KISAH LEGENDA PERJALANAN KE UTARA (PAK YU KI) bag 1
Legenda Maha Dewa Xuan Dian Shang Di (Hian Thian Siang Tee)
Legenda Maha Dewa Xuan Dian Shang Di (Hian Thian Siang Tee)
PERJALANAN KE UTARA HIAN THIAN SIANG TEE (1)
Dalam kesusastraan Tiongkok klasik kita mengenal "4 Perjalanan" yaitu; Perjalanan ke Barat (kisah Sun GoKong), Perjalanan ke Timur (legenda 8 Dewa), Perjalanan ke Utara (hikayat Hian Tian Siang Tee) dan Perjalanan Ke Selatan (kisah dewa Hua Guang). Walaupun tak setenar Sun Go Kong & 8 dewa, namun kisah perjalanan ke Utara memiliki tempat tersendiri dalam sejarah peranakan Tionghoa di Jawa Tengah, mengingat salh satu kelenteng tertua di Jateng adl kelenteng Hian Tian Siang Tee yg terletak dikota Jepara, Jawa Tengah. Siapa itu Hian Tian Siang Tee? Dia adl dewa agung dari Utara yg merupakan titisan 1/3 roh kaisar langit & bertugas memimpin 36 jendral langit membasmi iblis2 jahanam.
Syahdan ketika Kaisar Langit sedang melihat2 pemandangan didunia, tiba2 seberkas sinar menyilaukan menerpa matanya. Sinar itu berasal dari sebuah pohon emas didunia yg tampak sangat indah berkilauan. "Aiih cantiknya pohon itu, alangkah senangya bila aku bisa menanamnya dihalaman istanaku ini. Baiklah pengawal2ku, sekarang cepat kalian turun kebumi untuk mengambil pohon itu, tapi jika ada pemiliknya maka mintalah baik2 atau kalau perlu belilah berapapun haraganya."
Pohon emas itu rupanya milik seorang hartawan bermarga Liu yg karena sudah saking kayanya sehingga dia menolak menjual pohon itu berapapun harganya."Dasar manusia pelit! Beraninya dia menolak permintaanku. Hrmmmph tp harus bagaimana ya, biarpun aku adl kaisar langit tp aku tetap terikat hukum alam & tak boleh merebut milik orang lain seenaknya." Gerutu kaisar kesal. "Ah atau begini saja, bagaimana kalau aku bereinkarnasi menjadi putra situa bangka itu, dg begitu otomatis aku akan mewarisi pohonnya" Kaisar langit girang sekali dg idenya itu sehingga tanpa pikir panjang lagi dia segera menitiskan 1/3 rohnya menjadi putra tuan Liu.
10 tahun kemudian Liu Jang Jeng (anak tuan Liu yg merupakan titsan 1/3 roh Kaisar Langit) sudah tumbuh menjadi anak yg tampan & menjadi kebanggan ortunya. Suatu hari dy bertanya pada ayahnya "Ayah, ayah memiliki banyak sekali barang pusaka, tapi manakah yg paling berharga?" Dengan bangga sang ayah kemudian menceritakan tentang pohon emas yg ada dikebun belakang rumah mereka. Liu Jang Jeng pun jadi penasaran mendengarnya & langsung minta ijin untuk melihatnya.
Sesampainya dikebun, Liu JangJeng terkagum2 melihat keindahan pohon emas itu, sampai2 di berlutut & berdoa didepan pohon yg diyakininya keramat itu. Tanpa diketahui siapapun, didalam pohon itu sebenarnya ada seorang Bodhisatva (1) bernama Dou Bao (2) yg sedang bermeditasi, dia pun kaget setengah mati melihat roh kaisar langit berlutut dihadapannya. "Eyalah cepat bangun yang mulia. Aduh bagaimana bila dewa2 yg lain melihat ini, nanti pasti aku yang bakal dimarahi" Tp mana bisa Liu mendengar & apalagi melihatnya, dia kan sudah bereinkarnasi menjadi manusia biasa, sehingga dia enak2 saja terus berlutut & berdoa didepan pohon itu. Karena bingung & tidak tahu apa yg harus dilakukannya, Dou Bao ahirnya terbang kelangit untuk bertanya pada para dewa. (begitu ditingal oleh sang Bodhisatva pohon itu langsung kehilangan kemilaunya, rupanya selama ini pohon itu bersinar karena ditinggali orang suci)
Betapa terkejutnya para dewa mendengar penuturan Dou Bao, sadarlah mereka bahwa kaisarnya telah tertipu dalam kasus pohon emas itu & kini harus bersusah payah agar dapat menjadi dewa kembali. Kalo dipikir2 hal ini memang bukan kesalahan Dou Bao, toh dia pun tak sengaja menipu kaisar langit. Namun begitu dia ttp merasa bertanggungjawab jg & bertekad membantu 1/3 roh kaisar langit menjadi dewa kembali. Dou Bao kemudian merubah dirinya menjadi seorang pendeta Tao & kembali kekebun keluarga Liu.
Sementara itu dikediaman Liu, Liu Jang Jeng menangis sejadi2nya karena tiba2 saja pohon emasnya berubah menjadi pohon biasa, sekonyong2 terdengar seseorang menegurnya dari belakang "Kenapa menangis nak, apa kau sedih karena pohon mu itu kehilangan sinarnya?". Liu terkejut melihat seorang Taois berdiri dibelakangnya (padahal jelas2 kebun itu dikelilingi tembok yg sangat tinggi & gerbangnya dikunci rapat), dia pun langsung menduga Taois itu sbg siluman jahat yg telah mencuri kemilau pohonnya & segera menyuruh centeng2nya untuk menghajarnya.
"Ah! auch! auch! oh oh oh! pukulan kalian benar2 luar biasa Ayo ayo teruskan, teruskan" ejek sipendeta yg justru nampak keenakan dipukuli. Dari marah Liu Jang Jeng berubah takjub melihat kesakatian pendeta dihadapannya, dia pun cepat2 berlutut minta maaf & memohon agar sipendeta mau menjadikannya murid.
"Tentu saja pinto (3) tak akan menolak permintaan ananada, tp karena ilmu pinto sendiri masih rendh jadi pinto akan bawa ananda pada teman pinto yg lebih sakti" Katanya lembut seraya menggendong Liu Jang Jeng terbang menuju kediaman temannya yg bernama Miao Le TianZun, kepada siapa dia akan memasrahkan Liu Jang Jeng untuk diajari agama & ilmu kedewaan.
Beberapa tahun kemudian ketika Liu Jang Jeng sedang bertapa dihutan, dilihatnya sekawanan hewan berlari2 ketakutan. "Ada apa ini? Hei kamu, beruangyg hitam, coba ceritakan apa yg terjadi" tanyanya pada panda. Dengan bahasa hewan sipanda menceritakan bahwa mereka sdng menghindari kejaran kaisar Yang Guang dari dinasti Shui yg sedang berburu dihutan itu. "Baiklah kalau begitu kalian bersembunyi saja digubuk ku, biar kucoba untuk menasehati kaisar itu" katanya pada para hewan seraya beranjak pergi menemui rombongan kaisar.
Betapa murkanya kaisar Yang Guang melihat seorang bocah ingusan menghadang rombongannya & bahkan berani menasihatinya agar jangan sembarangan membunuh , dia pun mehardik "Dasar pendeta busuk, beraninya kau menasihati tim (4) agar jangan berburu disini! Dunia beserta isinya ini kan milik saya, jadi mau saya bunuh, saya jarah, ya terserah saya dong! Pengawal, cepat penggal saja bocah tak tahu diri ini!
Tang! Teng! Begitu suara golok para pengawal menebas kepala Liu Jang Jeng, tp bukannya kepala pemuda itu yg jatuh ketanah malah golok mereka yg patah jadi dua. Melihat pendeta didepannya ternyata bukan orang biasa, baginda Yang cepat2 turun dari kudanya & meminta maaf "Oh maaf, maaf...rupanya mata saya yg rabun sehingga tidak bisa melihat orang sakti seperti pendeta, sebagai permintaan maaf bagaimana kalau pendeta saya jamu di istana?".
Liu jangJeng sebenarnya enggan menerima tawaran itu karena dia tahu Yang Guang adl kaisar yg lalim. Namun setelah dipikir2 lagi; alangkah bagusnya bila ia dapat bersahabat dengan sang kaisar agar dapat senantiasa menasehatinya. Ahirnya Liu pun menyetujuinya & duduk berdampingan dengan kaisar didalam kereta kencana yg membawa mereka keistana.....
Sesampainya diistana Liu langsung disambut bak tamu agung & menjadi pusat perhatian, khususnya bagi para dayang & selir2 istana yg tersepona dg ketampanan pemuda ini. Setelah dijamu besar2an dg sajian mewah khas kekaisaran, Liu pun dipersilahkan untuk beristirahat dikamar kehormatan. Malamnya pintu kamar Liu diketuk, namun betapa terketjutnya ia karena yg berdiri didepan pintunya ternyta adalah yg mulia permaisuri. Dg gugup Liu pun berkata "Maafkan kelancangan pinto, tp rasanya tidak baik bila yg mulia datang kesini malam2 begini"
"Tak usah khawatir tuan, pengawal2 itu sudah kusuruh pergi. Jadi tidak akan ada yg tahu"
"Tp pinto tetap merasa tak enak hati...."
"Ah tuan mengapa kau sungkan sekali sih, ketahuilah walaupun aku adl permaisuri namun aku sangat menderita karena setiap hari harus melayani kaisar lalim itu. Sebaliknya kau tuan, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu, seolah2 kita pernah berjodoh dikehidupan sebelumnya. Jadi bagaiamana bila malam ini kita melarikan diri saja"
"Mohon maaf yg mulia, tp itu tidak mungkin. Pinto adl seorang pendeta jadi tidak mungkin menikah, apalagi pinto datang kesini atas kemurahan hati baginda, jadi mana bisa pinto menghianatinya"
Sang permaisuri jelas tak puas dengan jawaban itu & terus merayunya, namun karena terus ditolak ahirnya dypun mendesah sedih & berkata "Oh begitu, kalau begitu memang nasibku yg malang....tapi... tapi....setidaknya maukah kau berjanji untuk menikahiku dipenitisan berikutnya?"
Karena merasa tak enak hati & diam2 senang juga (bagaiamanpun Liu Jang Jeng masih sangat muda & belum pernah melihat wanita secantik ini) sang pemudapun akhirnya menyanggupi permintaan itu. Baru saja permaisauri menginggalkan kamarnya, tiba2 muncullah MiaoLe TianZhun yg langsung menegurnya "Muridku, apakah yg baru kau bicarakan dg permaisuri malam2 begini?"
"Oh eh errrr bukan apa2 kok, kami cuma ngobrol soal agama saja."
"Bohong! Bukanya tadi kau berjanji akan menikahi dikehidupan mendatang? Oh muridku, bila kau memang ingin menjadi dewa bagaiamna mungkin kau masih ingin menikahi wanita cantik....itu berati hatimu belum bersih & masih dikuasai nafsu! Sia-sialah pertapaanmu selama ini!"
Dg perkataan Miao Le itu, maka Liu Jang Jeng resmi gagal mejadi dewa dikehidupan ini dan harus mencobanya lagi direinkarnasi berikutnya....
Bersambung....
Catatan:
(1) Bodhisatva adl pengikut Budha yg sudah mencapai kesempuranaan & bisa hidup bahagia dinirwana, namun memilih tetap tinggal dibumi untuk menolong manusia
(2) DouBao asalnya adl pengikut dewa jahat TongTian yg bertobat setelah ditaklukan Budha (ttg TongTian JiaoZu bisa dilihat dalam artikel TongTianJiaoZu sang mahaguru para siluman dihalaman)
(3) Pendeta Tao biasa menyebut dirinya dg kata ganti "pinto" (pinto=saya)
(4) Untuk membedakannya dg rakyat biasa, kaisar menggunakan kata ganti "tim/cen" untuk menyebut dirinya (tim/cen=beta/ingsun)
(1) Bodhisatva adl pengikut Budha yg sudah mencapai kesempuranaan & bisa hidup bahagia dinirwana, namun memilih tetap tinggal dibumi untuk menolong manusia
(2) DouBao asalnya adl pengikut dewa jahat TongTian yg bertobat setelah ditaklukan Budha (ttg TongTian JiaoZu bisa dilihat dalam artikel TongTianJiaoZu sang mahaguru para siluman dihalaman)
(3) Pendeta Tao biasa menyebut dirinya dg kata ganti "pinto" (pinto=saya)
(4) Untuk membedakannya dg rakyat biasa, kaisar menggunakan kata ganti "tim/cen" untuk menyebut dirinya (tim/cen=beta/ingsun)
bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar