Nezha (Hokkien=Lô-chhia; hanzi=哪吒; pinyin=Nézha) merupakan salah satu dewa pelindung dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Gelar resminya dalam Taoisme adalah "Marsekal Altar Pusat" (Hanzi=中壇元帥; pinyin=Zhōng Tán Yuánshuài). Setelah menjadi dewa, ia diberi gelar "Putera Mahkota Bunga Teratai Ketiga" (Hanzi=蓮花三太子; pinyin=liánhuā sān tàizǐ). Kisahnya muncul dalam dua karya sastra Dinasti Ming, yaitu Fengshen Yanyi dan Perjalanan ke Barat.[2]
Nezha seringkali
ditampilkan sebagai seorang remaja. Ia sering digambarkan sedang terbang
di angkasa sambil mengendarai Roda Angin Api (hanzi=風火輪;
pinyin=fēnghuǒlún), membawa Gelang Semesta (hanzi=乾坤圈; pinyin=qiánkūn
quān) di tubuhnya (terkadang di tangan kiri), Selempang Sutera Melebur
Langit (hanzi=浑天绫; pinyin=húntiānlíng) di pundaknya, dan Tombak Berujung
Api (hanzi=火尖槍; pinyin=huǒjiānqiāng) di tangan kanan. Terkadang ia juga
ditampilkan dalam wujud tiga kepala dan enam lengan (Hanzi=三頭六臂;
pinyin=sāntóuliùbì; idiom=memiliki kemampuan luar biasa/ kekuatan
hebat) serta dalam beberapa legenda dikisahkan dapat menyemburkan
pelangi. Kisahnya dalam menaklukkan lautan adalah kisah yang paling
dikenal oleh masyarakat China.
Mitologi dan literatur Sunting
Fengshen Yanyi Sunting
Fengshen Yanyi mengisahkan Nezha lahir pada masa Dinasti Shang pada sebuah benteng militer di Jalur Chentang. Ayahnya adalah komandan militer bernama Li Jing (李靖), yang selanjutnya bergelar "Raja Langit Pembawa Pagoda". Ibunya yang bernama Nyonya Yin (殷氏) melahirkan sebongkah daging setelah melalui masa kehamilan selama tiga tahun enam bulan. Li Jing berpikir bahwa istrinya melahirkan siluman sehingga menetak bola daging tersebut dengan pedangnya sehingga terbelah. Selanjutnya, Nezha melompat keluar dari belahan daging dalam wujud seorang bocah yang langsung dapat berbicara dan berjalan. Sebelum melahirkan Nezha, Nyonya Yin telah memiliki dua putra bernama Jinzha (金咤), murid Wenshu Guangfa Tianzun, dan Muzha (木咤).[2]
Fengshen Yanyi mengisahkan Nezha lahir pada masa Dinasti Shang pada sebuah benteng militer di Jalur Chentang. Ayahnya adalah komandan militer bernama Li Jing (李靖), yang selanjutnya bergelar "Raja Langit Pembawa Pagoda". Ibunya yang bernama Nyonya Yin (殷氏) melahirkan sebongkah daging setelah melalui masa kehamilan selama tiga tahun enam bulan. Li Jing berpikir bahwa istrinya melahirkan siluman sehingga menetak bola daging tersebut dengan pedangnya sehingga terbelah. Selanjutnya, Nezha melompat keluar dari belahan daging dalam wujud seorang bocah yang langsung dapat berbicara dan berjalan. Sebelum melahirkan Nezha, Nyonya Yin telah memiliki dua putra bernama Jinzha (金咤), murid Wenshu Guangfa Tianzun, dan Muzha (木咤).[2]
Pada suatu
hari, penduduk Jalur Chentang memohon hujan kepada Raja Naga Laut
Timur, Ao Guang, dengan mempersembahkan banyak makanan. Namun, Raja Naga
tersebut menolak persembahan mereka dan meminta sepasang bocah pria dan
wanita untuk dimakan. Ia mengutus Ye Sha untuk menangkap seorang bocah
pria dan wanita. Saat Nezha dan dua anak yang lain bermain di laut, Ye
Sha muncul dan menangkap salah satu temannya. Nezha melawan Ye Sha dan
membuatnya terluka parah sehingga ia kabur dan kembali ke rajanya. Raja
Naga mengutus putera ketiganya, Ao Bing, untuk melawan Nezha, tetapi ia
justru terbunuh. Hal tersebut membuat Ao Guang memanggil
saudara-saudaranya untuk menghadapi Nezha beserta keluarganya dengan
mengancam akan membuat banjir di Jalur Chentang serta melaporkan
perbuatan Nezha kepada Kaisar Giok. Demi keluarganya dan penduduk
Chentang, Nezha memutuskan untuk bunuh diri dengan mengupas dagingnya
dan melepaskan tulang-tulangnya untuk "dikembalikan" kepada orang tuanya
sebagai pembayaran jasa karena telah melahirkannya. Para Raja Naga
merayakan peristiwa tersebut secara besar-besaran.
Versi lain
menyebutkan bahwa penyebab kemarahan Raja Naga Laut Timur adalah pada
saat Nezha berenang di laut, gerakannya membuat aliran air laut yang
kuat sehingga mengganggu istana kediaman Raja Naga. Itulah sebabnya Raja
Naga mengutus putranya yang akhirnya tewas dibunuh oleh Nezha dan
selanjutnya menuntut balas kepada Li Jing.[2]
Setelah
kematiannya, Nezha muncul dalam mimpi ibunya dan memohon untuk membangun
sebuah kuil agar jiwanya memiliki tempat untuk beristirahat. Hal ini
berhubungan dengan peristiwa kelahiran Nezha karena pada malam sebelum
melahirkan, Nyonya Yin bermimpi seorang Taois menaruh sesuatu di dadanya
sambil berkata kepadanya untuk mengambil anak tersebut. Pada kedua
kejadian tersebut, mimpi digunakan sebagai alat penyampai pesan. Nyonya
Yin kemudian membangun sebuah kuil untuk Nezha secara diam-diam. Kuil
tersebut menjadi maju dan terkenal karena Nezha memberikan penyembuhan
penyakit dan cacat. Li Jing akhirnya mengerti mengenai kuil tersebut
kemudian membakarnya karena ia masih marah kepada Nezha dan
menganggapnya terlalu banyak menimbulkan masalah bagi keluarga mereka.
Perbuatan Li Jing menyebabkan Nezha marah dan menginginkan kematian
ayahnya.
Taiyi Zhenren kemudian mengangkat Nezha sebagai murid
dan memberinya tubuh yang terbuat dari akar teratai. Ia juga memberi
Nezha dua buah senjata, yaitu sepasang Roda Angin Api dan Tombak
Berujung Api. Dengan kedua senjata itu, Nezha selanjutnya mengalahkan
para Raja Naga.[3] Dengan tubuh baru itu pula, Nezha berkali-kali
bertempur melawan ayahnya. Li Jing yang menyadari bahwa tubuh manusianya
tidak dapat menghadapi Nezha akhirnya melarikan diri untuk
menyelamatkan nyawanya. Saat melarikan diri, Li Jing bertemu Muzha,
putra keduanya. Muzha bertempur melawan Nezha tetapi berhasil
dikalahkan. Hal itu membuat Li Jing bermaksud untuk bunuh diri, tetapi
berhasil dicegah oleh Wenshu Guangfa Tianzun. Pada akhirnya, Nezha
dipaksa untuk tunduk kepada ayahnya oleh dewa yang lain yaitu Randeng
Daoren.
Pada saat pemerintahan Dinasti Shang menjadi sangat
korup, Nezha bersama ayah dan saudara-saudaranya membantu Raja Wu untuk
membangun Dinasti Zhou.[2]
Perjalanan ke Barat Sunting
Dalam Perjalanan ke Barat, Nezha memiliki kedudukan sebagai jenderal dibawah ayahnya, "Raja Langit Pembawa Pagoda" Li Jing. Ia melawan Sun Go Kong saat si raja kera memberontak terhadap Kaisar Giok tetapi mengalami kegagalan.[2][4]
Dalam Perjalanan ke Barat, Nezha memiliki kedudukan sebagai jenderal dibawah ayahnya, "Raja Langit Pembawa Pagoda" Li Jing. Ia melawan Sun Go Kong saat si raja kera memberontak terhadap Kaisar Giok tetapi mengalami kegagalan.[2][4]
Asal-usul Sunting
Patung bayi Krishna yang ditampilkan saat perayaan Janmashtami.
Meir Shahar mengungkapkan teori bahwa Nezha berasal dari dua tokoh dalam Mitologi Hindu. Tokoh pertama adalah seorang yaksha dalam Ramayana yang bernama Nalakuwara, putera Raja Yaksha Kubera dan keponakan Rawana. Hubungan tersebut berasal dari variasi nama mandarinnya yang muncul dalam sutra-sutra Buddhis. Variasi mula-mula Naluojiupoluo (那羅鳩婆羅) berubah menjadi Naluojubaluo (捺羅俱跋羅), Nazhajuwaluo (那吒矩韈囉), dan akhirnya menjadi Nazha (那吒). Penambahan "radikal mulut" (口) pada aksara Na (那) mengubah nama tersebut menjadi bentuknya yang sekarang yaitu Nezha (哪吒).
Meir Shahar mengungkapkan teori bahwa Nezha berasal dari dua tokoh dalam Mitologi Hindu. Tokoh pertama adalah seorang yaksha dalam Ramayana yang bernama Nalakuwara, putera Raja Yaksha Kubera dan keponakan Rawana. Hubungan tersebut berasal dari variasi nama mandarinnya yang muncul dalam sutra-sutra Buddhis. Variasi mula-mula Naluojiupoluo (那羅鳩婆羅) berubah menjadi Naluojubaluo (捺羅俱跋羅), Nazhajuwaluo (那吒矩韈囉), dan akhirnya menjadi Nazha (那吒). Penambahan "radikal mulut" (口) pada aksara Na (那) mengubah nama tersebut menjadi bentuknya yang sekarang yaitu Nezha (哪吒).
Tokoh kedua adalah dewa anak Krishna. Baik Krishna
dan Nezha diceritakan berhasil mengalahkan naga perkasa Kaliya dan Ao
Bing. Bhagawatapurana mengisahkan Nalakuwara diselamatkan oleh bayi
Krishna dari dalam penjaranya, yaitu sebuah sebuah pohon. Sebuah sutra
Buddha Tantra pada abad ke-10 menyebutkan seorang dewa kanak-kanak
bernama Nana (那拏) yang sepertinya merupakan amalgam antara Krishna dan
Nalakuwara. Selain itu, Kubera (ayah Nalakuwara) dimasukkan ke dalam
pantheon Buddhis sebagai Raja Langit Waisrawana. Shahar menyebutkan
bahwa Waisrawana memiliki koneksi dengan Jenderal Li Jing dari Dinasti
Tang. Hal ini menjelaskan nama dan kedudukan ayah Nezha, yaitu Raja
Langit Pembawa Pagoda Li Jing.
Trims infonya. Sangat menarik kisahnya..
BalasHapus