disingkat Bodhisattva Cundi, diambil dari Bahasa Sansekerta. Terjemahannya bermacam versi. Maha Bodhisattva ini dikenal secara populer oleh umat Buddha Mahayana dari Sekte Exoteric (aliran yang menggarisbawahi hal-hal yang bersifat lahiriah) dan juga dikenal oleh Sekte Esoteric (aliran yang menggarisbawahi hal - hal yang bersifat bathiniah), dikarenakan mantraNya yang dinamai Mantra Cundi. Beliau juga dinamai Sang Kuan Yin Pelatih Kehidupan Spiritual agar dapat masuk ke alam surga oleh umat Buddha Sekte Dhyana.
Dalam kitab - kitab suci agama Buddha, tak terdapat deskripsi atau uraian hingga ke hal-hal yang sekecil-kecilnya mengenai cerita Makhluk Agung ini. Umat Buddha yang mempercayainya, yang berasal dari Sekte Esoteric mempunyai perbedaan pendapat, yaitu apakah tokoh agung ini termasuk golongan Maha Bodhisattva Avalokitesvara atau termasuk golongan Buddha? Namun Beliau lebih sering dimasukkan sebagai Makhluk Agung dari golongan Bodhisattva. Mantranya yang dinamai Mantra Cundi telah diajarkan secara luas dan sangat populer.
Terdapat 9 (sembilan) lukisan mengenai Maha Bodhisattva Cundi ini. Beberapa dari lukisan atau rupangnya, ada yang mempunyai dua tangan, empat tangan, bahkan ada yang mempunyai 84 tangan. Umumnya umat Buddha memuja lukisan atau rupangnya yang bertangan 18 dan bermata tiga. Dalam rupang atau lukisannya, tiap tangannya bersikap bermacam-macam. Ada yang sedang memberikan berkah, memegang pedang atau tasbih, atau memegang alat untuk menghaluskan dan mencampur obat-obatan yang berhiaskan intan berlian. Bila melihat rupang atau lukisan Bodhisattva ini, beberapa umat Buddha sering salah mengerti. Mereka menyangka itu lukisan Bodhisattva Avalokitesvara, yang dikenal dengan nama Sahasrabhujaryavalokitesvara.
Sebenarnya terdapat tangan yang jumlahnya 27 dan 40 tangan (jika ditambah dengan satu tangan yang sikapnya mencakup kedua telapak tangan menjadi satu, dan satu tangan lagi yang sikapnya sedang memberikan berkah), maka jumlah tangannya menjadi 42. Karena rupang atau lukisan Maha Bodhisattva Avalokitesvara tangannya berjumlah banyak untuk memegang aneka macam jenis benda, merupakan ciri khas Maha Bodhisattva Cundi. Jadi Ciri khas Bodhisattva Cundi dilekatkan pada rupang atau lukisan Maha Bodhisattva Avalokitesvara.
Seseorang dapat mengucapkan Mantra Cundi dengan kepercayaan sepenuhnya karena dikatakan Mantra Cundi merupakan doa yang sangat ampuh. Doa yang berkekuatan hebat, diucapkan dalam waktu singkat tetapi akibatnya dapat langsung dirasakan atau terlihat.
Pengucapan kata-kata suci dalam doa atau Mantra Cundi, telah sedikit mengalami perubahan dari rumusan aslinya. Versi terjemahannya ke dalam Bahasa Inggris. Naskah aslinya berbahasa Sansekerta.
READ MORE - ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 1)

ASAL USUL DAN KISAH DEWA PERANG ZHAO ZILONG (ZHAO YUN JUN CE) Shejit Bln 2 tgl 16 Imlek


ASAL USUL DAN KISAH DEWA PERANG ZHAO ZILONG (ZHAO YUN JUN CE) Shejit Bln 2 tgl 16 Imlek
Zhao Yun (Hanzi: 趙雲) (168 - 229) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Ia terakhir mengabdi pada negara Shu Han. Ia lahir di Zhending (sekarang kabupaten Zhengding, provinsi Hebei). Zhao Yun bernama lengkap Zhao Zi Long.
Pertama mengabdi kepada Gongsun Zan, ia kemudian tidak menyerah kepada Yuan Shao yang menaklukkan Gongsun Zan. Setelah itu, ia bertemu Liu Bei dan memutuskan untuk mengabdi kepadanya. Setelah Liu Bei wafat ia menjaga Liu Chan Sampai akhir hayat.
Zhao Yun dalam novel Zaman Tiga Negara.
Zhao Yun (168-229), bernama lengkap Zhao Zilong, yang berarti anak naga, lahir di Zhending, provinsi Chang shan (sekarang Hebei, China bagian utara). Zhao Yun dikenal sebagai satu di antara Lima Jendral Harimau yang mengabdi kepada Liu Bei.
Zhao Yun awalnya menjadi jendral dari Gongsun Zan yang berkuasa di daerah tersebut sekitar akhir tahun 191 M. Ia mengawali kariernya sebagai komandan grup kecil relawan desa. Pada tahun 192 M, ia ditempatkan dibawah komando Liu Bei sebagai komandan pasukan kavaleri, yang waktu itu masih menjadi mayor di bawah pemerintahan Gongsun Zan.
Zhao Yun pergi meninggalkan Gongsun Zan dan Liu Bei sementara waktu, untuk menghadiri pemakaman kakak laki-lakinya. Ia kembali bergabung dengan Liu Bei pada tahun 200 M. Hubungan Zhao Yun dan Liu Bei begitu baik, sehingga menurut cerita rakyat, mereka pernah tidur di tempat tidur yang sama, pada saat darurat di kota Ye. Zhao Yun juga dipercaya untuk merekrut orang secara diam-diam untuk memperkuat pasukan Liu Bei. Sejak itulah, Zhao Yun menjadi pengikut setia Liu Bei.
Setelah Gongsun Zan wafat, Zhao Yun tetap mengabdi pada Liu Bei karena ia melihat kebaikan Liu Bei yang begitu mendalam.
Sewaktu pertempuran di Chang Ban (sekarang, dekat kota Yichang, Provinsi Hebei), pada tahun 208 M, Zhao Yun diutus untuk menyelamatkan istri dan anak Liu Bei, Liu Chan yang masih bayi. Ketika Zhao Yun sampai di sana, istri Liu Bei tidak mau membebani Zhao Yun, karena jalan kembalinya sangat berbahaya. Maka Zhao Yun membawa sendiri anak Liu Bei dengan mengendarai kudanya, dan menerobos kepungan pasukan Cao Cao yang jumlahnya sangat banyak, dengan berani Zhao Yun mempertaruhkan nyawanya selama perjalanan kembali dengan menembus dan mengalahkan banyak pasukan Cao Cao dengan seorang diri.
Zhao Yun dikenal sebagai jendral Yijun, setelah Liu Bei menguasai Cheng Du. Pada saat Liu Chan dinobatkan menjadi kaisar Shu pada tahun 223 M, Zhao Yun menerima gelar "Jendral yang menahlukkan Daerah Selatan", dan dinobatkan sebagai Marquis Yongchangting. Kemudian dia dipromosikan menjadi "Jendral yang memelihara Perdamaian di Timur".
Tahun 227 M, Zhao Yun, dikenal sebagai jendral tanpa tanding di Shu, ditemani Zhuge Liang melakukan ekspedisi utara pertama menuju Han Zhong. Pada musim semi berikutnya, Zhao diperintahkan untuk memimpin barisan melalui Yegu, untuk mengalihkan perhatian musuh terhadap pasukan inti Liu Bei, yang berbaris melalui Qishan. Zhao Yun bertemu pasukan Wei yang dipimpin oleh jendral Cao Zhen yang terkenal. Setelah berhasil menahan gempuran serangan pasukan Wei, Zhao Yun menarik pasukannya secara teratur. Ia dikaruniai gelar "jendral yang memelihara Perdamaian Dalam Armada".
Sekitar tahun 229 M, Zhao Yun wafat di Han Zhong. Kematiannya ditangisi oleh banyak pasukan dan perwira Shu. Ia menerima anugrah anumerta Marquis Shunping dari Liu Chan pada tahun 261 M.
Zhao Yun mempunyai dua orang anak laki-laki, Zhao Tong dan Zhao Guang. Zhao Guang menjadi bawahan jendral Jiang Wei, dan gugur di medan pertempuran di Ta Zhong.#
READ MORE - ASAL USUL DAN KISAH DEWA PERANG ZHAO ZILONG (ZHAO YUN JUN CE) Shejit Bln 2 tgl 16 Imlek

SEKILAS KISAH DAN ASAL USUL -BA XIAN GUO HAI / PA SHIAN KE HAI / DELAPAN DEWA


SEKILAS KISAH DAN ASAL USUL -BA XIAN GUO HAI / PA SHIAN KE HAI / DELAPAN DEWA
Ba Xian [Delapan Dewa / Pa Shien] adalah Dewa-Dewi Tao yang hidup pada masa yang berbedadan dapat mencapai kekekalan hidup.
Merekasering dilukiskan pada benda-benda porselen,
patung, sulaman, lukisan dan sebagainya.
Dewa-Dewi Ba Xian menggambarkan kehidupan
yang berbeda, yaitu Kemiskinan, Kekayaan,
Kebangsawanan, Kejelataan, Kaum Tua, Kaum
Muda, Kejantanan dan Kewanitaan.
Ba Xian dihormati dan dipuja karena menunjukkan kebahagiaan.
Kisah Ba Xian menunjukkan bahwa kita dapat
mencapai kehidupan abadi dalam kebahagiaan,
melalui tindakan-tindakan yang tidak
mementingkan diri sendiri dan melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
Mereka adalah :
01. ZHONG LI QUAN
Memiliki nama keluarga Zhongli dan hidup pada
masa Dinasti Han, karena itu ia juga dikenal
sebagai Han Zhongli. Zhongli Quan adalah
seorang Jenderal dalam kerajaan pada masa
Dinasti Han. Pada hari tuanya dia menjadi petapa
dan mendalami ajaran Tao.Biasa digambarkan
sebagai laki-laki gemuk bertelanjang perut dan
membawa kipas bulu yang dapat mengendalikan
lautan.
02. ZHANG GUO LAO
Zhang Guolao adalah kepala akademi kerajaan,
namun dia mengundurkan diri untuk menjadi
petapa di Gunung Chuang Tiao di Shanxi.
Memiliki keledai ajaib yang dapat membawa
dirinya berjalan ribuan kilometer setiap hari.
Ketika mencapai tujuan, dia mengubah keledai
tersebut menjadi kertas dan Zhang Guolao
melipatnya untuk dimasukkan dalam sakunya.
Untuk menghidupkannya dia membuka lipatan
tersebut dan meniupnya. Kaisar Tang Ming
Huang ingin mengangkat Zhang Guolao bekerja di
istana, tetapi dia tidak bersedia meninggalkan
kehidupan pengembaraannya. Setelah dua kali
menghadap kaisar, pertapa ini pun menghilang
entah kemana. Sering digambarkan sedang
menunggangi keledai secara terbalik.
Simbolnya adalah tempat ikan yang terdiri dari
batang bambu dengan tabung kecil yang muncul
di ujungnya. Ia dipuja sebagai pembawa
keturunan laki-laki.
03. LU DONG BIN
Seorang sastrawan dan petapa yang mempelajari
Tao dari Zhongli Quan. Di tangan kanannya
sering membawa kebutan suci pendeta Tao.
Simbol Lu Dongbin adalah pedang Pembunuh Roh
Jahat dan dengan gerakan terbang yang cepat.
Sebelum mempelajari Tao, Lu Dongbin diuji
dengan berbagai ujian berat oleh Zhongli Quan,
yang berhasil diatasi semuanya. Lu Dongbin
dapat dikatakan sebagai salah satu Dewa yang
paling tersohor dari Delapan Dewa. Ia dianggap
sebagai penolong orang miskin dan pembasmi
roh-roh jahat.
04. LI TIE GUAI
Memiliki nama asli Li Xuan dan hidup pada masa
Dinasti Sui. Dia melambangkan cacat dan
keburukan. Dia berusaha untuk meringankan
beban penderitaan umat manusia. Li Tieguai
memiliki sebuah tongkat besi dan bermuka hitam.
Dia membawa sebuah labu yang digunakannya
untuk menolong umat manusia. Suatu hari, ketika
rohnya pergi ke Huashan, dia memberitahukan
muridnya, Lang Ling, untuk menjaga badannya
dan membakarnya apabila dia tidak kembali
dalam tujuh hari. Dalam hari keenam, Lang Ling
mendapat kabar bahwa ibunya sakit keras dan
sebagai seorang anak dia harus merawat ibunya.
Maka dia membakar badan tersebut satu hari
lebih awal. Ketika roh Li Tieguai kembali
keesokan harinya, dia tidak dapat menemukan
badannya sehingga dia memasuki badan seorang
tua yang baru saja meninggal.Namun orang tua
tersebut ternyata cacat. Pada saat pertama, Li
ingin meninggalkan badan tersebut, tetapi Lao
Zi / Lao Tze membujuknya dengan mengatakan
bahwa penerapan dari ajaran Tao tidak
tergantung penampilan. Lao Zi lalu memberi
tongkat besi kepada Li Tieguai. Li Tieguai kadang
digambarkan sedang berdiri diatas kepiting atau
ditemani seekor menjangan.
05. CAO GUO JI
Hidup pada masa Dinasti Song dan merupakan
putra dari Cao Bin, seorang komandan militer,
dan saudara laki-laki dari Ratu Cao Hou, ibu dari
Kaisar Yin Zong. Cao Guojiu digambarkan
memakai jubah kebesaran dan topi pengadilan.
Di tangannya ada kertas catatan kerajaan dan
sepasang alat musik kastanyet. Suatu hari
Zhongli Quan dan Lu Dongbin bertemu
dengannya dan menanyakan apa yang sedang dia
lakukan. Dia menjawab bahwa dia sedang belajar
Tao. "Apakah itu dan dimanakah itu?", mereka
balik bertanya. Pertama-tama dia menunjuk ke
langit dan kemudian ke hatinya.
06. LAN CAI HE
Sering ditampilkan berpakaian biru dengan tidak
bersepatu. Sambil melambai- lambaikan
sepasang tongkat, ia mengemis sepanjang jalan.
Lan Caihe terus menerus membacakan syair-syair
yang menggambarkan kehidupan yang tidak kekal
beserta kesenangan-kesenangan yang hampa. Ia
berkelana ke seluruh negeri sambil menyanyi dan
membawa keranjang bunga. Lan Caihe terkadang
terlihat seperti wanita.
07. HAN XIANG ZI
Han Xiangzi melambangkan masa muda. Dia
adalah keponakan dari Han Yu, seorang menteri
pada pemerintahan Kaisar Hsing Tung dari
Dinasti Tang. Simbolnya adalah sebuah suling.
Seorang pecinta kesunyian, mewakili orang ideal
yang senang tinggal ditempat alamiah. Han
Xiangzi sering menyusuri desa sambil meniup
seruling dengan merdu sehingga menarik
perhatian burung-burung dan binatang
lainnya. Han Xiangzi tidak mengenal nilai uang
dan bila diberi uang akan dia sebarkan di tanah.
08. HE XIAN GU
Satu-satunya wanita diantara Delapan Dewa.
Berpenampilan halus dan lemah lembut, dan
sering terlihat membawa bunga teratai yang
dapat dipakai untuk mengobati orang sakit.
Kadang-kadang dia digambarkan berada di atas
kelopak teratai yang terapung sambil memegang
pengusir lalat. **
READ MORE - SEKILAS KISAH DAN ASAL USUL -BA XIAN GUO HAI / PA SHIAN KE HAI / DELAPAN DEWA

Lord Wen Chang Wisdom-enhancing Incantation (文昌帝君開心聰穎神咒)
Lord Wen Chang aka Wen Chang Di Jun, one of the 5 Deities that being appointed to look into Academic Issues for Students in Taoism Context.
And in Taoism, he is the Only Solely Deity that got the highest Authority to issue Academic Blessings for the Students who make requests in front of him.
According to Taoism Deity System Records, Lord Wen Chang Manifestation Anniversary fall on the 3rd Day of Lunar 2 Month (文昌帝君聖誕為農曆二月初三日). Usually on this Day, parents will bring their Children or Students who are attending important Examinations, will visit Temples that dedicate Altars to Lord Wen Chang to make their Respect to him in-order to get Blessing for "Passing of Examination".
In Taoism, we do have a few Rituals/Ceremonies conducted to do enhancement for such events. One of them is by reciting the Bao Gao (Praise Mantra) and then the following Mantra known as Wisdom-opening Mantra.
This Mantra is being recited in-order to allow the Positive Energy that given out by Lord Wen Chang (Wen Chang Star in the Heavenly Realm) to be bestowed (shine) upon one person.
Once such Energy is being bestowed to one person and that person got Good & Direct Connection with Lord Wen Chang or Wen Chang Star, the person will be blessed and of cos, the Wisdom in the Mind will be opened up within moment.
This Mantra is not only mend for students but also for those who are doing Spiritual Cultivation, only by Opening up of one self Wisdom, then one self is able to open up the other Physical Parts of the Physical Bodies to absord the other Spiritual Energies that being released by the Three Realms, Deities or Surrounding.
Okay, for those who wished to start reciting the following Incantation, a few things needed to look into, here they go:
1 - Try to recite this Incantation on every 1st or 15th Day of the Lunar Month in front of the Altar after paying Respect to the Home Deities. Not necessary to dedicate any Statue for Lord Wen Chang, as long as one self Call-upon the Official Title of him (Wen Chang Di Jun)
2 - Before reciting, always try to make one self clean and calm. Try to drink a cup of Luke-warm Water and rest for a while and then start reciting.
3 - Just before the reciting starts, make a simple bow and then kneel down respectfully and then start the reciting.
4 - For Taoism, we can recite such Incantations for 3, 5, 7 or 9 times. If one self got the extra time, then reciting can go up to 21 time. For those who are reciting for the others, do remember to report the name & Date of Birth of the person to Lord Wen Chang first and then proceed with the reciting.
5 - Once the reciting is done, Respectfully stand up and make a bow and then leaven the spot.
Heres the Incantation:
九天大帝。身披白衣。
Jiu Tian Da Di. Shen Pi Bai Yi
日月照耀。乾坤幹隨。
Ri Yue Zhao Yao. Qian Kun Gan Sui
有能持誦。聰明如斯。
You Nen Chi Song. Cong Ming Ru Si
黃老丹元。與心合宜。
Huang Lao Dan Yuan. Yu Xin He Yi
五神衛守。八聖護持。
Wu Shen Wei Shou. Ba Sheng Hu Chi
誦之不輟。萬神赴機。
Song Zhi Bu Chuo. Wan Shen Fu Ji
帝司大化。文冶瓊瑰。
Di Si Da Hua. Wen Ye Qiong Gui
詞源浩蕩。筆陣風馳。
Ci Yuan Hao Dang. Bi Zhen Feng Chi
九天開化。萬章洞微。
Jiu Tian Kai Hua. Wan Zhang Dong Wei
元皇上帝。勿稽勿遲。
Yuan Huang Shang Di. Wu Ji Wu Chi
急急如元皇上帝律令。
Ji Ji Ru Yuan Huang Shang Di Lv Ling
READ MORE -

Pendahuluan tentang Sutra Buddha Penyembuhan (Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata)

Foto Cetya Tathagata Jakarta.
Pendahuluan tentang Sutra Buddha Penyembuhan (Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata)
Buddha Penyembuhan ( Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata ) adalah salah satu dari ketiga Buddha Utama dalam obyek pemujaan Mahayana dan merupakan seorang Buddha dari masa lalu. Lebih dikenal sebagai Buddha Pengobatan atau Guru Penyembuhan. Beliau sangat dekat di hati pemujanya, karena banyak diantara mereka yang benar-benar telah menerima berkah-Nya dalam bentuk penyembuhan ajaib dari berbagai penyakit.

Kemanjuran dari Hyang Buddha dalam mencegah bencana dan memberikan kemakmuran disamping menyembuhkan penyakit telah menarik sejumlah pengikut dan pemuja yang cukup besar sejak Dinasti Chin Timur (AD 317-420) sampai sekarang. Sutra Buddha Pengobatan (Bhaisajya Sutra) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin pada masa itu, memberikan gambaran yang lengkap tentang Buddha tanpa tandingan itu, tanah Buddha, dan kedua belas Ikrar Agung-Nya. Sekalipun demikian, Sutra yang diterjemahkan oleh Guru Tripitaka Hsuan Tsang ( bhiksu yang terkenal dari Dinasti Tang ) kemudian dikenal sebagai Sutra Guru Penyembuhan ( Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata ) menjadi lebih terkenal dan dibaca oleh kebanyakan orang di masa kini.

Selain menyembuhkan penyakit, melindungi dari bencana seperti kelapran, kekeringan, dan wabah, memberikan panjang umur dan membantu yang meninggal. Hyang Buddha dikenal telah memberikan berbagai manfaat duniawi kepada mereka yang bersujud kepada-Nya. Di dalam Vihara, Buddharupang-Nya biasanya ditempatkan bersama Buddha Sakyamuni dan Buddha Amitabha. Buddha Sakyamuni ditengah, Buddha Bhaisajyaguru di sebelah kanan-Nya, dan Buddha Amitabha dikiri-Nya. Bila digambarkan sendiri, Beliau memegang symbol berupa mangkok berisi obat dengan tangan kiri-Nya dan biasanya diikuti oleh kedua siswa-Nya yaitu Bodhisattva Cahaya Surya dan Bodhisattva Cahaya Rembulan.

Sewaktu masih menjadi Bodhisattva, Beliau membuat 12 ( dua belas ) Ikrar Agung untuk membebaskan makhluk hidup dari belenggu karma. Beliau berikrar untuk melindungi kemajuan mereka kea rah penerangan, membantu mereka memegang larangan, membebaskan mereka dari perangkap praktek keagamaan yang menyimpang dan doktrin palsu, memberikan makanan dan minuman kepada mereka yang lapar, memulihkan tubuh yang cacat, menolong mereka yang akan dihukum mati dan membimbing mereka ke arah kehidupan yang tenang dan berbahagia. Dari kedua-belas ikrar-Nya, ikrar ke tujuh secara khusus menjamin untuk membebaskan manusia dari penyakit badaniah dan mengusir kebingungan spiritual sehingga Beliau dijuluki “Tabib Jiwa”.

Disebabkan oleh akar kebajikan dari kehidupan dimasa lampau, Anda sekarang memiliki kesempatan yang langka untuk masa yang akan datang. Agar bisa begitu, Anda hanya perlu menjunjung nama Guru Penyembuhan ini dengan tulus dan tanpa keraguan. Sehari-hari anda harus merenungkan ikrar atau wujud-Nya, mengucapkan nama-Nya dan memberikan persembahan dengan apa pun yang bisa diberikan. Bagi mereka yang mengalami banyak kesusahan, sakit-sakitan, penderitaan, bencana, dalam keluarga banyak perselisihan dan sebagainya dapat melakukan pengucapan nama Buddha ini untuk menghilangkan segala macam kesulitan, pengucapan selengkapnya adalah :
“Na mo Xiao Zai Yen Shou Yao Shi Fo” dalam Bahasa Mandarin
Atau
“Nambu Siao Zai Yang Siu Yok She Hud” dalam Bahasa Hokkian
Atau
“Namo Siao Zai Yang Shiu Yok She Hud” dalam logat Teochew / Tio Ciu
Atau
“Namo Bhaisajyaguru Buddha” dalam Bahasa Sansekerta


Didalam Sutra Guru Penyembuhan, Hyang Buddha Sakyamuni juga mengungkapkan kepada Bodhisattva Manjusri suatu Dharani Agung yang harus diucapkan seseorang guna menolong makhluk hidup dari penyakit dan kesusahan.

Sewaktu mengucapkan Dharani atau nama Hyang Buddha seseorang harus membayangkan rupang Buddha tersebut, maka dia akan memasuki suatu keadaan “samadhi pengucapan Buddha” (Buddha reci-tation Samadhi; salah satu dari delapan puluh empat ribu Pintu Dharma menuju pencerahan). Yang mana seseorang mengucap tetapi tidak mengucap, dan tidak mengucap tetapi mengucap. Satu hal penting yang perlu diperhatikan agar bisa mendapatkan manfaat dan, hasil sebesar-besarnya dari pengucapan Dharani, nama Buddha maupun Sutra itu adalah sangat diperlukan keyakinan dan ketekunan yang tidak surut.

Akhir kata perlu diketahui bahwa peringatan ulang tahun Hyang Buddha Bhaisajyaguru jatuh pada tanggal 30 bulan 9 penanggalan Candrasangkala ( Lunar Kalender ). Semoga segenap makhluk hidup bisa mendengar, membaca, mengerti, menerima, mempertahankan, dan menyebarluaskan Sutra ini sehingga dengan demikian memperoleh berkah, manfaat, perlindungan, kedamaian, dan kegembiraan bagi mereka sendiri maupun makhluk lainnya.
READ MORE - Pendahuluan tentang Sutra Buddha Penyembuhan (Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata)

Riwayat Dipankara Buddha / Ran Deng Fo / 燃燈佛 / མར་མེ་མཛད།

Foto Cetya Tathagata Jakarta.
HUT dari Dipankara Buddha pada esok hari Kamis, 02 Februari 2017 (Lunar tanggal 06 bulan 01), 

Riwayat Dipankara Buddha / Ran Deng Fo / 燃燈佛 / མར་མེ་མཛད།
Dipankara dalam bahasa sansekerta mempunyai makna "Burning Lamp" / "Lamp Bearer" yang mempunyai arti "Pelita Yang Menyala" / "Pembawa Pelita" Oleh karena itu Buddha Dipankara mempunyai makna "Buddha Pembawa Pelita" / "Buddha Pelita Yang Menyala".
Menurut legenda, Buddha Dipankara terlahir pada malam hari. Pada saat Beliau lahir, tubuh-Nya memancarkan sinar yang menerangi seisi ruangan menyebabkan satu ruangan penuh dengan cahaya yang terang benderang. Oleh karena itu, kedua orang tuanya menamakan-Nya Dipankara.

Pada kelahiran sebelumnya, Buddha Shakyamuni adalah pengikut yang sangat taat dari Buddha Dipankara. Dahulu, Shakyamuni Buddha pernah mempersembahkan setangkai bunga teratai yang mempunyai 5 kelopak kepada Buddha Dipankara. Menurut Sutra Sadharmapundarika, bunga teratai adalah suatu bunga yang sangat suci dalam ajaran Buddha dan merupakan simbol dari kemurnian dan keindahan dari ajaran Buddha. Lalu, bunga teratai dengan 5 helai kelopak adalah sesuatu yang sangat jarang ditemukan / dilihat dimana mana, merupakan bunga yang sangat langka. Buddha Dipankara demikian senangnya atas persembahan tersebut dan lalu bernubuat bahwa seorang Shakyamuni akan mencapai pencerahan sempurna setelah 91 kalpa dan akan menanggung nama Shakyamuni.

Buddha Dipankara diperhitungkan sebagai guru bagi Buddha Shakyamuni di dalam garis suksesi Shakyamuni mencapai pencerahan sempurna sebagai Buddha dan juga disebut sebagai "Buddha Masa Lampau". Ada banyak sekali kuil / vihara yang menahbiskan atau memberi penghormatan kepada "Para Buddha Dari Tiga Masa" yang diabadikan sebagai Dipankara Buddha (di sisi kiri), Shakyamuni Buddha (di tengah) dan Maitreya Buddha (di sisi kanan). Mereka disebut "Para Buddha Dari Tiga Masa" yang me-representasikan "Tiga Masa" yaitu "Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan".

Dipankara Buddha secara umum digambarkan sebagai sosok Buddha yang sedang duduk, namun penggambarannya sebagai sosok Buddha yang sedang berdiri umum di Tiongkok, Thailand, dan Nepal. Dengan tangan kanan-Nya yang secara umum membentuk "Mudra Perlindungan" / "Abhaya Mudra" dan seringkali membentuknya dengan kedua tangan-Nya.
READ MORE - Riwayat Dipankara Buddha / Ran Deng Fo / 燃燈佛 / མར་མེ་མཛད།

Asal Usul dan Kisah Kwan Im Tangan Seribu



Asal Usul dan Kisah Kwan Im Tangan Seribu
Kwan Im Po Sat atau Guan Yin Phu Sa, sering disebut juga dengan Kwan Shi Im Po Sat atau Guan Shi Yin Phu Sa, yang sesungguhnya merupakan terjemahan secara harafiah dari bahasa Sansekerta :
Avalokitesvara Bodhisatva, yang memiliki arti :
- Avalokita (Koan / Guan / Koan Si / Guan Shi), berarti melihat ke bawah, mendengarkan ke bawah. Bawah disini bermakna ke dunia, yang merupakan suatu alam (lokita).
- Isvara (Im / Yin), berarti suara. Yang dimaksud adalah suara dari makhluk-makhluk yang menjerit atas penderitaan yang dialaminya.


Oleh sebab itu Kwan Im adalah Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang. Di negara Jepang, Koan Im Po Sat terkenal juga dengan nama Dewa Kanon.

Sewaktu agama Buddha memasuki daratan Tiongkok, pada jaman dinasti Han, Avalokitesvara awal mulanya diperkenalkan sebagai sosok seorang pria. Dengan berjalannya waktu, dan juga karena pengaruh dari ajaran Tao dan Khong Hu Cu, maka menjelang era dinasti Tang, akhirnya Avalokitesvara ditampilkan sebagai sosok seorang wanita.

Dari pengaruh ajaran Tao, perubahan ini mungkin terjadi karena jauh sebelum mereka mengenal Avalokitesvara, mereka telah memuja dewi Tao yang biasa disebut ‘Niang-niang’. Karena adanya legenda puteri Miao Shan yang sangat terkenal, mereka memunculkan tokoh wanita yang disebut ‘Guan Yin Niang Niang’, sebagai pendamping Avalokitesvara pria. Lambat laut tokoh Avalokitesvara pria mulai dilupakan orang, dan sebaliknya tokoh Guan Yin Niang Niang menggantikan posisinya dengan sebutan Guan Yin Pu Sa.
Dari pengaruh ajaran Khong Hu Cu, mereka beranggapan bahwa kurang layak apabila kaum wanita memohon anak pada seorang dewata pria. Bagi para penganutnya, hal itu dianggap sebagai keinginan Koan Im sendiri untuk mewujudkan dirinya sebagai seorang wanita, agar ia dapat lebih leluasa menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolongannya.

Dari sini jelaslah bahwa sesungguhnya tokoh Avalokitesvara memang berasal dari India, namun tokoh Koan Im Po Sat (Guan Yin Pu Sa) adalah asli seratus persen bersifat Tionghoa dan dipengaruhi oleh ajaran Taoisme. Avalokitesvara memiliki tempat suci di gunung Potalaka – Tibet, sedangkan Koan Im Po Sat memiliki tempat suci di gunung Pu Tao Shan – di kepulauan Zhou Shan, Tiongkok. Jadi jelaslah bahwa tokoh Avalokitesvara merupakan pendorong awal timbulnya tokoh Koan Im Po Sat .

Qian Shou Guan Shi Yin Pu Sa

Dewasa ini tokoh Koan Im Po Sat di-identik-kan dengan legenda Puteri Miao Shan, anak dari raja Miao Zhuang dari negeri Xing Lin. Raja Miao Zhuang memerintah kira-kira pada akhir dinasti Zhou (abad 3 SM). Diceritakan bahwa sebenarnya raja Miao Zhuang sangat mendambakan seorang anak lelaki, tapi yang dimilikinya hanyalah tiga orang puteri. Puteri tertua bernama Miao Shu, yang kedua bernama Miao Yin dan yang bungsu bernama Miao Shan.

Setelah ketiga puteri tersebut menginjak dewasa, raja mencarikan jodoh bagi mereka. Puteri pertama memilih jodoh seorang pejabat sipil, dan yang kedua memilih seorang jendral perang sebagai suaminya. Sedangkan puteri Miao Shan tidak berniat untuk menikah, tetapi ia malah meninggalkan istana dan menjadi bhiksuni di klenteng Bai Que Shi.

Berbagai cara diusahakan oleh raja Miao Zhuang agar puterinya mau kembali dan menikah. Tapi puteri Miao Shan tetap berteguh pada pendiriannya. Hingga pada suatu ketika, raja Miao Zhuang habis kesabarannya. Diperintahkannya para prajurit untuk menangkap dan menghukum mati puteri Miao Shan.

Kwan im berjubah putih 白衣觀音

Setelah kematiannya, arwah puteri Miao Shan berjalan-jalan di neraka. Karena melihat penderitaan makhluk-makhluk yang ada di neraka, maka Miao Shan berdoa dengan tulus agar mereka berbahagia. Akibat doa yang diucapkan dengan penuh welas asih, tulus dan suci, maka suasana neraka segera berubah menjadi seperti sorga. Penguasa akherat, Yan Luo Wang, menjadi bingung setengah mati. Akhirnya arwah Miao Shan diperintahkan kembali ke badan kasarnya.

kwan im cahaya terang beserta kedua murid
Begitu bangkit dari kematiannya, Buddha Amitabha (O Mi To Hud) muncul di hadapan Miao Shan, dan memberikan buah persik dewa. Akibat makan buah persik dewa itu, Miao Shan tidak lagi mengalami rasa lapar, ketuaan maupun kematian. O Mi To Hud lalu menganjurkan agar Miao Shan berlatih kesempurnaan di gunung Pu Tuo, dan Miao Shan-pun pergi ke gunung Pu Tuo dengan diantar seekor harimau jelmaan dari dewa Bumi (tu ti kong).
Sembilan tahun berlalu, suatu ketika raja Miao Zhuang menderita sakit parah. Berbagai tabib dan obat telah dicoba, tetapi tidak satupun yang membawa hasil. Puteri Miao Shan yang mendengar berita itu, lalu menyamar menjadi seorang pendeta tua dan datang menengok. Namun ternyata sang raja telah wafat.


yáng liǔ guānyīn

Dengan kesaktiannya, puteri Miao Shan melihat bahwa arwah ayahnya dibawa masuk ke neraka, dan mengalami siksaan yang hebat. Karena bhaktinya, maka puteri Miao Shan pergi ke neraka untuk menolong ayahnya. Pada saat akan menolong ayahnya melewati gerbang dunia akherat, puteri Miao Shan dan ayahnya dikerubuti setan-setan kelaparan. Agar Ia dan ayahnya dapat melewati setan-setan kelaparan itu, puteri Miao Shan memotong tangan untuk dijadikan santapan setan-setan kelaparan. 


Setelah hidup kembali, raja Miao Zhuang menyadari bahwa bhakti puteri ketiganya sungguh luar biasa. Ia menjadi sadar dan mengundurkan diri dari pemerintahan, dan bersama-sama dengan keluarganya pergi ke gunung Xiang Shan untuk bertobat dan mengikuti jalan Buddha.


Sementara itu, rakyat yang mendengar perbuatan Miao Shan yang amat berbhakti, hingga rela mengorbankan tangannya, menjadi terharu. Mereka berbondong-bondong membuatkan tangan palsu untuk puteri Miao Shan. O Mi To Hud yang melihat ketulusan rakyat, kemudian merangkum semua tangan palsu tersebut dan mengubahnya menjadi suatu bentuk kesaktian serta memberikannya kepada Miao Shan. Lalu Ji Lay Hud memberinya gelar Qian Shou Qian Yan Jiu Ku Jiu Nan Wu Shang Shi Guan Shi Yin Pu Sa, yang artinya Bodhisatva Koan Im penolong kesukaran yang bertangan dan bermata seribu yang tak ada bandingnya.

Dalam bagian lain dikisahkan bahwa pada saat Koan Im diganggu oleh ribuan setan, iblis dan siluman, ia menggunakan kesaktiannya itu untuk melawan mereka. Ia merubah dirinya menjadi bertangan seribu dan bermata seribu, dengan masing-masing tangan memegang senjata yang berlainan.

Kisah Koan Im tangan seribu ini juga banyak versinya, antara lain yang cukup dikenal ialah cerita saat puteri Miao Shan sedang bermeditasi dan merenungkan penderitaan umat manusia, tiba-tiba kepalanya pecah menjadi berkeping-keping. O Mi To Hud yang mengetahui hal itu segera menolong dan memberikan seribu tangan dan seribu mata, sehingga Koan Im dapat mengawasi dan memberikan pertolongan lebih banyak kepada manusia.
Koan Im dengan tangan seribu ini dikenal dengan sebutan Jeng Jiu Koan Im (Qian Shou Guan Yin).


Dalam legenda puteri Miao Shan, juga diceritakan bahwa kakak-kakak Miao Shan setelah bertobat dan mencapai kesempurnaan, mereka diangkat sebagai Po Sat oleh Giok Hong Siang Te. Puteri Miao Shu diangkat sebagai Bun Cu Po Sat (Wen Shu Pu Sa) dan puteri Miao Yin sebagai Po Hian Po Sat (Pu Xian Pu Sa).


Diceritakan pula bahwa pada saat pelantikan puteri Miao Shan menjadi Po Sat, Miao Shan ‘diberi’ dua orang pengawal, yakni Long Ni dan Shan Cai. Konon, Long Ni diberi gelar Giok Li (Yu Ni) atau gadis kumala dan Shan Cai bergelar Kim Tong (Jin Tong) atau jejaka emas.

Long Ni asalnya adalah cucu dari Liong Ong (raja naga), yang diberi tugas menyerahkan mutiara ajaib kepada Koan Im, sebagai rasa terima kasih dari Liong Ong karena telah menolong puterinya. Ternyata Long Ni justeru ingin menjadi murid Koan Im dan mengabdi kepadanya.
READ MORE - Asal Usul dan Kisah Kwan Im Tangan Seribu
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.