Hou Yi sangat mencintai istrinya, dan untuk menghindari pertengkaran
yang selalu terjadi, maka dia berkelana sendirian. Dengan cara ini dia
lebih dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan dunia. Dalam
pengembaraan, Hou Yi melakukan banyak perbuatan baik. Salah satu
perbuatan baik Hou Yi yang sangat terkenal adalah membunuh seekor
monster berkepala sembilan.
Semua perbuatan baik yang dilakukan
membuat nama Hou Yi semakin terkenal. Beberapa kali Hou Yi memohon
kepada Kaisar Langit agar dia dan istrinya dapat kembali ke surga, namun
Kaisar Langit tetap tidak memaafkan perbuatan Hou Yi. Sehingga lama
kelamaan, Hou Yi dan Chang-E harus berusaha keras agar dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia. Manusia tidak dapat
menghindar dari sakit, derita, kesedihan, dan kecemasan.
Maka
saat Hou Yi berkelana, yang bertujuan untuk melakukan banyak perbuatan
baik bagi rakyat jelata, semakin terdapat jarak antara dia dengan sang
istri. Pada saat itulah Hou Yi bertemu dengan Mi Fei, yang merupakan
salah satu wanita tercantik yang ada. Mi Fei merupakan salah satu
keturunan dari Fu Shi, penguasa legendaris Cina.
Dahulu, Mi Fei
kehilangan keseimbangan dan tenggelam di sungai Lo, yang kemudian
membuat Mi Fei menjadi Dewi Lo. Mi Fei menikah dengan Feng Yi, Dewa Air,
yang mengendalikan Sembilan Sungai. Mi Fei sedang bermain di sungai
suatu hari pada saat Hou Yi sedang mengendarai kuda. Karena Mi Fei telah
menikah dan tidak ingin orang asing melihatnya, maka dia menyelam ke
dalam air. Namun Hou Yi telah melihat Mi Fei dan mengira Mi Fei
tenggelam, maka Hou Yi meloncat ke sungai untuk menyelamatkan Mi Fei.
Secara tidak disadari, Mi Fei merasa senang pada saat ditolong oleh Hou
Yi. “Kamu lebih baik pergi, karena jika suamiku melihatmu maka kamu
akan mati”, kata Mi Fei memperingatkan Hou Yi. “Suamimu? Kamu memiliki
suami?”, tanya Hou Yi dengan penuh kekecewaan. “Siapakah dia?” “Feng Yi,
Dewa Air.” “Oh dia!”, kata Hou Yi sambil tertawa karena mendengar nama
Feng Yi yang memiliki reputasi buruk.
Dalam hati, Hou Yi sangat
menyayangkan kenyataan bahwa wanita cantik ini ternyata memiliki suami
semacam Feng Yi. “Bagaimana kamu bisa tertawa? Suamiku memiliki sifat
yang buruk, dan dia pasti akan membunuhmu.” “Maka apakah kamu adalah
Dewi Lo?”, tanya Hou Yi. “Ya!” “Itu tidak apa-apa! Jika Feng Yi memang
bisa membunuhku, saya tidak akan keberatan selama saya bisa bersama
wanita cantik sepertimu”, kata Hou Yi.
“Namun saya meragukan
kemampuan Feng Yi bisa menandingi kemampuan seseorang yang mampu
membunuh matahari di langit”. Mi Fei melihat busur dan panah gaib yang
ada dan menyadari siapakah Hou Yi sebenarnya. Mungkin karena Mi Fei
menyukai Hou Yi, atau karena Mi Fei merasa kesepian sekian lama, maka Mi
Fei tiba-tiba menangis di pundak Hou Yi. Hou Yi juga melupakan sang
istri di rumah.
Hou Yi melupakan Chang-E, Mi Fei melupakan Feng
Yi. Namun percintaan mereka tidak kekal. Pada suatu hari saat mereka
sedang berbincang-bincang dengan mesra di tepi sungai, Feng Yi memergoki
mereka. Dia sangat marah dan mengubah diri menjadi seekor naga putih.
Lalu mengamuk, menyapu semua kuda-kuda dan menghancurkan ladang
pertanian yang ada di sekitar sungai. Berpikir bahwa naga itu adalah
seekor naga yang jahat, Hou Yi mengambil busurnya dan melepaskan sebuah
panah. Mi Fei berusaha menghentikan Hou Yi, karena dia mengetahui
penyamaran suaminya, namun dia terlambat. Panah itu membutakan satu mata
Feng Yi, yang lalu melaporkan kejadian itu kepada Kaisar Langit.
Karena Hou Yi telah banyak melakukan perbuatan baik dan menghadapai
kenyataan bahwa sebenarnya Hou Yi sedang menjalani hukuman karena
membunuh sembilan matahari, maka Kaisar Langit hanya mengatakan agar Hou
Yi tidak menemui Mi Fei lagi. Patah hati! Maka satu-satunya yang bisa
dilakukan Hou Yi adalah pulang ke rumah. Namun, Chang-E tidak menyambut
dengan gembira.
“Bagaimana bisa kamu pulang kesini setelah apa
yang kamu lakukan? Pulanglah kamu ke perempuan yang tidak tahu malu
itu!”, kata Chang-E. Hou Yi tidak berkata apa-apa, karena menyadari
bahwa dirinya memang bersalah. Sementara itu Feng Yi yang masih tidak
puas dengan keputusan Kaisar Langit, memanggil para naga dari Sembilan
Sungai dan memerintahkan mereka membuat awan dan hujan selama satu bulan
penuh.
Bencana ini menandingi bencana yang pernah ditimbulkan
sepuluh matahari. Semua binatang dan tanaman tenggelam, yang menyebabkan
rakyat kelaparan. Maka sekali lagi Hou Yi memanggul busur dan panahnya,
memanggil semua pengikutnya dan pergi berburu burung, binatang, dan
ikan untuk memberi makan Chang-E dan para anggota sukunya. Chang-E tidak
merasa senang dengan memakan binatang-binatang liar ini. Dia ingin
makan buah-buahan dan dia meminta Hou Yi menunjukkan kegagahannya.
“Saya dahulu dapat mengambil bintang untukmu”, kata Hou Yi, “namun
sekarang kita adalah manusia dan seluruh daerah dilanda banjir dan
semuanya mati, dimana kamu mengharapkan saya bisa mendapatkan
buah-buahan?”
“Itu semua salahmu! Kenapa kamu harus membunuh
sembilan matahari itu? Seharusnya kamu sadar bahwa mereka adalah anak
dari Kaisar Langit. Dan bagaimana kamu bisa juga bermesraan dengan Mi
Fei yang telah menikah dengan Feng Yi? Kamu tidak tahu malu!”, teriak
Chang-E sambil menangis. Hou Yi menyadari bahwa dirinya memang salah.
“Baiklah, itu semua salahku. Tenanglah. Marah akan membuat kamu cepat
menjadi tua”, kata Hou Yi dengan penuh kesabaran.
Mendengar kata
“tua”, Chang-E tertegun dan melihat bayangannya di air. Dan Chang-E
terkejut menyaksikan kerut-kerut pada mukanya. Dia menyadari bahwa itu
adalah sesuatu yang wajar pada manusia, dan kejadian itu tidak dapat
dihindarinya. Chang-E berteriak-teriak histeri. “Saya tidak ingin
berubah! Saya tidak ingin menjadi jelek! Saya ingin kembali ke surga!”
“Itu tidak mungkin”, kata Hou Yi, “Kaisar Langit tidak mengijinkan kita
kembali.” “Saya tidak mau tahu! Saya tidak mau menjadi tua! Saya tidak
mau menjadi jelek! Kamu harus menemukan cara agar saya tetap abadi dan
cantik!” “Baik, baik. Saya akan memikirkan caranya”, kata Hou Yi. Hou Yi
kebingungan. Dimana dia bisa mendapatkan cara membuat seseorang abadi
dan tetap cantik?
Namun bila dia tidak mendapatkannya, itu akan
berterusan tanpa akhir. Maka dia pergi dan tidak berani pulang ke rumah.
Hou Yi ingin pergi ke tempat Mi Fei namun dia takut melanggar perintah
Kaisar Langit, itu membuat semangatnya semakin turun dari hari ke hari.
Hou Yi menjadi pemabuk, dan mulai menunjukkan sifat kasar.
Hou Yi
mulai bersikap kasar kepada para murid dan anggota sukunya. Dan itu
membuat orang-orang tidak menyukai Hou Yi, terutama Feng Meng dan
seorang anak buah Feng Meng, Han Cho. Feng Meng telah lama belajar
memanah dari Hou Yi, dan merasa bahwa dirinya sudah melebihi Hou Yi. Dia
secara rahasia menyukai Chang-E, namun tidak berani bertindak apa-apa
karena dia takut akan busur dan panah gaib yang dimiliki Hou Yi.
Sedangkan Han Cho adalah seorang tamak yang menginginkan menjadi ketua
menggantikan Hou Yi, tentunya jika Hou Yi dibinasakan. Maka mereka
berdua merencanakan hal jahat terhadap Hou Yi dan Chang-E.
Bersambung....