Ada banyak tabu untuk penampil opera.Misalnya, ada aturan bahwa orang harus membungkuk dan memuja properti yang digunakan, atau akan terjadi kemalangan di panggung. nMereka yang melanggar aturan ini tidak diizinkan terus bekerja dalam industri ini.
Rumah opera atau teater yang baru selesai perlu mengadakan upacara yang dikenal sebagai "memecah panggung". Janggut merah akan digantung di tembok di belakang panggung untuk melambangkan hakim yang bisa mengusir yang jahat. Pada malam hari, seorang aktor dengan keterampilan bela diri akan berperan sebagai ahli Tao dan ia akan naik ke panggung mengejar 'siluman betina' yang dimainkan oleh aktor lain. Ayam jantan disembelih dan darahnya dicipratkan di seluruh panggung. Petasan dinyalakan diikuti oleh bunyi tambur.
Pertunjukan pada tanggal buruk dihindari. Ada bulan genap di mana pertunjukan tidak diperbolehkan, seperti pada bulan kedua, ketiga, ketujuh atau kedelapan.
Tabu untuk penampil juga muncul dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka paling takut menjadi tuli dan bisu. Karenanya, ketika berkumur, mereka menghindari berbicara karena kata-kata mereka akan terdengar seperti gumam, seperti orang tuli bicara. Mereka juga tidak diperbolehkan membaca komik, untuk menjauhi kebisuan.
Penampilan opera juga sangat memperhatikan pewarisan bakat Seni. Bila Seni harus diwariskan, ia hanya diwariskan pada pria, bukan wanita, dan pada menantu perempuan, bukan orang luar, karena takut itu akan "memecahkan mangkuk nasi". Bila seorang murid diterima, ia akan dilatih di balik pintu tertutup.
Sekarang dengan naiknya status sosial penampil opera, banyak tabu ini tidak lagi dipenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar