Sang Dewa Tuan Rumah di Klenteng Toa Se Bio
Dewa Tuan Rumah di Klenteng Toa Se Bio
Toa Se Bio adalah salah satu dari klenteng tua yang masih berdiri di Jakarta. Berdiri di jl Kemenangan, Jakarta Barat kurang lebih sejak tahun 1751 menurut penelitian C Salmon dan Lomberd. Akan tetapi, dalam suatu kesempatan perbincangan, seorang pengurus memberikan keterangan bahwa sebelum 1740 sudah berdiri klenteng di tempat itu yang terbakar habis dalam pembantaian tionghoa di tahun 1740. Ada kemungkinan 1752 adalah masa pembangunan ulang klenteng tersebut.Ada sekitar 20an altar di Klenteng ini. Tuan rumah, tentu saja Cheng Goan Cheng Kun yang mana altarnya berdiri tegak lurus dengan pintu masuk klenteng.
Cheng Goan Cheng Kun (清源真君 / Qing Yuan Zhengjun)adalah dewa yang dipercayai masyarakat Tionghoa dalam menjaga kota yang dikelilingi perairan. Dari peta Batavia abad 17-18, terlihat pada sisi barat, timur dan selatan tembok kota Batavia terdapat sungai yang membatasi kota dengan luar kota. Sedangkan sisi utara kota adalah Laut Jawa. Dengan demikian adalah tepat jika masyarakat Tionghoa pada masa itu mempercayakan kota Batavia pada Dewa Cheng Goan Chengkun dan memohon pada beliau agar menjaga kota tersebut.
Cheng Goan Cheng Kun dalam banyak naskah disebut sebagai nama lain dari Erlang Shen dengan nama lainnya yaitu: Yangfu yuanshuai (楊府元帥), Zhenjun ye (真君爺) dan Shuaiye gong(帥爺公). Beliau juga dihubungkan kisahnya padaNalakūvala serta Zhongtan Yuanshuai (中壇元帥). Adapun Erlang Shen adalah dewa bermata 3 dengan dikawal seekor anjing langit. Di Toa Se Bio, altar Anjing Langit terdapat pada bawah altar utama.
Klenteng Cheng Goan Cheng Kun kemudian disebut sebagai Toa Se Bio alias Dashi Miao大师廟 adalah karena kisah Cheng Goan Cheng Kun yang juga secara umum disebut Dashigong大师公. Beliau adalah dewa pelindung daerah Changtai (Fujian selatan dan sekitarnya). Melihat dari kondisi masyarakat Tionghoa Batavia di masa itu yang mayoritas berasal dari daerah Fujian (Hokkian), maka tak heran jika sosok dewa di tanah Fujian tersebut terbawa hingga ke Batavia.
Terkait dengan bagaimana Cheng Goan Cheng Kun disebut sebagai dashigong, kisahnya terangkum sebagai berikut: pada zaman dinasti Ming, 50 li dari Tong’an pemerintah mendirikan pos penjagaan. Seorang pria yang rajin sembahyang pada Erlang Shen dengan membawa seekor anjing menjadi petugas di pos tersebut. Suatu ketika terjadi kerusuhan sehingga pos tersebut hancur dan pria tersebut meninggal. Namun demikian, anjingnya itu tetap setia menunggu di sana. Pada suatu hari, anjing itu menggondol pendupaan dan membawa ke gunung Feng Shan lalu terus tetap diam menunggu di sana. Orang-orang yang terenyuh, mendirikan tempat untuknya berteduh dan menancapkan batang hio ke pendupaan. Lalu, selang beberapa lama, anjing itu menghilang.
Kesaktian dewa di gunung tersebut terbukti dalam beberapa pristiwa membuat penduduk hendak mendirikan kuil untuk rasa syukurnya. Di suatu hari, seorang penduduk bermimpi. Dalam mimpi tersebut ia diberi petunjuk jika ingin melihat wajah dewa tersebut, bisalah meniru wajah pejabat tinggi yang lewat esok harinya. Ternyata benar. Keesokannya lewat seorang pejabat dengan gelar Shizhi Zhihui dashi. Maka, wajah dewa digambarkan serupa dengan pejabat tersebut dan dinamakan Dashi gong.
Foto altar utama (cheng Goan Cheng Kun) di Toa Se Bio ( Foto kolekksi Lia Zhang )
Foto altar anjing langit di Toa Se Bio ( Foto koleksi Lia Zhang )
Referensi:
Kwa Tong Hay. Dewa-Dewi Klenteng: Edisi Kedua yang Diperbaiki. 2013. Bandung: Bina Manggala Widya
Salmon, C. & Lombard. Klenteng-Klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta. 2003. Jakarta: Cipta Loka Caraka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar