Kisah Umur Hidup Manusia
Ketika Thian menciptakan dunia dan akan menentukan umur mahkluk hidup, datanglah seekor Keledai dan bertanya,
Keledai : “Thian, berapa lama aku harus hidup?”
Thian : “30 tahun” jawab Thian, “Setuju?”
Keledai : “Wah Thian, itu umur kepanjangan! Pertimbangkanlah
kehidupanku yang teramat susah payah, dari pagi sampai malam mengangkat
barang bawaan berat, mengangkuti karung-karung beras ke penggilingan
padi, sementara hadiahnya hanya pukulan dan tendangan! Tolonglah kurangi
umur yang panjang itu.”
Maka berbelas kasihanlah Thian dan menghadiakan keledai umur 18 tahun. Dan pergilah Keledai dengan senang hati.
Setelah itu muncullah Anjing
Thian : “Berapa lama kamu mau hidup?”, tanya Thian kepada Anjing,
“untuk Keledai 30 tahun kebanyakan, tapi kamu mungkin tidak keberatan”.
Anjing : “Oh Thian, apakah itu keinginanmu? Pertimbangkanlah, berapa
banyak aku harus berlari-larian, mana tahan tuh kaki ku? Lalu suara
untuk menggongong akan hilang, dan kemudian gigi untuk menggigit pun
menjadi ompong. Yang bisa aku lakukan hanyalah berlarian dari pojok ke
pojok sambil mengereng-gereng!”.
Thian melihat bahwa anjing benar, maka dihadiahkanlah anjing umur sebanyak 12 tahun.
Kemudian datanglah Monyet
Thian : “Kamu mungkin ingin hidup 30 tahun”, kata Thian kepada Monyet.
“Kamu tidak usah kerja seperti keledai dan Anjing, kamu hanya akan
bersenang senang saja”.
Monyet : “Wah Thian! Kelihatannya saja,
sebenarnya bukan begitu. Bila ada hujan cendol aku tidak punya sendok.
Aku harus melakukan hal-hal yang lucu, membuat mimik badut supaya
orang-orang pada tertawa. Bila aku mendapat buah mangga dan buah
tersebut kugigit, biasanya mangga asem. Betapa banyak kesedihan di
belakang kesenangan tersebut, 30 tahun aku mana tahan!”.
Thian menjadi lunak dan berbelas kasihan, lalu menghadiahkan monyet umur sebanyak 10 tahun.
Akhirnya muncullah Manusia, riang gembira, sehat dan segar. Lalu memohon kepada Thian untuk ditentukan umur hidupnya.
Thian : “30 tahun kamu harus hidup!”Apakah itu cukup?”, tanya Thian kepada manusia.
Manusia : “Wah pendek amat tuh umur!”, teriak manusia. “Bila aku
selesai membangun rumahku dan api pendiangan di dapurku mulai menyala,
dan juga bila aku menanam pohon, kemudian pohon tersebut tumbuh dan
berbuah, aku lagi senang2nya dalam merasakan kehidupan, lalu aku harus
mati cepat!? Oh Thian, perpanjanglah umur hidupku!”.
Thian : “Akan Kutambahkan 18 tahun umur kehidupan keledai kepada umurmu”, kata Thian kepada manusia.
Manusia : “Itu tidak cukup!” jawab manusia.
Thian : “Kamu boleh juga mendapatkan 12 tahun umur kehidupan anjing”.
Manusia : “Masih juga kurang tuh!”. jawab manusia lagi.
Thian : “Hayo! Kalau begitu Aku akan berikan juga kepadamu 10 umur kehidupan monyet, lebih dari itu tidak ada”.
Maka pergilah manusia, walaupun hatinya merasa tidak puas.
Jadi, Manusia hidup 70 tahun; dimana 30 tahun pertama adalah umur
kehidupan manusia yang berlalu dengan cepat. Dia sehat, riang gembira,
bekerja dengan suka cita dan berpuas diri dengan keadaannya. Lalu
menyusul 18 tahun umur kehidupan keledai, dipundaknya dibebankan kerjaan
yang tidak ada habis habisnya. Dia harus membanting tulang supaya yang
lain bisa makan. Kemudian datanglah 12 tahun umur kehidupan anjing. Dia
diam di pojokan, mengereng-gereng tapi tidak punya gigi untuk menggigit
lagi. Dan bila waktu yang itu berlalu, datanglah 10 umur kehidupan
monyet melengkapinya. Dia menjadi dungu dan tolol, mengerjakan hal-hal
yang bersifat kekanak-kanakan.
Namun karena manusia jumlahnya
terlalu banyak, sedangkan malaikat maut cuma satu, saking tak keburu
nyabut nyawa manusia di umur 70 tahun, jadilah ada manusia yang dapat
bonus umur lagi, bahkan ada yang lebih dari 100 tahun.
Diterjermahkan secara bebas oleh Aldi Surjana (Truly The; 2007) dari Die Lebenszeit, Gebruder Grimm.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar