Yu Huang Da Di banyak dikisahkan atau muncul dalam berbagai cerita legenda di China.
Asal-usul
Dikisahkan bahwa Yu Huang sebenarnya merupakan putera mahkota Negeri yang Bercahaya Terang Benderang dan Elok penuh Suka-cita (Hanzi: 光嚴妙樂;hanyu pinyin: Guang Yan Miao Le). Ayah dia adalah Raja Jing De Guo Wang (淨德國王; Hokkien= Ceng Tee; lit. "Dermawan Suci-Murni") dan ibu dia Ratu Bao Yue Guang Wang Hou (寶月光王后; "Cahaya Rembulan yang Indah").[2][3] Negeri tersebut berada di daratan Tiongkok pada masa yang sangat lampau. Rakyatnya semua hidup bahagia, apa yang dikehendaki pasti akan terkabul.[4]
Raja dan permaisuri telah berusia lanjut, tetapi belum memiliki putera sebagai penyambung keturunan dan melanjutkan tahta kerajaan. Selama bertahun-tahun mereka berdoa kepada Thian, hingga suatu malam permaisuri bermimpi bertemu dengan Tai Shang Lao Jun yang sedang mengendarai kereta naga emas. Ia sedang menggendong anak kecil yang bercahaya, sang permaisuri memohon agar bayi itu diserahkan kepadanya. Tai Shang Lao Jun bersedia dan tak lama kemudian permaisuri hamil, setelah sembilan bulan melahirkan seorang putera.[4]
Saat kelahirannya, Yu Huang memancarkan cahaya luar biasa yang memenuhi seluruh kerajaan. Saat masih muda, dia sangat baik, pandai, dan bijak. Ia mengisi seluruh masa kanak-kanaknya dengan menolong yang membutuhkan (yang miskin dan menderita, yang ditinggalkan dan sendirian, yang lapar dan lumpuh). Terlebih lagi, ia menghormati dan murah hati kepada manusia dan semua makhluk.
Setelah ayahnya meninggal, dia naik tahta. Ia memastikan setiap orang di kerajaannya menemukan kedamaian dan tercukupi. Setelah itu, Yu Huang mengatakan kepada para menterinya bahwa dia ingin mempelajari Tao di atas Tebing Terang dan Harum.
Setelah 1.550 kalpa, tiap kalpa adalah sepanjang 129.600 tahun, dia menerima Keabadian Emas (versi lain menetapkan bahwa dia memperoleh keabadian setelah melewati 1.750 ujian yang masing-masing adalah sepanjang 120.976 tahun[1]). Setelah seratus juta tahun pelatihan selanjutnya, akhirnya dia menjadi Yù Dì (berdasarkan penjabaran tersebut, panjang periode sebelum dia menjadi Kaisar Giok adalah sekitar 300.880.000 tahun).
Menolong manusia
Pada saat menjadi raja manusia, Yu Huang sangat bijaksana dan penuh welas-asih. Ia pergi bertapa dan menyelidiki sebab-musabab penyakit dan kematian pada diri manusia ke Siu Yen di negeri P'u Ming (Negeri yang Selalu Bercahaya) yang berada di Selatan. Setelah menemukan pengetahuan tentang kesukaran yang dialami umat manusia pada masa itu, ia kembali dan mengajarkan pengetahuan tersebut kepada rakyatnya.[4]
Setelah mangkat, raja yang bijaksana itu hidup abadi di langit. Ia selalu mengamati bumi dan terharu melihat keadaan manusia di bumi yang penuh kesukaran. Karena tidak tahan lagi melihat penderitaan umat manusia, 800 tahun kemudian ia memutuskan untuk turun sekali lagi ke bumi. Bumi ia tata kembali, hujan membasahi tanaman, bunga memenuhi bumi yang gersang dan sunyi, satwa dan unggas terbang dengan gembira, burung-burung bercicit menyemarakkan hutan yang sunyi, rakyat bersorak gembira menyambut tahun baru yang disemarakkan musim semi. Karena bukan penduduk bumi lagi, raja bijaksana harus kembali ke langit, tetapi ia berjanji untuk datang setiap tahun untuk membahagiakan umat manusia.[4]
Ribuan tahun kemudian, umat manusia mulai kehilangan makna kebahagiaan yang diberikan oleh raja bijaksana dan di mana-mana kejahatan mulai timbul. Saat ia turun untuk yang terakhir kalinya, manusia justru menangkap dan menganiayanya. Dengan kekuatannya, ia dapat bebas, tetapi tidak bersedia untuk datang lagi ke bumi. Rakyat baru menyadari siapa sosok yang baru saja mereka aniaya, tetapi semua sudah terlambat. Semenjak saat itu,manusia menyebutnya sebagai Yu Huang Da Di.[4]
Memusnahkan kejahatan
Salah satu legenda mengisahkan bagaimana Kaisar Giok menjadi pemimpin semua dewata di surga. Ini adalah salah satu dari sedikit legenda yang menampilkan Kaisar Giok benar-benar menunjukkan kekuatannya.
Pada permulaan waktu, bumi masih sukar untuk ditinggali; jauh lebih keras daripada zaman sekarang. Orang-orang sangat sulit bertahan hidup; tidak hanya mereka harus menghadapi kondisi yang sukar, tetapi juga karena ada banyak monster yang berkeliaran. Pada masa itu para dewata yang melindungi juga masih sedikit. Juga ada banyak iblis jahat serta kuat yang merusuhi para dewata di langit. Saat itu Kaisar Giok masih dewa biasa yang berkelana di muka bumi untuk menolong sebanyak mungkin manusia sesuai kesanggupannya. Ia merasa sedih karena kemampuannya terbatas dan hanya dapat meringankan penderitaan manusia. Dia memutuskan untuk undur diri pada sebuah gua di suatu gunung dan berlatih Tao kembali. Ia melampaui 3.200 ujian, setiap ujian adalah selama 3 juta tahun.
Sayangnya sesosok makhluk jahat yang sangat kuat—iblis, yang berdiam di bumi—berambisi untuk mengalahkan semua dewata dan roh-roh suci di surga serta memproklamirkan penguasaan atas seluruh alam semesta. Makhluk jahat tersebut juga undur diri bertapa untuk meningkatkan kekuatannya, saat itu Kaisar Giok sudah memulai pertapaannya. Ia melewati 3000 ujian, masing-masing sepanjang 3 juta tahun pula. Setelah melewati ujian terakhirnya, ia merasa yakin bahwa tidak ada yang bisa mengalahkannya. Ia kembali ke dunia dan merekrut pasukan iblis dengan tujuan menyerang surga.
Para dewata yang sadar akan bahaya tersebut segera mempersiapkan diri untuk perang. Namun mereka tidak mampu mengalahkan iblis maha kuasa itu dan semuanya terkalahkan.
Untungnya Kaisar Giok sudah menyelesaikan pelatihannya pada saat perang tengah berkecamuk. Ia mengubah dunia agar lebih mudah ditinggali oleh manusia dan mengusir semua jenis monster. Tiba-tiba dia melihat aura kejahatan bersinar dari surga dan menyadari ada sesuatu yang salah. Ia terbang naik dan melihat tengah terjadi perang di surga, para dewa yang ada tidak ada yang sanggup menahan iblis yang teramat kuat yang menyerang mereka. Kaisar Giok menengahi dan menantang si iblis sehingga keduanya bertarung. Gunung-gunung berguncang dan sungai serta lautan bergejolak; akhirnya Kaisar Giok menjadi pemenang karena pelatihannya yang yang lebih mendalam dan bijak, bukan untuk kekuatan tetapi untuk kewelasasihan. Setelah mengalahkan si iblis, semua iblis yang lain dicerai-beraikan oleh para dewata dan roh-roh suci.
Karena tindakan dia yang mulia dan bajik, para dewata, roh-roh suci, dan manusia mengangkat Kaisar Giok sebagai penguasa tertinggi dari semuanya.
Penciptaan
Legenda penciptaan China menyebutkan bahwa dunia dimulai dengan wuji (無極, kekosongan), Yu Huang merupakan kepala dari para dewata tetapi bukan merupakan sang pencipta. Taoisme menyebutkan bahwa para pencipta semesta adalah Sanqing.
Menurut versi lain kisah penciptaan, Yu Huang membentuk manusia-manusia pertama dari tanah liat kemudian menjemurnya di bawah terik matahari agar mengeras. Tiba-tiba turun hujan sehingga beberapa di antaranya menjadi rusak. Demikianlah dikatakan awal mula penyakit dan cacat tubuh.
Kisah penciptaan manusia dari lumpur juga didedikasikan kepada Nuwa yang membentuk manusia dari lumpur sungai kuning satu demi satu dengan kedua tangannya sendiri, menjadi orang-orang bangsawan. Setelah kewalahan, ia mencelupkan selendangnya ke dalam lumpur kemudian mengayun-ayunkannya. Tiap tetesan lumpur tersebut menjadi manusia-manusia biasa. Alternatif kisah penciptaan lain diberikan kepada Pangu di mana manusia awalnya adalah kutu di badannya.
Perjalanan ke Barat
Lihat pula: Perjalanan ke Barat
Pada novel populer karya Wu Chengen, Yu Huang muncul beberapa kali dalam kisahnya.
Gadis Penenun dan Gembala Sapi
Lihat pula: Festival Qixi
Dikisahkan bahwa Yu Huang memiliki putri bernama Zhinü (Hanzi: 織女;hanyu pinyin: zhī nǚ atau Chih'nü; Gadis Penenun). Gadis tersebut bertugas menenun awan berneka warna di surga. Versi lain menyebutkan putri itu adalah Dewi Penenun, putri Yu Huang dengan Ibu Ratu Surga, yang menenun Sungai Perak ( Bima Sakti), yang menerangi surga dan bumi. Versi lain lagi, ia adalah penjahit yang bekerja untuk Yu Huang.
Setiap hari Zhinü turun ke bumi dengan bantuan jubah ajaib untuk mandi. Suatu hari, seorang penggembala sapi yang sederhana bernama Niu Lang (Hanzi: 牛郎;hanyu pinyin: niú láng) melihat Zhinü saat ia sedang mandi di sungai kecil. Niu Lang jatuh cinta pada pandangan pertama kemudian mencuri jubah ajaib miliknya yang ditinggalkan di tepi sungai, akibatnya Zhinu tidak dapat kembali ke surga. Niu Lang kemudian membawanya kembali ke rumahnya.
Setelah Yu Huang mengetahui kejadian tersebut, ia menjadi murka tetapi tidak dapat berbuat apa-apa, karena saat itu putrinya telah jatuh cinta dan menikah dengan si penggembala (kemarahan Kaisar Giok memiliki alasan karena kepergian Zhinu menyebabkan tugasnya di surga menjadi terbengkalai). Setelah sekian waktu berlalu, Zhinü rindu akan rumahnya serta ayahnya. Suatu hari ia menemukan kotak yang berisi jubah ajaibnya yang selama ini disembunyikan oleh suaminya. Ia memutuskan untuk mengunjungi ayahnya di surga. Saat di surga, Yu Huang menciptakan sebuah sungai melintasi angkasa (Bima Sakti) sehingga Zhinü tidak dapat melintasi kembali kepada suaminya. Namun Yu Huang berwelas asih kepada pasangan kekasih tersebut. Setiap Imlek tanggal tujuh bulan tujuh, dia memperbolehkan keduanya untuk bertemu di jembatan di atas sungai.
Kisah ini menggambarkan konstelasi di langit malam. Zhinü adalah bintang Vega pada konstelasi Lyra di sisi timur Bima Sakti, sementara Niu Lang adalah bintang Altair pada konstelasi Aquila di sisi barat. Pada saat seperempat bulan pertama (hari ke tujuh) dari penanggalan Imlek (sekitar Agustus), kondisi cahaya di langit menyebabkan Bima Sakti tampak lebih redup, sehingga memunculkan kisah tentang sepasang kekasih yang tidak lagi dipisahkan pada satu hari itu setiap tahun.
Tanggal tujuh bulan tujuh penanggalan Imlek merupakan hari raya di China yang disebut Festival Qixi, yang merupakan hari khusus untuk pasangan kekasih muda, semacam hari Valentin bagi bangsa barat. Di Jepang, hari tersebut dinamakan Tanabata (Hari Bintang), dan di Korea disebut Chilseok. Jika turun hujan pada hari tersebut, dikatakan bahwa Zhinü menangis karena bahagia karena dapat bertemu kembali dengan suaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar