Mereka mengatakan kepada Hou Yi bahwa Ibu Raja yang tinggal di puncak Gunung Kunlun memiliki ramuan yang dapat membuat seorang abadi dan tetap cantik. Demi Chang-E, Hou Yi mendaki Gunung Kunlun yang penuh dengan bahaya, dimana akhirnya dia bisa menjumpai Ibu Raja. Karena pengorbanan yang dilakukan oleh Hou Yi begitu besar untuk mencapai puncak Gunung Kunlun, Ibu Raja memberikan sebuah pil keabadian.
Seseorang yang memakan pil ini akan dapat ke surga, Ibu Raja berkata
kepada Hou Yi, namun jika dua orang membaginya, maka mereka berdua dapat
hidup abadi. Mereka harus memakan pil itu tepat pada tanggal 15 bulan
8, ketika bulan penuh, demikian kata Ibu Raja lebih lanjut. Hou Yi
sangat gembira mengetahui hal tersebut, dan segera pulang ke rumah untuk
memberitahu Chang-E.
Mereka membagi pil tersebut menjadi dua dan
akan memakannya pada waktu yang telah diberitahu, sehingga mereka
berdua dapat menjadi abadi. Saat itu adalah tanggal 12 bulan 8, tiga
hari kemudian merupakan hari yang ditunggu. Namun Hou Yi mendengar
adanya “ramuan permata” di Gunung Tienshan yang dapat membuat wanita
semakin cantik.
Maka untuk membuat Chang-E bahagia dan menebus
kesalahan yang pernah dilakukan, Hou Yi pergi untuk mendapatkan ramuan
tersebut. Menurut perhitungan Hou Yi, dia akan mendapatkan ramuan itu
dan kembali ke rumah dalam waktu tiga hari. Karena Hou Yi ingin memberi
kejutan kepada Chang-E, dia tidak mengatakan apa-apa mengenai
kepergiannya. Tiga hari berlalu dan Chang-E melihat bahwa Hou Yi tidak
akan kembali.
Dia bertanya kepada Feng Meng mengenai hal itu, dan
Feng Meng berkata bahwa dia tidak diperbolehkan untuk berkata apa-apa.
Karena ditanya terus menerus, maka Feng Meng dengan liciknya mengatakan
bahwa, “Hou Yi tidak mengijinkan saya berkata apa-apa”. “Mengapa tidak?
Kemana dia pergi?”, tanya Chang-E. “Saya tidak dapat mengatakannya. Hou
Yi akan membunuh saya!” “Tidak. Hou Yi tidak akan melakukan apa-apa
terhadapmu. Katakan saja”, desak Chang-E. “Dia….dia pergi untuk mencari
Mi Fei”, bohong Feng Meng. Chang-E tertegun. Betapa tidak tahu budi
suaminya. Chang-E sangat marah mendengarkan hal itu.
Dan saat
bulan mulai muncul, Chang-E mengambil pil keabadian yang telah diberikan
oleh Hou Yi, perlahan-lahan menuju ke halaman dan memandang ke langit.
Dia mengenang semua kehidupan bahagia yang pernah dinikmati di surga.
Tidak ada banjir, tidak ada sakit, tidak ada penderitaan, dan tidak ada
kesedihan. Manusia harus mengalami semuanya. Betapa enak hidup di surga,
pikir Chang-E. Sekarang Chang-E memiliki pil keabadian. Namun, apakah
Hou Yi akan pulang?
Chang-E berpikir, mungkinkah Hou Yi berencana
untuk memakan pil itu berdua dengan Mi Fei dan meninggalkan dirinya?
Kebahagian di surga, dan penderita di dunia. Hati Chang-E dipenuhi
dengan berbagai kemelut emosi.
Tiba-tiba, Chang-E mendengar suara
derap tapak kuda, dan menebak bahwa itu pasti suaminya pulang. Dengan
penuh kebingungan, dia meminum pil itu semuanya, dan saat itu juga dia
merasa tubuhnya semakin ringan dan mulai melayang di udara. “Chang-E!
Chang-E!”, teriak Hou Yi sambil memegang erat ramuan permata yang
didapatkan dari Gunung Tienshan. Namun Chang-E tidak menghiraukannya.
Chang-E terus melayang semakin cepat dan cepat.
Dengan penuh
kemarahan Hou Yi melempar ramuan permata dan mengambil busur serta panah
gaibnya, namun dia tidak berani untuk memanah. Chang-E ingin pergi ke
surga, namun dia malu kepara para Dewa-Dewi di surga yang telah
menyaksikan dirinya meninggalkan suaminya. Maka dia menjadi takut dan
mengubah arah ke bulan yang dingin dan sepi.
Hou Yi menyaksikan
semuanya dari bumi, dan berpikir bahwa dia dapat memanah jatuh bulan.
Dia dapat melakukan hal itu, namun dia tidak berani menghadapi kenyataan
bahwa dia akan membunuh istrinya yang tersayang. Maka, dengan penuh
kemarahan, dia mematahkan busur dan panah gaibnya. Kenapa harus tetap
memiliknya, jika dia ternyata tetap tidak dapat menolong istrinya?
Feng Meng dan Han Cho melihat semua kejadian dari tempat tersembunyi,
dan tersenyum bahagia. Hou Yi begitu sedih. Dengan satu perintah, dua
orang itu bersama empat pengikut mereka mendatangi dan akan membunuh Hou
Yi. Tapi, meski tanpa busur dan panah gaibnya Hou Yi tetap tidak dapat
dikalahkan dirinya berhasil mengalahkan dan membunuh murid-murid beserta
pengikut yang telah mengkhianatinya.
Kisah Dewi Bulan Dan Pemanah Matahari
Dan kemudian Hou Yi bimbang karena hidup sendiri di bumi, sedangkan
istrinya sudah mendarat di Bulan dan menjadi dewi Bulan yang konon
tinggal hanya dengan seekor kelinci pemberian dari dewi-dewi di surga.
Setiap malam Hou Yi hanya memandang indahnya bulan. Dia berpikir
istrinya juga merindukannya, maka dia setia menunggu Chang`E menengoknya
turun ke bumi.
Waktu terus berjalan, Hou Yi semakin tua. Setiap
malam Hou Yi selalu memandang ke bulan dan selalu menyediakan makanan
kesukaan istrinya Kue Bulan karena dia selalu berharap istrinya akan
turun kembali menemuinya di bumi. Namun ternyata hal itu tak dapat
terwujud hingga akhir usia Hou Yi.
Kaisar Langit yang melihat
kehidupan Hou Yi yang kesepian lambat laun merasa kasihan. Ketika Hou Yi
meninggal, Hou Yi diangkat oleh Kaisar Langit dan dijadikan Dewa
Matahari. Kini setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, ketika bulan
menunjukkan keindahan secara penuh, orang Tionghoa melihat ke bulan dan
mengingat Chang-E dan legendanya. Perayaan ini dikenal sebagai Perayaan
Pertengahan Musim Gugur, juga dikenal sebagai Perayaan Bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar