Memelihara babi umum dilakukan di antara keluarga petani dan merupakan sumber pendapatan yang bagus. Akibatnya, banyak tabu harus ditaati ketika memelihara babi. Di provinsi Hunan, mereka yang menernakkan bbai memuja 'Dewa Pemilahara'. Selama tahun baru, mereka akan menulis frasa 'Dewa Pemelihara' pada kertas merah dan menaruhnya di kandang babi untuk mencegah babi terjangkit flu babi. Mereka juga menulis kata kata "Tuan Chiang Tua ada di sini" di kertas merah dan menempelnya di kandang babi pada hari kelima bulan kelima. Praktik ini untuk menaruh roh penyakit menular, supaya mereka tidak memasuki kandang babi.
Ketika membangun kandang babi, bukan hanya Feng Shui dan fondasi yang dipertimbangkan, tanggal bagus juga harus dipilih untuk upacara pemecahan tanah. Setelah selesai, catatan dengan kata 'semua ternak berkembang pesat' akan ditempelkan di dalam kandang untuk memohon pertumbuhan babi yang terus menerus. Pembeli babi menghindari membeli babi yang terus menerus. Pembeli babi menghindari membeli babi yang kepalanya terlalu besar karena babi tersebut tidak bisa bertumbuh dengan cepat. Mereka juga menghindari membeli babi hitam dengan sejumlah bulu putih di kepalanya atau babi putih dengan sejumput bulu hitam. Babi dengan ekor berbeda warna juga dihindari karena babi itu tidak berumur panjang. Setelah membawa pulang babi, bulu kerasnya dipotong dan air beras dituangkan di kepalanya untuk melambangkan kepemilikan.
Memotong ternak harus dilakukan dalam satu goresan. Goresan berulang harus dihindari karena merupakan petanda buruk dan menandakan kesulitan pada tahun mendatang. Setelah menusuk tenggorokan babi dan menaruh pisau di tanah, orang harus memastikan agar unjung pisau tidak mengarah ke pintu utama. rumah pemilik, untuk menghindari kemarahan dewa. Setelah memotong babi, satu atau dua jin daging dipotong dan dipersembahkan pada 'Dewa Pemelihara', sebelum dagingnya dimakan. Bila hal ini tidak dilakukan, pemilik akan mengalami kesulitan memelihara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar